Memartabatkan Literasi dalam Ubud Writer’s and Reader’s Festival 2017

0
528

Mudaers, menutup bulan Oktober 2017 dengan acara literasi dan kesenian adalah impian para pecinta literasi dan komunikasi. Ubud Writer’s & Reader’s Festival 2017 adalah wadah yang tepat bagi para pecinta literasi untuk bergabung bersama kumpulan penulis, jurnalis, seniman, hingga penikmat filem yang mencapai angka 160 pembicara pada 240 kegiatan yang telah disiapkan.

Mereka adalah orang-orang dengan suara yang kuat menyajikan pemikiran-pemikiran dalam berbagai bentuk literasi dan kesenian. Kegiatan ini didukung oleh program-program utama dengan pertunjukan, pembicaraan hangat hingga tempat untuk berkarya. Selama 5 hari 4 malam, 25-29 Oktober 2017, kami mewakili sekolah PENABUR Secondary Tanjung Duren ikut berbaur dan terlibat di dalamnya.

Serba-serbi Acara
Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang berawal dari 2002 hingga saat ini dan kian menciptakan banyak lapangan inspirasi, ide, dan perhatian dalam literasi. Ketika wadah ini dihadapkan kepada peserta yang tepat, terciptalah inspirasi dari berbagai sudut pandang, ide pendorong dan perhatian-perhatian yang bermunculan akan permasalahan sosial yang terjadi dalam lingkup global.

Harga tiket untuk acara ini beragam sesuai kategorinya, mulai dari Rp 150.000,00 untuk pelajar dalam negeri hingga Rp 4.000.000,00 untuk pengunjung dari luar negeri. Harga-harga ini berlaku untuk 4 hari berlangsungnya acara dan sangat terjangkau bagi para MuDa! Pembelian tiket dapat dilakukan melalui website dan On the Spot pada saat kegiatan berlangsung.

Setiap tahun, Ubud Writer’s & Reader’s Festival mempunyai tema besar sebagai latar belakang kegiatan. Tahun ini tema yang dipakai adalah “Origins”, diangkat dari filosofi Hindu tentang koneksi, mulai dari bagaimana manusia dilahirkan dan bagaimana ia akan kembali pada akhirnya. Melalui program-program tersebut, tema besar akan dibahas dan melingkupi banyak aspek kehidupan. Tidak hanya itu, acara ini berada di lokasi yang strategis, melingkupi 3 tempat utama seperti Taman Baca, Museum Neka, dan Indus Restaurant yang tentunya mendukung program-program acara ini.

Kami dapat memilih sesi acara sesuai topik yang kami minati. Untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya dapat ditempuh menggunakan shuttle bus yang disediakan setiap 30 menit sekali atau dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Penikmat Film
Selain ditujukan untuk para penulis dan penikmat buku, festival ini juga diperuntukkan bagi para penikmat filem. Program filem yang tersedia bervariasi, mulai dari film screening, workshop penulisan naskah dan sinematografi film, diskusi panel tentang industri perfilman di Indonesia, hingga pembahasan cara menghubungkan seni filem dengan pokok permasalahan mutakhir terutama persoalan wanita di masyarakat. Pembicara dalam topik perfileman ini tak hanya dari Indonesia, ada yang berasal dari Kamboja, Perancis, Singapura, India, dan lainnya.
Salah satu programnya yakni dalam Children & Youth: From Script to Screen, dibawakan oleh Neang Sotheary, penulis naskah BBC asal Kamboja. Kami diberi kesempatan secara langsung berkumpul dalam kelompok guna menghasilkan sebuah naskah cerita sesuai dengan aspek dan alur yang diajarkan sebelumnya dalam keberlangsungan program.

Terkait dengan isu dalam industri perfileman yang tak kenal akhir, dalam panel yang bertajuk Moving Images, para pembicara – yang terdiri dari Neang Sotheary (Kamboja), Drew Ambrose (Australia), Rio Helmi (Indonesia), Djenar Maesa Ayu (Indonesia), dan Erick Est (Indonesia) – membagikan pengalaman mereka menghadapi tantangan ketika membuat filem yang bertujuan memicu perubahan sosial.

Pemutaran filem berjudul “Hush”, karya salah satu pembicara sesi tersebut, Djenar Maesa Ayu – penulis, aktor, dan sutradara Indonesia – bersama dengan Kan Lumé – pembuat filem asal Singapura juga menjadi bagian dari acara ini. Filem ini mencakup topik kontroversial yang membahas mengenai stereotipe perempuan di Indonesia yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap tabu oleh masyarakat setempat.

Pengalaman Berkesan
Mengikuti acara ini merupakan sesuatu yang sangat inspiring bagi kami. Tak sedikit pemikiran, pengalaman, cerita pribadi, dan lainnya yang kami dapatkan telah mengembangkan dan memotivasi kami untuk membaca dan menulis lebih lanjut. Pengalaman yang tidak dapat digantikan datang dari berbagai narasumber yang ada, dari berbagai sudut dunia. Pola berpikir pun berubah semenjak mengikuti kegiatan ini, mengenai budaya luar yang jauh berbeda dengan Indonesia, hal-hal tabu, dan berbagai masalah sosial lainnya.

Situasi politik Indonesia yang memanas, masyarakat Indonesia yang selalu agamis, serta sudut pandang mereka mengenai hubungan ekonomi, sosial, dan budaya dengan bahasa dan sastra di Indonesia hingga dunia, menjadi topik pembicaraan diskusi panel dalam acara tersebut. Keadaan sosial yang mencakup persoalan LGBT dan seksualitas yang masih dicap tabu oleh masyarakat Indonesia, turut dibahas dan masih pekerjaan rumah bersama bahwa hal tersebut sudah selayaknya tidak dianggap tabu lagi.

Literasi di Indonesia
Literasi dan peran bahasa menjadi sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Studi “Most Littered Nation In the World” oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu menyatakan, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat pembaca. Hal ini terbukti karena pengunjung festival didominasi oleh turis maupun residen dari mancanegara, terutama negara Australia.

Orang Indonesia, yang seharusnya menjadi tuan rumah dan berperan antusias dalam penyelenggaraan acara ini, namun hanya sebatas jurnalis, seniman, dan komunitas literatur yang mewakili tanah air. Sehingga, rasa kagum terpencar kepada orang mancanegara yang rela berkunjung jauh-jauh ke Ubud, Bali, Indonesia, untuk mendengar dan merujuk inspirasi mengenai bangsa kita, maupun topik berskala internasional, seperti berita-berita kontroversial dari Presiden AS, Donald Trump.

MuDaers nggak mau kan kalau Indonesia kalah dengan negara-negara berkembang lainnya? Yuk, martabatkan literasi Indonesia!

Penulis:

Abigail Aurellia
Nathania Emily Lysandra
Angeline Klarissa
Norma Kristiani