Rumah makan pempek Cawan Putih di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Kompas/Raditya Helabumi

Menyebut pempek, melayang pikiran ke Palembang. Meskipun kota asalnya terentang ratusan kilometer, penganan ini populer dan mudah ditemui di tiap sudut Jakarta. Di sejumlah restoran, cita rasa pempek berikut cukonya diracik mirip dengan pempek di ”Bumi Sriwijaya”.

Pempek atau empek-empek di daerah asalnya memakai ikan belida ataupun ikan gabus sebagai bahan utama. Di Jakarta, bahan utama pempek umumnya ikan tenggiri. Daging ikan dihaluskan dan dicampur dengan tapioka atau sagu, telur, dan bumbu lain. Rasa gurih pempek berbaur dengan asam, manis, dan pedas si kuah cuko. Nikmat….

Salah satu restoran yang menyajikan cita rasa serupa dengan kota asalnya ada di Warung Pempek Cawan Putih di Jalan H Agus Salim atau yang lebih dikenal Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Varian pempek di sini cukup lengkap. Ada pempek ukuran besar seperti kapal selam dan lenjer. Ada pula pempek kecil yang terdiri dari pempek belah (pempek lenjer yang digoreng kemudian dibelah dan diisi udang kering dan kecap), lenjer, telur kecil, adaan, kulit, dan keriting.

”Saya suka makan pempek. Beberapa kali mencari pempek dengan rasa asli, baru di sini yang saya dapatkan. Ikan tenggiri berasa dan kuah cukonya pas banget. Kuahnya kental dengan rasa asam, pedas, dan manis yang menyatu,” kata Aries (32), warga Palembang yang juga karyawan sebuah perusahaan swasta di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Apa beda pempek Cawan Putih dengan pempek di tempat lainnya?

”Pempek di sini sangat terasa ikan tenggirinya dibandingkan aci. Kuah cukonya juga lebih kental dan ada rasa asam, pedas, dan manisnya yang sangat berasa,” kata Ika Furi (30), karyawati Warung Pempek Cawan Putih.

Pempek dibuat natural, tanpa pengawet dan pemutih. ”Pempek yang dibuat hari ini semua habis pada hari ini juga,” tambah Ika.

Cukonya berasal dari asam jeruk tanpa menggunakan cuka sama sekali sehingga terasa lebih gurih dan nikmat.

Rumah makan pempek Cawan Putih di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Kompas/Raditya Helabumi
Rumah makan pempek Cawan Putih di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Kompas/Raditya Helabumi

Menikmati pempek tidak lengkap tanpa irisan ketimun berbentuk kotak kecil-kecil dan ebi kering yang dihaluskan, mirip koya pada soto ayam.

”Kalau di Palembang, pempek ini menjadi makanan utama. Tidak hanya sebagai sarapan, tetapi juga untuk makan siang dan makan malam,” ujar Ika.

Pempek kapal selam dan lenjer besar dijual Rp 30.000 per porsi, sedangkan pempek kecil Rp 5.000 saja per buah.

Bagi penggemar makanan berkuah, Cawan Putih juga menyediakan pempek model (pempek rebus yang disajikan dengan kuah berbumbu), tekwan, dan pindang patin.

Pindangnya yang kental dengan rasa asam di lidah membuat makanan itu terasa segar saat dicicipi.

Sebagai teman pendamping, tersedia es kacang dan berbagai jus buah.

Usaha milik Endang Sri Hariatie BK yang dibuka sejak 2010 ini telah membuka cabang di beberapa tempat lain, yakni Ruko Griya Inti Sentosa Sunter, Pecenongan, dan Hotel Sahid (Food Street).

”Sebelumnya, kami buka juga di Pasar Santa, tetapi sekarang sudah tutup,” kata Ika.

Sentra pempek

Jalan Garuda, Kemayoran, Jakarta Pusat, juga menjadi sentra pempek. Di sepanjang jalan ini ada beberapa tempat makan pempek yang masing-masing memiliki kekhasan dalam rasa. Ada yang kuat aroma ikannya, ada pula yang menyajikan cita rasa kompromi dengan selera orang. Lokasi yang terentang antara Bungur dan Jalan Benyamin Sueb ini cocok menjadi lokasi rujukan wisata kuliner.

Asmoro (32), pengunjung Pempek Garuda Putra, adalah salah satu pelanggan pempek di Jalan Garuda. ”Di sini, ikannya lebih terasa daripada tempat lain,” ucapnya.

Andi alias Kumis (55), karyawan Pempek Nelly 10 Ulu di Jalan Garuda, mengatakan, usaha pempek tersebut dimulai pada 1998. Jalan Garuda dipilih sebagai lokasi karena kawasan itu merupakan pusat jajanan.

Menurut Tomas (30) yang juga karyawan Pempek Nelly 10 Ulu, bahan baku pempek seperti tepung sagu (tapioka) dan ikan tenggiri diperoleh di Jakarta, tetapi gula merah untuk bahan cuko didatangkan dari Palembang karena mempunyai cita rasa dan warna yang khas.

”Bahan baku pempek dari ikan tenggiri kadang dicampur ikan gabus. Tetapi, ikan gabus di sini (Jakarta) kurang enak,” kata Tomas.

Racikan yang pas dari bahan-bahan ini menampilkan cita rasa pempek yang menggoyang lidah.

Pempek panggang

Cara penyajian pempek yang lain ada di Sari Sanjaya di The Flavour Bliss II, Jalan Alam Sutera Boulevard Pakulonan, Serpong Utara, Tangerang Selatan.

”Kalau ke sini (Sari Sanjaya), saya senang pempek panggang dan pistel (pempek rebus dengan isi irisan pepaya muda yang sudah ditumis dan dibumbui),” kata Joniansyah (38), warga asal Lampung yang tinggal di Kabupaten Tangerang.

Kuah cuko di restoran ini juga sengaja disajikan tidak terlalu asam dan agak cair. Tentu saja, pempek goreng seperti kapal selam, lenjer, telur, adaan, dan belah ada di sini.

Tidak hanya menyajikan pempek, pengunjung bisa menikmati model, tekwan, pindang ikan, pepes ikan dan tempoyak, celimpungan, mi celor, rujak mi, pangsit ikan, dan laksa.

Berbagai jenis kerupuk khas Palembang atau kemplang tersedia di tempat ini.

Kini, siapkan waktu dan perut untuk menjelajah kuliner Palembang di akhir pekan ini!

WISNU AJI DEWABRATA/PINGKAN ELITA DUNDU


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Desember 2016, di halaman 28 dengan judul “KULINER PALEMBANG  Menyesap Cuko di Kapal Selam”