Sebagai salah satu sejarawan Indonesia sudah menjadi tanggung jawabnya untuk melestarikan nama daerah. Saat ini, nama-nama daerah sudah jarang dipakai oleh orangtua sekarang. Untuk melestarikan nama daerah, Asep Kambali (33) membuat Paguyuban Asep Dunia (PAD).
Namun, tidak disangka saat ini orang yang bernama Asep ini hampir 0.02% penduduk dunia. Untuk melestarikan nama Asep ini, Asep Kambali selaku Presiden PAD membuat penghargaan bagi orangtua sekarang yang memberikan nama anaknya Asep. Untuk merayakan Ulang tahun ke-7 PAD, ia akan menggelar acara Betawi Lautan Asep (BLA) pada 28-29 Oktober 2017 nanti.
“Kami membuat penghargaan untuk anak yang diberikan nama Asep, kita juga bakal buat koverensi Betawi Lautan Asep,” ujar Asep ketika di temui di kawasan Kota Tua dalam acara #SenyumSatuIndonesia, Jakarta, Rabu (16/8).
Popularitas orang bernama Asep saat ini, sedang mentereng karena PAD banyak menggelar acara seperti “Asep melawan Asap” dalam rangka mengatasi kebakaran hutan.
PAD juga menginspirasi orang-orang bernama pasaran di daerah lain untuk membuat kegiatan serupa. Asep menceritakan, temannya yang bernama Ketut di Bali ingin membuat pagubuyan Ketut.
Asep berharap, masyarakat Indonesia kembali melirik lagi nama-nama khas daerah. Penggunaan nama khas daerah, menurut Asep, merupakan salah satu cara menunjukkan cinta pada Indonesia.
Saat ini, Asep juga berusaha mengumpulkan pengusaha-pengusaha bernama Asep untuk membantu Asep yang lain.
Pokoknya, “Hidup Asep sedunia!”
Penulis:
Aftah Fauzan, mahasiswa Jurnalistik Universitas Garut, sedang magang di Kompas Muda
Tulisan di atas menjadi bahan liputan Kompas Muda versi cetak di Harian Kompas edisi 18 Agustus 2017 dengan judul “Untung-rugi Punya Nama Pasaran”.
Foto-foto: Arsip Paguyuban Asep Dunia