Mengekspresikan Diri Lewat Komik

0
842

SERPONG, KOMPAS CORNER – Bertajuk “Berkreasi dalam Menyalurkan Aspirasi”, Kompas Corner UMN bekerja sama dengan komikus Reza Mustar, atau yang kerap disapa Azer pada Senin (17/4). Dalam seminarnya, Azer menginspirasi para peserta untuk berani menyuarakan pendapat lewat gambar. Azer juga turut mengajak langsung para peserta untuk menggambar komik panel bersama-sama.

Tema diversity atau keberagaman dibawa Azer sebagai sub-temanya. Tema ini juga digunakan sebagai tema lomba komik strip yang diadakan selepas acara seminar dan workshop.

Dalam karya-karyanya, Azer seringkali menekankan pada kritik-kritik sosial yang dianggapnya perlu dan penting diketahui oleh masyarakat. Misalnya saja karyanya tentang #HasratKebendaan yang menyindir orang-orang dengan sikap konsumtif; membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya demi gengsi belaka. Dari seluruh karyanya, Azer mengaku paling menyukai komik tentang kegiatan Kamisan.

“Perlu aja, menurut gue. Soalnya udah lama juga kan Kamisan gitu, tapi gak pernah didengerin sama pemerintah,” kata Azer, saat ditanya mengenai karya Kamisan miliknya.

Untuk berkarya, Azer mengatakan bahwa tidak perlu bagi semua pihak untuk paham apa makna dari karya kita. Menurutnya, yang terpenting adalah kita berani untuk berkarya dan bisa mengekspresikan diri kita lewat karya kita. Azer mengambil contoh karya The Last Supper buatan Leonardo Da Vinci yang menurutnya memiliki interpretasi berbeda-beda.

Di samping itu, Azer tetap menyarankan peserta untuk mencari pendapat orang kedua dan orang ketiga mengenai pendapat mereka tentang karya kita. Azer sendiri biasanya akan bertanya pada asisten rumah tangga (ART) di rumahnya sebelum menggunggah gambarnya. Namun hal itu tidak berarti kita harus memaksakan semua orang mengerti karya komik kita.

Reza Mustar, alias Azer berfoto dengan seluruh peserta workshop

Gak perlu semua orang ngerti apa maksud karya kita. Karena seni itu emang ada segmentasinya sendiri,” imbuhnya.

Menggambar komik, tentunya sering muncul dilema tentang “apakah gambar kita terlalu provokatif atau menyinggung pihak tertentu”. Dalam hal ini, Azer sendiri mengaku komik-komik karyanya tidak terlalu keras dalam mengkritik pihak tertentu.

“Memang ada komikus yang kalau kritik jelas banget. Disebut namanya juga. Tapi kalau gue, enggak-lah. Asal dari gambarnya orang udah tau itu siapa, udah cukup,” katanya sambil tertawa.

Menurut Azer, kalau ingin membuat karya yang tidak terlalu menyinggung atau provokatif, kita harus memperbanyak referensi dan mempelajari ilmu semiotika. Semiotika sendiri adalah ilmu tentang simbol dan tanda. Azer juga tak lupa menunjukkan buku-buku referensinya dalam menggambar atau belajar semiotika.

Yang terpenting adalah keberanian kita untuk terus menggambar dan mengekspresikan diri lewat karya-karya kita.

“Terus menggambar, ya!” pesan Azer menutup sesi workshop yang “Berkreasi dalam Menyalurkan Aspirasi”.

 

Penulis: Patricia Felita
Editor: Edwin
Foto: Dokumentasi Kompas Corner