Sebagai mahasiswa Penerima Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang merupakan program dari Kementerian Agama merupakan sebuah keberuntungan. Berkat PBSB aku bisa mewujudkan mimpi yang dulunya hanya berupa angan-angan. Aku dulunya hanya seorang santri salah satu daerah di Sulawesi Selatan tepatnya Parepare. Sekarang aku berstatus mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Satu lagi yang membuat aku bersyukur menyandang gelar PBSB yaitu aku bisa menikmati indahnya Kota Yogyakarta. Segala fasilitas yang diberikan tidak akan sanggup aku dapatkan dengan hanya menjadi seorang mahasiswa biasa.
Aku dan teman angkatanku yang berjumlah 43 orang dengan tiga orang senior menumpang dengan kereta api tujuan dari Stasiun Pasar Senen. Kami ditempatkan satu gerbong bisnis yang khusus buat mahasiswa PBSB. Kami menikmati perjalanan dengan canda tawa, yang tanpa kami sadari waktu malam berganti menjadi pagi hari.
Pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pelajar tersebut. Kami disambut Anggota PBSB dari UIN Kalijaga, Yogyakarta. Kami diantar ke kampus mereka untuk melepas penat. Setelah berdiam diri di masjid sekitar kampus, sesuatu mengganjal yang sedari tadi memanggil ingin dijamu, dengan menahan lapar kami mencari warung yang dekat. Aku sempat dibuat terkejut, makanan yang biasanya aku pesan di Jakarta dengan harga Rp. 10.000 ribu kini aku hanya perlu membayar Rp 5.500. Sungguh kota yang penuh pengertian dengan kecukupan para mahasiswa.
Sebenarnya tujuan Kementerian Agama mengadakan pertemuan mahasiswa PBSB di seluruh Indonesia untuk memberikan sosialisai mengenai program PBSB ke depannya serta menguatkan kekeluargaan PBSB di seluruh Indonesia. Sore harinya, kamiĀ menginap di Hotel Sahid Rich Yogyakarta.
Kami sungguh takjub pertama masuk di kamar hotel. Ruangan yang sangat sejuk karena AC yang dapat diatur sesuai keinginan. Serta pemandangan luar hotel yang menampakkan kolam berenang dan keindahan kota Yogyakarta.
Berada di hotel serasa berada di surga, mungkin itu ungkapan yang dapat menggambarkan perasaan kami yang kebanyakan berasal dari daerah. Makanan yang disajikan sangat menggugah selera. Membuat kami berpikir panjang untuk melewatkan waktu makan. Aku yang tidak terbiasa dengan sarapan, kini dengan mudahnya menikmati sarapan. Apa yang dulunya hanya bisa aku lihat di sinetron, akhirnya bisa aku nikmati.
Bukan hanya fasilitas hotel yang memuaskan perasaan kami. Orang-orang Kementerian Agama yang sudah kami anggap sebagai orang tua tersebut memberikan kami pengarahan serta materi yang menambah kebanggan kami menjadi alumni pesantren. Pemateri yang di siapkan juga sangat luar biasa, salah satunya yaitu penulis film Sang Kiai.
Bergaul dengan anggota PBSB lainnya tidaklah sulit. Mungkin karena kami semua berasal pesantren. Meskipun berbeda pesantren tapi yang diajarkan kepada kami tetap sama yaitu menyambung silaturahmi. Terlebih kami semua terikat hubungan kekeluargaan PBSB. Dengan adanya kegiatan ini membuat kami sangat dekat dan menjadi moment sharing antar Universitas yang ada di Indonesia.
Meskipun berbeda pesantren tapi yang diajarkan kepada kami tetap sama yaitu menyambung silaturahmi.
Sebelum pulang kami diajak jalan-jalan di tempat belanja yang cukup terkenal di Yogyakarta, yaitu Malioboro. Aku dan teman-teman membeli oleh-oleh untuk orang terdekat kami di ciputat. Barang yang ada di Malioboro sangat murah dan sangat berbeda di Jakarta. Karena batik menjadi khas Yogyakarta membuat aku menyempatkan diri pakaian yang bercorak batik.
Bahkan sesampai kami di Jakarta, kenangan terkait Yogyakarta khususnya jamuan di hotel, belum bisa kami lupakan. Perjalanan ke Yogyakarta menjadi pengalaman yang sangat berharga. Keindahan kotanya membuat kami merindukan untuk berkunjung kembali. Kenangan tiga hari sangat membekas sampai sekarang, dan saya masih mengingat setiap moment padahal itu sudah satu tahun yang lalu.
Penulis: