Jelajah Negeri Atas Awan

0
580

Matahari belum seutuhnya muncul dari ufuk timur mata angin, membuat cahaya pagi terlihat remang. Petani dengan traktornya mulai ramai di jalan menuju sawahnya. Mereka hendak membajak lahan tanam agar segera siap ditanami kembali.

Jam dinding menunjukkan pukul 5.45 tanda perjalanan harus dimulai. Berangkat dari sisi selatan Jawa tepatnya di Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur perjalanan akan menempuh kurang-lebih 4 jam menuju Puncak B29.

Objek wisata alam ini belum terlalu populer di kalangan masyarakat umum karena baru sekitar lima tahun belakangan menjadi kawasan wisata. Pelancong lebih mengenal Bromo atau Semeru yang letaknya saling berdampingan dengan Puncak B29. Terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tempat ini menawarkan pemandangan alam berupa hamparan lahan tani yang tertata rapi dan masyarakat adatnya–Suku Tengger–. Dinamakan Puncak B29 karena tinggi dari tempat ini adalah 2900 mdpl.

Menuju Puncak B29, pengunjung dapat melalui pusat kota Lumajang dan masuk ke Jalan Semeru. Namun, tidak ada angkutan umum yang akan mengantarkan pengunjung sampai ke tempat yang dijuluki Negeri di Atas Awan ini. Maka dari itu, sangat disarankan untuk membawa kendaraan pribadi, khususnya motor untuk sampai ke puncak.

Tak seperti Bromo dan Semeru yang harus ditempuh dengan berjalan kaki untuk sampai ke puncaknya, Puncak B29 dapat dicapai menggunakan kendaraan roda dua. Jalan berkelok dan naik turun membuat tak sedikit kendaraan harus berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin. Tapi, tak jarang ada kendaraan yang harus mendapat perbaikan di bengkel yang banyak buka di sepanjang jalan Desa Argosari –desa Puncak B29.

Patung yang seperempat bagiannya dibalut kain kuning dengan sajen dan dupa di atasnya digunakan untuk sembahyang

Jika cuaca cerah, di sepanjang jalan, pengunjung akan disuguhkan pemandangan puncak tertinggi Jawa, Gunung Semeru yang dikelilingi awan dan asap yang keluar dari puncaknya. Di perjalanan pun banyak sungai berair jernih dengan endapan pasir hasil erupsi Gunung Semeru di dasarnya. Tak hanya itu, sebelum memasuki jalur khusus puncak B29, terdapat sebuah Pura besar –Semeru Agung– yang akan ramai jika ada perayaan hari besar umat Hindu.

Memasuki Desa Argosari, pengunjung dapat melihat rumah warga dengan Patung Hindu di depannya. Patung yang seperempat bagiannya dibalut kain kuning dengan sajen dan dupa di atasnya digunakan untuk sembahyang. Ya, sebagian besar warga di sana berasal dari Suku Tengger beragama Hindu. Dan, sebagian besar pekerjaan mereka adalah petani.

Lahan tani miring milik warga Puncak B29 yang ditanami daun bawang. Pada umumnya masyarakat menanam kentang, wortel, dan bawang. (Foto: Eko Ramdani)

Bidang tanah miring dengan udara yang sejuk masyarakat manfaatkan untuk menanam kentang, wortel dan daun bawang. Sebagaian dari lahan tersebut ada yang sudah panen dan sedang ditanami kembali pemiliknya. Namun, ada juga petak lahan yang masih kosong dan siap untuk digarap kembali.

Sesampainya di pintu masuk Puncak B29, pelancong cukup membayar Rp 5.000 per orang untuk menikmati pesona alam yang disuguhkan di atas nantinya. Di loket itu pula akan banyak penjaja jasa ojek motor. Cukup dengan Rp 10.000-Rp 15.000 pengunjung akan diantar hingga puncak.

Pembatas di Puncak B29. Pagar ini membatasi dengan lautan pasir Bromo yang ada di bawahnya. (Foto: Eko ramdani)

Namun, bagi pelancong yang ingin menikmati udara sejuk dengan berjalan kaki dapat memarkir kendaraannya di loket masuk. Jalan menuju puncak cukup baik. Paving blok yang  tersusun rapi akan menemani langkah pengujung hingga puncak.

Sekitar 30 menit berjalan kaki dari pintu masuk, pegunjung sampai di Puncak B29. Lautan Pasir dan Gunung Bromo yang ada di Probolinggo akan terlihat jelas dari sini. Tak ada yang menghalangi pemandangan tersebut, karena Puncak B29 dan Gunung Bromo saling berdampingan hanya terpisah oleh lautan pasir di bawahnya.

Gapura selamat datang di Puncak B29. (Foto: Eko Ramdani)

Jika datang saat terbitnya matahari, pengunjung akan melihat lautan pasir tertutup oleh awan dari atas. Maka dari itu, Puncak B29 juga dijuluki Negeri di Atas Awan. Bagi pelancong yang tak ingin tertinggal kesempatan tersebut, dapat mendirikan tenda untuk bermalam.

Bagi pengujung yang tidak membawa makanan untuk menikmati pemandangan dari puncak, tersedia warung tenda yang menjual berbagai minuman dan makanan ringan. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai Rp 5000,- untuk semangkok mie dan Rp 3000,- untuk segelas kopi.

Namun, bagi pelancong yang ingin bermalam di Puncak B29 disarankan untuk membawa persediaan air minum yang cukup karena di sana tidak tersedia sumber air minum.

Eko Ramdani

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta