Dear Anak Muda, Pelajari 8 hal ini untuk bisa bertahan di tempat Kerja

0
827

Untuk bisa bertahan dan jadi top performer di tempat berkarya alias kantor memang tidak mudah, karena jika mudah, tidak akan ada kata-kata “Saya mau berhenti”. Perlu usaha secara konsisten dan terus menerus.

Dari perajalanan karir yang masih sangat pendek ini, saya sering mendengar teman yang memutuskan untuk berhenti berkarya karena banyak faktor. Ada yang merasa sang menejer tidak punya sifat kepemimpinan; pekerjaan yang diberikan terlalu banyak; ada konflik dengan tim; merasa pandangannya tidak didengarkan dan ratusan alasan lainnya.

Ketika ada hal yang salah dalam hidup, kita cendrung berpikir itu pasti karena orang lain. Kalau ada pertengkaran, itu pasti karena orang lain yang memulai. Kalau kerjaan menumpuk, itu pasti karena si bos memberi kerjaan terlalu banyak. Jarang kita bisa berpikir sesuatu itu terjadi karena “saya”. Padahal, melihat seuatu dari sudut pandang “saya” membuat kita dapat menganalisa kejadian dengan lebih objektif.

Ditulisan ini saya ingin berbagi hal-hal yang harus “saya” pelajari sebagai individu untuk bisa bertahan di tempat kerja.

  1. Menyelesaikan Konflik Dengan Benar

Konflik dalam dunia kerja itu normal dan sehat. Konflik bisa terjadi karena banyak hal, seperti perbedaan pendapat, pola komunikasi dan juga salah. Ketika terjadi konflik kita cendrung “hanya” fokus melihat siapa penyebab terjadinya konflik, bukan ke hal lebih penting, yaitu bagaimana cara untuk bisa menyelesaikan konflik.

PR pertama yang harus dikerjakan adalah bagaimana cara menyelesaikan konflik dengan benar. Kita bisa mulai dengan merubah fokus dari “menyalahkan orang lain” ke “tindakan mana yang kurang tepat dari saya”. Jadilah orang yang lebih dahulu memulai komunikasi dan meminta maaf. Jika respon yang didapatkan dari lawan bicara kita negatif, itu bukan lagi urusan kita, yang terpenting kita sudah melakukan bagian kita.

  1. Menyampaikan Pendapat Dengan Jelas

Permasalahan yang sering terjadi sekarang adalah kita kurang mampu mengutarakan pendapat kita dengan jelas ke sesama tim, ke atasan, atau ke bawahan. Sifat jelek yang dimiliki banyak orang (bukan kamu yang baca kok) adalah merasa orang lain terlalu bodoh sehingga tidak mengerti apa yang kita katakan. Padahal masalahnya adalah kita yang tidak jelas memberikan informasi atau arahan.

Belajar untuk bisa lebih jelas ketika berbicara ke orang lain. Jika merasa tidak bisa mengingat banyak hal, jangan malu untuk membawa catatan kecil yang isinya poin-poin yang ingin kita bicarakan. Berlatih untuk menyampaikan sesuatu secara berurutan, sehingga orang yang mendengar dapat mengikuti dengan mudah.

  1. Menerima Kritik & Saran

Penulis dari buku yang sering saya baca “Don’t Sweat Small Stuff” mengatakan bahwa tidak ada orang yang senang dengan kritik. Akan ada sifat penolakan ketika ada orang yang berkata apa yang kita lakukan kurang tepat atau kurang baik.

Kemampuan untuk bisa mengambil pesan positif dari semua kritik dan saran membuat kita lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi, ini adalah 1 dari sekian banyak kemampuan penting untuk bertahan di tempat kerja.

  1. Memberi Kritik & Saran Dengan Tepat

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya tidak ada yang senang dikritik, sehingga jika memang diharuskan, berilah kritik dan saran dengan “tepat”.

Yang dimaksud dengan tepat adalah memberi kritik pada momen yang tepat, coba lihat dulu apakah kondisi emosi lawan bicara kita sedang stabil. Beri kritik dengan cara yang tepat, jangan mengkritik seseorang di depan umum, jangan mengkritik dengan cara yang cendrung menghakimi. Selain memberi kritik, jangan lupa juga memberi masukan-masukan yang sifatnya membantu dia menjadi lebih baik.

  1. Menurunkan Ego

Banyak konflik yang terjadi di kantor karena ego. Ketika si A sedang memberikan presentasi mengenai usulan strategi konten marketing, si B merasa starteginya sangat biasa dan ia punya ide yang lebih bagus. Namun si A tetap ngotot kalau idenya yang paling bagus. Akhrinya si A & B Bertengkar.

Kita harus belajar untuk bisa menurunkan ego ketika memberikan masukan ke orang lain atau ketika menerima masukan. Ketimbang menghabiskan energi untuk saling gontok-gontokan argumen yang tidak akan ada ujungnya, lebih baik kita mencari jalan tengah dari perdebatan yang ada.

Contohnya, jika si A merasa bahwa kita harus melakukan pemasaran konten lewat media sosial dan si B merasa bahwa harus fokus membuat tulisan di blog, maka kita bisa mencari jalan tengah dengan cara si B membuat tulisan-tulisan menarik di blog dan kita sebarkan lewat media sosial. Dengan kata lain ini adalah startegi win win solution.

  1. Menjadi Lebih Tenang

Ketika saya dan tim sedang mengerjakan project interaktif pertama dan terbaru kami mengenai “Peta E-Commerce Indonesia”, ada perubahan yang harus kami lakukan dan ini akan membutuhkan bantuan tim teknologi. Pada saat itu saya panik dan mulai membuat cerita di kepala saya “gimana kalau tim tech tidak bisa?”, “gimana kalau bakal lama perubahannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Anehnya adalah, saya membuat cerita tersebut bahkan sebelum melakukan apa-apa.

Kondisi ini disebut dengan khawatir. Ketika kita khawatir, kita akan mulai membuat cerita di kepala yang tanpa kita sadari menghabiskan “banyak” waktu berharga. Di kondisi ini kita memikirkan hal-hal yang sebenarnya belom terjadi dan besar kemungkinan tidak akan terjadi.

Ketimbang khawatir mikirkan hal-hal negatif, akan lebih baik kalau kita mengalokasikan waktu untuk berpikir bagaimana cara paling efisien untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan ini.

Latih diri untuk menjadi lebih tenang. Hal-hal kecil seperti menarik nafas, minum air putih, mengambil waktu 10-15 menit untuk istirahat dari laptop, diskusi dengan teman, atau mendengarkan musik dapat membantu kita untuk menjadi lebih tenang.

  1. Menjadi Pendengar yang Baik

Ketika kita sedang presentasi di depan, pasti merasa jengkel jika orang lain sibuk sendiri. Begitu juga sebaliknya, ketika teman tim sedang presentasi dan kita sibuk sendiri, pasti mereka juga tidak senang.

Kita harus paham bahwa kemampuan kita mendengarkan itu sama pentingnya dengan kemampuan kita berbicara. Ayo kita latih dua-duanya!

Jadi, untuk bisa bertahan di tempat kerja kita harus belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Tanamkan di dalam diri kita bahwa mendengar untuk mengerti, bukan untuk merespon.

  1. Memberi Pujian

Siapa yang tidak senang dipuji? Tidak ada. Semua orang pada dasarnya senang mendapatkan pujian. Permasalahan yang khususnya ada di Indonesia adalah sindrom gengsi memuji. Padahal, tidak ada salahnya membuat orang tersenyum atau merasa makin percaya diri dengan cara memujinya.

Saat ini saya beruntung bisa bekerja di perusahaan startup di Malaysia dengan komposisi tim dari berbagai negara. Di sini kami belajar untuk saling memberikan pujian ketika orang lain mencapai sesuatu.

Namun ingat, pujian tidak melulu soal hal-hal yang bersifat pencapaian, potongan rambut, pakaian yang dipakai, pemikiran, ide dan hal-hal lain dapat menjadi bahan pujian kita ke teman kita.

Semua poin yang saya ucapkan diatas ini bukan rumus pasti, masih ada ribuan cara lain untuk bisa bertahan di tempat kerja. Tapi ini merupakan kualitas diri yang saya rasa harus dimiliki semua orang.

Untuk bisa memiliki semua ini kita butuh latihan secara terus-menerus, pemikiran terbuka dan juga kemauan untuk punya kualitas diri yang lebih baik. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita yang sedang meniti karir!