Tiga volunter Kompas Muda terpilih untuk menonton dan meliput Jakarta International BNI Java Jazz Festival 3-5 Maret 2017. Mereka adalah Abigail Aurellia dari Penabur Secondary School Tanjung Duren, Jakarta; Falih Friyan Aqil dari SMAN 2 Tangerang; dan Andaradisha Getaya dari SMAN 100 Jakarta.
Abigail dan Falih menjadi volunter reporter Kompas Muda, sedangkan Andaradisha menjadi volunter fotografer Kompas Muda.
Nah, ini dia nih tulisan Abigail dan Falih serta foto-foto Andaradisha yang oke punya. Silakan pantengin.
Foto: Andaradisha Getaya
Beberapa anak muda asyik nonton konser Java Jazz 2017.
ANAK MUDA dan Java Jazz 2017
Penelitian menunjukkan bahwa musik favorit merefleksikan karakter dalam diri seseorang. Dan biasanya, anak muda tuh selalu dilabel untuk dengerin lagu genre pop yang galau gitu.
Bener gak sih gengs? Ya enggaklah, buktinya aja Kompas Muda yang dateng ke Java Jazz 2017 nemuin banyak banget anak muda yang jadi bukti nyata dan berjalan tuh di JiExpo Kemayoran sebagai pecinta musik Jazz.
Jazz memang kelihatan membosankan dan kaku bagi yang kurang suka musiknya, tapi, bagi para pecintanya? Gak main-main loh. Harga yang dibandrol mulai dari 400 ribu hingga 800 ribu per hari adalah angka yang cukup besar bagi para anak muda yang masih bergantung dari uang jajan membuat mereka semua seperti terhipnotis dengan line up yang disediakan tahun ini.
Mungkin memiliki musik favorit yang sama dengan orang tua menjadi salah satu kelebihan bagi para Muda, nih. Seperti tanpa harus repot-repot nabung pun, orang tua yang pergi ke Java Jazz pasti akan berbarengan dengan anaknya yang memiliki musik favorit yang sama juga.
Tetapi, memiliki musik favorit yang berbeda juga tidak menjadi halangan bagi seorang Deviria Alviranty seorang murid dari sekolah Saint John’s BSD yang rela menabung demi membeli tiket Java Jazz pada hari Sabtu, 4 Maret lalu. Kedatangannya kedua kali di Java Jazz selalu berkesan dan membuatnya pun merasa dengan harga Java Jazz tahun ini menjadi setimpal dengan pengalaman dan kesan yang terus dialaminya.
Apalagi, tahun ini, Java Jazz tuh dianggap worth it banget dengan adanya student price yang disediain bagi para pelajar pecinta Jazz sejati dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
Apa sih kelebihan Java Jazz dibandingkan dengan konser lain? “Selain dari harga yang worth it mereka bukan cuma artis besar yang terkenal tapi mereka juga nampilin artis kecil yang emang benar-benar bertalenta,” kata Marshania Silviani, 16 tahun, SMA PENABUR Bintaro Jaya saat Kompas Muda temui di Java Jazz sedang menyaksikan Teddy Adhitya.
Ternyata pemikiran Marshania itu didasari oleh sesuatu yang mengejutkan loh, murid SMA ini, ternyata telah menjadi fans setia Teddy Adhitya yang melihat bagaimana dari awal Teddy berada di youtube hingga sampai sekarang bisa tampil dengan panggungnya sendiri di Java Jazz. Rasa kagum seorang fans terhadap penyanyi favoritnya mendapat kesempatan baik dari Java Jazz.
Java Jazz juga mengajarkan untuk tidak putus asa baik bagi para penyanyi-penyanyi kecil karena mereka memberikan kesempatan yang sama bagi mereka untuk meramaikan Java Jazz.
Anak-anak muda sekarang pun memperlihatkan kekagumannya terhadap para penyanyi lokal yang dapat tampil di Java Jazz, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menonton penyanyi lokal dibandingkan dengan para penyanyi internasional.
Foto: Andaradisha Getaya
Rini Wulandari lagi beraksi.
Talenta bukanlah hal yang harus dipertanyakan bagi para penyanyi lokal meskipun dibandingkan dengan penyanyi internasional berpengalaman yang lainnya. Dengan adanya Java Jazz juga memperlihatkan bagaimana kolaborasi-kolaborasi antar penyanyi lokal dan pemain musik Jazz internasional yang luar biasa.
Kolaborasi inilah yang mempersatukan para anak muda dengan Jazz yang sesungguhnya, anak muda yang tertarik dengan suara khas para penyanyi lokal dalam genrenya sendiri menjadi makin tertarik melihat sekreatif apakah para idola mereka ketika diberi tantangan untuk berubah dari genre yang biasa mereka bawakan?
Schedule line-up di Java Jazz pun menarik perhatian para penonton, dengan adanya penyanyi besar dalam waktu bersamaan menjadi sesuatu yang disayangkan oleh para kawan Muda yang ingin menonton dengan santai dan tenang. Hal inilah yang menjadi penyebab mereka kebanyakan menonton dalam kurung waktu 3 hari berturut-turut.
Alasannya konon untuk menikmati para penyanyi yang begitu bagus dalam waktu beberapa menit hingga jam bukanlah waktu yang cukup. Maka dari itu juga, Java Jazz menerapkan beberapa penyanyi untuk tampil beberapa kali dalam hari dan waktu yang berbeda untuk memperbolehkan para penonton menikmatinya dengan santai.
Java Jazz juga bukan menjadi ajang gaul bagi anak-anak Muda jaman sekarang, mereka terlihat dengan santainya datang ke Java Jazz tanpa persiapan-persiapan khusus untuk pakaian dan sebagainya. Bagi anak muda yang datang ke Java Jazz, hal ini adalah murni karena musiknya.
Mereka yang begitu mencintai genre musik Jazz dan para penyanyi favorit yang menjadi line-up tersendiri bagi merekalah yang mendukung mereka untuk segera datang dan menikmati Java Jazz dari tahun ke tahunnya.
(Abigail Aurellia – Penabur Secondary School Tanjung Duren)