Konser Classic Meets Jazz bertajuk "Christmas with Ananda & Glen Dauna" di Erasmus Huis, Jakarta, Jumat (9/12). Kompas/Fransisca Romana Ninik

Ketika Desember tiba, ada kesyahduan sekaligus keceriaan yang menyapa lewat lagu-lagu Natal. Mulai dari tradisional hingga modern, alunan musik yang mengiringi lagu-lagu itu demikian bervariasi. Saat nuansa klasik dan jazz berada dalam satu panggung, Natal pun menjadi kian berwarna.

Pianis Ananda Sukarlan menyapa pengunjung konser Classic Meets Jazz ”Christmas with Ananda & Glen Dauna”, Jumat (9/12) malam, di Erasmus Huis, Jakarta, dengan lagu ”The First Noel”. Denting piano memenuhi ruang yang hening. Penyanyi Artidewi menyanyikan bait-baitnya, ditingkahi tiupan saksofon Richard Hutapea.

”Desember selalu tentang merayakan Natal. Salju sudah mulai turun di Eropa. Di sini?” katanya, disambut tawa hadirin.

Ananda langsung memainkan komposisi berikutnya, ”Fantasy and Passacaglia on Adeste Fideles”. Jemarinya bagaikan menari di atas tuts piano, terutama pada bagian Passacaglia yang rancak dan dinamis. Sebentar kalem, sebentar riang.

Adeste fideles laeti triumphantes/venite, venite in Bethlehem/natum videte/regem angelorum/venite adoramus/Dominum. Lagu Natal klasik ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Inggris yang paling kita kenal sekarang, ”O Come, All Ye Faithful”.

Konser Classic Meets Jazz bertajuk "Christmas with Ananda & Glen Dauna" di Erasmus Huis, Jakarta, Jumat (9/12). Kompas/Fransisca Romana Ninik
Konser Classic Meets Jazz bertajuk “Christmas with Ananda & Glen Dauna” di Erasmus Huis, Jakarta, Jumat (9/12).
Kompas/Fransisca Romana Ninik

Salah satu persembahan menarik dari Ananda malam itu adalah lagu yang digubah dari sebuah puisi berjudul ”Kado Natal (untuk Joko Pinurbo)” karya penulis Okky Madasari. Liriknya dinyanyikan oleh Artidewi.

”Ini lagu baru tentang Natal. Saya sedang berada di pesawat, menunggu pesawat yang tak kunjung lepas landas. Saya browsing, lalu saya menemukan blog Okky, yang tidak biasanya menulis puisi. Puisinya pun nyleneh, gayanya mirip gaya Joko Pinurbo karena memang puisi ini untuk dia. Musiknya saya bikin di pesawat,” tutur Ananda.

Begini penggalan puisinya: Aku mengendap dalam gelap, mencuri puisi saat rumah itu lelap. Puisi itu kuselipkan di dada, kusembunyikan hingga Natal tiba/Saat lonceng berbunyi, kuberi ia kado yang dinanti. Kami membukanya berdua lalu kecewa bersama. Puisi itu tak bersuara. Semuanya tanggal saat kuselipkan di dada/Aku pungut tiap jejak huruf. Aku cari sisa-sisa kata, tak lagi bisa sama/Natal tak singgah lama. Aku beri kado lain untuknya. Puisi baru tanpa kata.

Ananda mengatakan, puisi itu telah ia obrak-abrik untuk dijadikan sepotong lagu yang menarik. Nuansa riang saat lirik riang dan melambat saat lirik sedih. Dia menyelipkan potongan lagu ”Jingle Bells” pada pertengahan dan akhir lagu tersebut.

Ananda menutup penampilannya pada bagian Classic malam itu dengan komposisi ”Fantasy on a Silent Night”. ”Silent Night” atau ”Stille Nacht” atau ”Malam Sunyi” juga merupakan salah satu lagu Natal paling populer yang digubah Franz Xaver Gruber tahun 1818 dan telah dilantunkan oleh banyak penyanyi dari berbagai genre musik.

Dalam komposisinya, Ananda juga menafsir sendiri lagu ini. ”Berikutnya, ’Silent Night’ yang kalau saya mainkan jadinya not too silent (tidak terlalu sunyi) lagi. Pokoknya tentang ’Silent Night’,” ujarnya, kembali disambut tawa.

Awalnya dimulai dengan nada seperti asli lagu yang terkesan syahdu. Berikutnya, iramanya menjadi lebih rancak dan dinamis, lalu melembut lagi, kembali lebih cepat, lembut, semakin cepat, dan ditutup dengan irama yang lembut lagi.

Cita rasa unik

Giliran bagian Jazz yang mengambil panggung. Musisi Glen Dauna memainkan piano, bersama iringan drum dan bas. Meluncurlah komposisi ”Sleigh Ride” yang ringan cenderung gembira, seakan-akan menggambarkan anak-anak yang bermain di atas salju.

Glen menggandeng gitaris Gihon Lohanda untuk memainkan lagu ”Frosty the Snowman”. Petikan gitar melodi Gihon juga membawa kegembiraan, membuat beberapa penonton ikut mengangguk-anggukkan kepala.

Berturut-turut kemudian, beberapa penyanyi tampil membawakan lagu-lagu Natal terkenal lainnya. ”All I Want for Christmas is You” yang dipopulerkan penyanyi Mariah Carey dibawakan dengan nuansa yang lebih lembut oleh penyanyi Meda Kawu. Lagu klasik ”Ave Maria” gubahan Franz Schubert tahun 1825 dinyanyikan penyanyi seriosa Regina Handoko dalam iringan jazz sehingga mencetuskan cita rasa yang unik.

Permainan saksofon Richard Hutapea kembali mendayu dalam lagu ”Let It Snow! Let It Snow! Let It Snow!”. Disusul kemudian dengan lagu pop ”Grown-Up Christmas List” yang pertama kali ditulis David Foster bersama Linda Thompson-Jenner. Lagu ini bertutur tentang seorang dewasa yang bertemu Sinterklas dan tidak lagi meminta hadiah Natal berupa barang, tetapi kebaikan untuk umat manusia.

”Lagu ini saya persembahkan untuk Indonesia agar segera damai dan tenang seperti sedia kala,” kata Artidewi, yang menyanyikannya.

Konser Classic Meets Jazz ditutup dengan komposisi ”O Come, All Ye Faithful” dan ”Winter Wonderland” yang dibawakan seluruh penampil. Keceriaan pun melingkupi panggung. Malam pun menjadi tak terlalu sunyi lagi, penuh kegembiraan menyambut Natal.

Sleigh bells ring, are you listening/In the lane, snow is glistening/A beautiful sight, we’re happy tonight/Walking in a winter wonderland….

FRANSISCA ROMANA NINIK


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Desember 2016, di halaman 25 dengan judul “Malam (yang Tak Terlalu) Sunyi”