Jagat sihir belum kehilangan keajaibannya. Setelah Harry Potter mengakhiri petualangannya tahun 2011 lewat ”Harry Potter and the Deathly Hallows-Part 2”, seri petualangan sihir baru dimulai lagi tahun ini. Giliran Newt Scamander yang membawa kita menjelajahi dunia magi bersama ”Fantastic Beasts and Where to Find Them”.
Kehadiran film ini sangat dinanti-nanti, terlebih oleh para penggemar seri penyihir dengan tanda halilintar di dahinya itu. Sebelum kemunculannya, timbul pertanyaan, akankah Fantastic Beasts and Where to Find Them akan terasa seperti Harry Potter? Atau tanpa Potter, apakah film itu masih terasa magis?
Fantastic Beasts and Where to Find Them ditulis oleh JK Rowling, yang juga penulis seri Harry Potter. Ini merupakan kali pertama dia menulis skrip film berdasarkan buku yang ditulisnya dengan judul sama. Buku Fantastic Beasts and Where to Find Them ini disebut-sebut dalam kisah Harry Potter and the Philosopher Stone sebagai buku pelajaran di sekolah sihir Hogwarts.
Sutradara David Yates yang digandeng Warner Bros untuk menggarap film ini pun pada awalnya merasa gugup. Yates menyutradarai empat film terakhir Harry Potter, yakni Harry Potter and the Order of the Phoenix, Harry Potter and the Half-Blood Prince, Harry Potter and the Deathly Hallows-Part 1, dan Harry Potter and the Deathly Hallows-Part 2.
Dalam sebuah konferensi pers, Rowling mengungkapkan bahwa Fantastic Beasts and Where to Find Them ini merupakan seri pertama dari lima seri yang direncanakan. Kisahnya dimulai 70 tahun sebelum masa Harry Potter, sekitar tahun 1926 dan akan berakhir 19 tahun kemudian.
Newt Scamander, diperankan Eddie Redmayne, tiba di New York menenteng koper berisi penuh hewan gaib yang dikumpulkannya untuk keperluan menulis buku. Tak dinyana, Niffler, salah satu hewan gaib mirip platipus berbulu hitam dan gemar benda berkilau, lepas.
Kejadian ini mempertemukan Scamander dengan seorang No-Maj, sebutan untuk manusia nonpenyihir di Amerika Serikat, atau Muggle. Koper milik No-Maj bernama Jacob Kowalski (Dan Fogler) ini tertukar dengan milik Scamander. Saat itu, Scamander menimbulkan keributan dan menarik perhatian Porpentina ”Tina” Goldstein (Katherine Waterston), salah satu auror di MACUSA (Dewan Sihir AS).
Dari sinilah petualangan dimulai. Scamander, seorang magizoologis yang kikuk, berusaha mengumpulkan kembali hewan-hewan gaib yang lepas. Kowalski, yang seharusnya diberi mantra Obliviate untuk menghilangkan ingatannya akan dunia sihir, justru membantu Scamander. Goldstein pun akhirnya turut membantu bersama adiknya Queenie (Alison Sudol), seorang Legilimens atau pembaca pikiran.
Mereka berhadapan dengan auror Percival Graves (Colin Farrell) yang punya agenda tersembunyi. Di depan mereka menghadang Direktur MACUSA, Seraphina Picquery (Carmen Ejogo), yang tidak ingin dunia sihir tersingkap keberadaannya karena bisa berarti perang antara penyihir dan manusia. Scamander juga harus berhadapan dengan kekuatan jahat berupa Obscurus yang menimbulkan kekacauan di dunia manusia.
Kejutan yang segar
Meskipun kisah Fantastic Beasts and Where to Find Them tidak berkaitan sama sekali dengan Harry Potter, nuansanya masih terasa karena beberapa istilah atau situasi dalam cerita Harry Potter mengemuka. Misalnya, Scamander bersekolah di Hogwarts, salah satu gurunya juga Albus Dumbledore, lalu muncul nama Leta Lestrange, yang mengingatkan pada tokoh Bellatrix Lestrange. Beberapa mantra yang terucap pun sama, seperti Alohomora, Petrificus Totallus, dan Obliviate.
Meski demikian, cerita Fantastic Beasts and Where to Find Them juga terasa berdiri sendiri. Jalinan alurnya menarik dan penuh kejutan sehingga terasa segar. Walau ada Harry Potter di alam bawah sadar kita, film ini menyuguhkan petualangan yang benar-benar baru.
Efek visual terlihat menakjubkan pada bentuk hewan-hewan gaib yang dibawa Scamander. Selain Niffler yang nakal dan tertarik pada segala benda gemerlap, ada Erumpent berbentuk badak raksasa, Demiguise yang berbulu abu-abu mirip monyet tetapi berwajah seperti burung hantu, Occamy semacam ular warna biru keunguan dengan paruh burung dan bisa membesar atau mengecil sesuai ukuran ruangan, serta Frank si Thunderbird yang berupa elang raksasa dengan dua bentangan sayap.
Yates menyuguhkan adegan pertarungan sihir antara Scamander dan Graves dengan kilatan-kilatan cahaya dari tongkat sihir yang menyilaukan. Begitu juga saat penyihir-penyihir itu menghilang dalam lingkaran spiral untuk berpindah tempat dengan cepat.
Redmayne memerankan karakter Scamander dengan memesona. Gayanya canggung, tetapi sangat cerdas. Dia lebih bisa berbaur dengan hewan-hewan gaib itu dibandingkan dengan sesama penyihir. Koper yang dibawanya rupanya adalah rumah dan ”kandang” bagi hewan-hewan gaib yang sangat luas. Padang rumput, hutan, salju berada di dalamnya sesuai dengan jenis hewan yang dipeliharanya.
Fogler benar-benar mencuri perhatian lewat karakter Kowalski. Komedian ini menampilkan ekspresi yang kocak dalam berbagai situasi. Kehadirannya selalu mengundang tawa, bahkan tepuk tangan, penonton. Misalnya, saat dia dikejar-kejar Erumpent yang sedang musim kawin atau saat dia berusaha masuk ke dalam koper Scamander yang tidak muat bagi tubuhnya yang tambun.
”Kurasa aku tidak bermimpi,” katanya, setelah bisa ikut masuk ke dalam koper Scamander.
”Kenapa?” tanya Scamander.
”Aku tak cukup pintar untuk mengarang yang seperti ini,” jawab Kowalski.
Masih banyak hal tak terjelaskan dalam film ini. Ada hal-hal yang hanya muncul atau disebutkan sekilas dan mengundang penasaran. Tak sabar rasanya menunggu empat seri petualangan dunia magis selanjutnya.
FRANSISCA ROMANA NINIK
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 November 2016, di halaman 21 dengan judul “Film: Petualangan Baru Dunia Sihir”