Olahraga balap sepeda terus berkembang dan ”membiakkan” diri menjadi berbagai nomor balapan yang masing-masing punya karakter sendiri. Setelah berkembangnya balap sepeda cross country dan downhill, kini nomor enduro semakin mengokohkan diri dan menunggu pengakuan semua pihak.

Balap sepeda enduro atau sering disebut all mountain bike racing menjadi pelengkap nomor balap sepeda untuk jenis sepeda gunung yang saat ini mengenal dua kategori utama, yaitu cross country (XC) dan downhill (DH).

Enduro merupakan perkawinan antara XC dan DH. Jalur enduro sangat bervariasi, berupa jalur lintas alam dengan beberapa turunan tajam khas downhill. Inilah yang membuat enduro sangat menantang sekaligus menghibur dari sisi trek dan pemandangan alam.

Sepeda enduro juga lebih mirip dengan downhill yang menggunakan dua suspensi. Di pasaran, jenis sepeda untuk enduro sering disebut all mountain bike.

Pada balapan XC, pebalap umumnya menggunakan sepeda dengan suspensi tunggal di depan. Kemampuan peredaman kejut bervariasi, 80 mm hingga 120 mm. Sepeda juga dirancang memiliki berat yang ringan, dengan ban ”bergigi” supaya mendapat traksi pada jalur tanah ataupun berbatu serta memudahkan saat menanjak.

Sementara pada downhill, pebalap menggunakan sepeda bersuspensi ganda, dengan suspensi depan dibuat lebih panjang sehingga memiliki daya redam lebih kuat (biasanya 200 mm atau 203 mm). Lintasan DH sepenuhnya menurun, lebar lintasannya cukup sempit dan berbelok-belok, dengan panjang lintasan bisa ditempuh pebalap dua menit hingga lima menit.

Lintasan penghubung

Dari ketiga nomor balap sepeda gunung itu, yang membedakannya adalah jarak tempuh yang harus dijalani pebalap, cara start, dan karakter lintasan balap.

Pada XC, pebalap dilepas dalam sebuah kelompok besar dan harus menjalani lintasan alam berjarak panjang, dengan waktu tempuh lebih dari 30 menit untuk satu putaran. Pada balapan enduro, pebalap dilepas satu per satu dengan selisih jarak 30 detik dan lintasan yang dilalui berjarak pendek.

”Berdasarkan pedoman Enduro World Series (EWS), total waktu tempuh semua SS (special stage) itu harus sekitar 20 menit per hari sehingga panjang lintasan setiap SS-nya tidak terlalu panjang, 4-7 kilometer, tergantung karakter lintasannya,” ungkap Direktur Balapan Indonesian Enduro Series 2016 Pratomo Setyadi.

Oleh karena itulah, balapan enduro rata-rata dibagi menjadi dua atau tiga SS.

Ical Hardiyana, Direktur Indonesian Enduro Series, menambahkan, pada balapan enduro antara SS satu ke SS berikutnya, pebalap harus melalui lintasan penghubung (liaison) yang harus dijalani dengan mengendarai sepeda. Waktu tempuh menjalani lintasan penghubung yang umumnya merupakan medan menanjak itu juga dibatasi, bisa sekitar 30 menit, sehingga pebalap masih bisa dengan cukup santai untuk menjalani lintasan penghubung tersebut.

Hal itulah yang menarik penggemar olahraga sepeda untuk menerjuni balap enduro. Selain karakter lintasannya yang menantang dan merupakan lintasan alam, jarak tempuhnya pun tidak terlalu panjang. Pebalap pun bisa lebih berkonsentrasi pada kecepatan dan kecermatan dalam melalui medan demi medan. Mereka juga tidak perlu memikirkan penghematan tenaga karena jarak tempuh yang jauh.

Fokus Penuh – Seorang pebalap enduro harus fokus penuh untuk bisa mengendalikan sepedanya dalam kecepatan tinggi di medan yang sulit dan jalanan sempit. Pebalap enduro ini bahkan menggunakan kakinya untuk bisa mengerem dan membelok dengan cepat, pada gelaran Indonesia Enduro Seri Pertama di perkebunan teh Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Minggu (29/5). Kompas/Rakaryan Sukarjaputra (OKI) 29-05-2016
Fokus Penuh – Seorang pebalap enduro harus fokus penuh untuk bisa mengendalikan sepedanya dalam kecepatan tinggi di medan yang sulit dan jalanan sempit. Pebalap enduro ini bahkan menggunakan kakinya untuk bisa mengerem dan membelok dengan cepat, pada gelaran Indonesia Enduro Seri Pertama di perkebunan teh Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Minggu (29/5).
Kompas/Rakaryan Sukarjaputra (OKI)
29-05-2016

Potensi besar Indonesia

Dengan kekayaan hutan dan perkebunan yang dimiliki, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan balap enduro.

”Kalau di luar, khususnya di Barat, enduro seringnya di lintasan yang dibuat khusus, bukan di lintasan alam seperti kita. Karena itu, kita punya potensi besar sebab lintasan alam itu karakternya bervariasi dan pemandangan alamnya pun bagus,” ujar tokoh balap sepeda enduro Indonesia, Mohamad Teguh Roziadi.

”Kita juga tidak kekurangan trek untuk enduro. Di semua provinsi pasti ada, bahkan lebih dari satu. Karena itu, enduro ini sangat potensial dikembangkan untuk menarik banyak pebalap enduro dari luar datang ke Indonesia dan menjajal trek-trek enduro kita,” papar pebalap berusia 58 tahun asal Bali itu.

Pandangan senada disampaikan pebalap downhill Indonesia yang kini juga rajin membalap enduro, Nurwarsito dari Yogyakarta.

”Pebalap-pebalap kita tidak kalah dari pebalap luar, hanya butuh lebih sering latihan dan dilatih dengan lebih benar. Yang terpenting adalah ada banyak kejuaraan enduro sehingga pebalap-pebalap kita bisa terus mengasah kemampuannya dan suatu ketika bisa mengikuti kejuaraan dunia,” ungkap Nurwarsito.

Baik Teguh maupun Nurwarsito meyakini, komunitas-komunitas pegiat sepeda enduro akan semakin bertambah banyak di Indonesia.

”Memang butuh proses untuk menjadikan balap enduro sebagai balapan yang resmi diakui dan menjadi cabang balapan resmi di pesta-pesta olahraga seperti Asian Games, bahkan Olimpiade. Dengan jumlah komunitas yang semakin berkembang, jalan menjadi cabang balap sepeda resmi akan semakin mudah. Jadi ini hanya soal waktu,” jelas Nurwarsito.

Jika balap sepeda BMX saja kini menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade, jalan bagi balap sepeda enduro untuk juga menjadi cabang Olimpiade cukup terbuka.

”Dari kejuaraan enduro seperti inilah komunitas pegiat sepeda enduro akan berkumpul, dan suatu saat nanti pasti bisa bersepakat untuk membentuk sebuah organisasi resmi nasional untuk mewadahi para penggemar balap sepeda enduro,” papar Ical Hardiyana.

Teguh mengingatkan, di Bali saja banyak wisatawan asing memilih berwisata dengan sepeda untuk bisa lebih menikmati suasana alam di Pulau Dewata itu. Potensi wisata sepeda tersebut bisa dikembangkan melalui jalur sepeda enduro.

Wisatawan mancanegara tidak hanya menikmati pemandangan alam yang indah di sejumlah daerah di Indonesia, tetapi juga bertualang di jalur sepeda enduro di medan-medan yang cukup menantang.

”Kalau selama ini wisatawan bersepeda biasanya melalui jalan-jalan di desa-desa atau areal persawahan, melalui enduro kita mengajak mereka ke gunung-gunung dan hutan untuk lebih memberikan pengalaman bertualang yang lebih mengasyikkan lagi,” tutur Teguh, dedengkot balap sepeda enduro yang pernah mengikuti ajang balapan di Perancis, Kanada, dan beberapa negara di Asia dan Eropa.

(RAKARYAN SUKARJAPUTRA)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Oktober 2016  , di halaman 30 dengan judul “BALAP SEPEDA Enduro, Lahan Baru Petualangan Bersepeda”.