Bill Kovach, salah satu penulis buku Sembilan Elemen Jurnalisme, datang ke kantor Harian Kompas. Kovach menemui Jakob Oetama dan Suryopratono, masing-masing sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi Kompas. Mereka bertiga berdiskusi di ruangan kerja Oetomo selama satu jam. Setelah selesai rapat, Kovach menuju ruangan rapat para wartawan. Lantas Kovach bertanya kepada wartawan Kompas, “Mengapa surat kabar Anda tak memakai byline? Mengapa di halaman satu tak terlihat byline?”
Sedangkan byline itu sendiri merupakan baris yang merujuk kepada nama orang yang menulis berita. Biasanya ia terletak di samping dekat judul berita. Byline berfungsi untuk memudahkan bagi pembaca untuk mengetahui siapa yang menulis berita.
Selain itu juga pemakaian byline akan membuat si wartawan lebih hati-hati dalam membuat berita. Adapun tagline adalah baris di mana nama para kontributor diletakkan dalam sebuah surat kabar. Maksudnya tagline tersebut agar dapat membedakan antara waratwan dan kontributor.
Desain surat kabar selalu menjadi daya tarik bagi si pembaca. Desain surat kabar juga membutuhkan garis tipis untuk memisahkan iklan dan berita. Garis tipis itu biasanya disebut sebagai pagar api. Pagar api juga berfungsi untuk memisahkan foto yang tidak berkaitan dengan berita.
Surat kabar di Indonesia setiap hari menunjukkan percampuran antara berita dan iklan. Ada kalanya wartawan mendapat sponsor dari perusahaan, kemudian menulis laporan ini sebagai sebuah berita, inilah yang dinamakan “berita pesanan”.
Sementara itu di dalam dinamika ruang redaksi terdapat kecepatan, ketepatan, dan perdebatan. Untuk menjadi seorang wartawan membutuh kecepatan. Ini bertujuan agar wartawan selalu siap ketika mendapat tugas untuk meliput suatu kejadian. Selain kecepatan dibutuhkan juga ketepatan. Di mana wartawan harus membuat berita yang berdasarkan fakta di lapangan.
Kemudian dalam melakukan peliputan ada istilah wawancara. Seorang wartawan yang baik, ketika ia melakukan wawancara, dia bekerja dengan memiliki sifat rasa ingin tahu. Selain itu, wartawan harus terlebih dulu menggali informasi sebanyak mungkin sebelum melakukan wawancara.
Menurut David Candow bahwa dalam melakukan wawancara harus memiliki pedoman 16 kata. Ini dimaksudkan agar pemahaman narasumber menjadi jelas. Karena apabila makin panjang suatu kalimat tanya, makin menurun daya tangkap si sumber mencerna pertanyaan.
Kegiatan kewartawanan dalam bentuk partisipasi aktif dalam masyarakat biasanya dilakukan masyarakat berupa pengumpulan data, pelaporan, analisa, serta penyampaian informasi dan berita. Salah satunya adalah kegiatan jemaat gereja yang menyebarkan info melalui berbagai media komunikasi, inilah awal mula adanya jurnalisme gereja.
Namun, ada beberapa kekurangan dan persoalan dari jurnalisme gereja, di antaranya tujuan yang tidak jelas, digunakan sebagai birokrasi organisasi gereja, diterbitkan tanpa visi misi yang jelas, dan kemampuan para wartawannya kurang.