Menyeruput cappuccino berteman lontong cap go meh? Kenapa tidak? Dari sebuah kafe bernuansa lawasan, perpaduan tradisional dan modern tidak berhenti pada suasana, tetapi sampai pada sajian yang ditawarkan.
Rul’s Coffee Gallery yang berlokasi di Jalan Padang, Jakarta Selatan, memang sebuah rumah kuno yang dibangun pada zaman kolonial Belanda dan kemudian disulap menjadi kafe. Sang pemilik, Rulita Anggraini, menggemari segala hal yang berbau kuno serta telah mengumpulkan benda- benda lawasan dan hasil bongkaran rumah tua selama lebih dari 20 tahun.
Hasilnya menghiasi hampir setiap sudut Rul’s Coffe Gallery, mulai dari lantai marmer, hiasan dinding berupa peta kuno, jam dinding kayu, kursi-kursi kayu, kain tua, hingga pintu dan gebyok buatan tahun 1946. Benda-benda tua itu berpadu dengan sentuhan etnik modern, seperti tampak pada pelapis kursi, lukisan, dan dekorasi lainnya.
”Saya memang punya minat besar pada rumah tua, benda tua. Mereka punya nilai cerita atau sejarah di baliknya. Barang-barang tua itu tidak ada KW-nya. Ada nuansa rumahan yang hangat yang bisa dinikmati para tamu karena dikelilingi benda-benda tua ini,” tutur Rulita.
Suasana santai dan akrab di dalam kafe ini ditawarkan kepada mereka yang ingin mencari suasana privat dan tenang selepas bekerja atau malah saat rapat di luar kantor. Selain kursi-kursi privat di bagian depan kafe, di ruang tengah tersedia ruang yang lebih lapang dan bisa digunakan beramai-ramai. Tersedia pula tempat duduk-duduk di halaman belakang yang terbuka, bersisian dengan taman yang berumput hijau.
Dengan pencahayaan yang temaram dari lampu kekuningan, suasana terasa hangat saat malam, tetapi saat siang justru terasa adem. Begitu masuk ke dalam Rul’s Coffee Gallery yang baru dibuka pada 5 September lalu, pengunjung akan mendapati dirinya seperti pulang ke rumah setelah bekerja.
Resep nenek
Namanya juga kafe, tentulah kopi menjadi salah satu tawaran yang wajib dicicipi. Rulita juga seorang penggemar kopi sehingga ingin agar pengunjung menikmati kopi seperti dirinya. ”Saya belajar dari beberapa teman yang ahli kopi. Ada berbagai suguhan olahan kopi, seperti cappuccino, espresso, latte, frappuccino, dan long black yang diracik dari biji kopi arabika premium asli Indonesia,” katanya.
Jika kita mencari petualangan kuliner di kafe ini, patutlah mencoba menu istimewa yang merupakan masakan khas rumahan, seperti lontong cap go meh, sop buntut, dan rawon komplit. Ini sejalan dengan konsep Rul’s Coffee Gallery yang ingin menghadirkan suasana rumahan di kafe tersebut.
Yang membuat menu tersebut istimewa adalah resepnya yang berasal dari sang nenek yang berasal dari Jawa Timur. Lontong cap go meh, misalnya, tersaji dalam takaran bumbu yang pas dan menjadikannya hidangan andalan.
Beberapa potong lontong ditemani krecek, potongan ayam bumbu opor, telur rebus yang diberi olesan petis di atasnya, berenang-renang di dalam kuah lodeh labu siam yang kental. Dilengkapi cabai rawit merah, kerupuk udang, dan taburan bawang goreng, rasanya membuat lidah tak ingin berhenti mengunyah.
Sop buntut juga disajikan dalam kuah yang bening segar. Ditemani wortel, kentang, dan daun bawang, sop buntut terasa pas disantap dengan nasi putih hangat dan emping yang renyah. Aroma sedap dari kuah yang mengepul sungguh menggoda indera.
Pengunjung kafe yang tidak ingin makan berat juga bisa menyantap camilan yang juga bergaya rumahan, seperti combro, pisang goreng, dan singkong goreng. Tak ketinggalan camilan ala Barat semacam hot dog yang dihidangkan bersama keripik kentang buatan sendiri dan barbeque chicken wrap.
”Resep ayam untuk chicken wrap juga kami buat sendiri,” ujar Rulita.
Masih ada menu cake atau kue yang pas disantap bersama kopi, teh, atau cokelat. Tersedia cheese cake, carrot cake, dan crépe yang juga buatan sendiri. Crépe ini juga istimewa karena resepnya diwarisi dari ayah mertua Rulita yang berasal dari Amerika Serikat.
Kopi darat
Selain untuk pengunjung umum, Rul’s Coffee Gallery juga disiapkan untuk tempat berkumpul bagi komunitas berbasis minat, hobi, atau profesi. Beberapa kelompok pegiat sepeda, pencinta fotografi, penggemar batik atau kain tradisional, dan sejumlah kelompok lainnya sudah menjajal kafe ini untuk mengadakan kegiatan bersama.
Rulita menuturkan, komunitas-komunitas itu dipersilakan menggelar peluncuran buku, show, lokakarya, atau sekadar kopi darat anggota di tempat tersebut. Dia juga berkolaborasi dengan berbagai pelaku usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang kuliner, mode, aksesoris, seni, dan musik untuk mengadakan kegiatan di Rul’s Coffee Gallery secara rutin atau berkala.
Seperti saat pembukaan kafe, acaranya dimeriahkan dengan pergelaran busana karya desainer etnik modern Nita Senoadji dan Rudy Chandra. Ruang di antara kursi-kursi pengunjung dimanfaatkan sebagai catwalk busana-busana cantik nan unik.
”Inilah kenapa konsepnya disebut coffee gallery, yakni menggabungkan konsep nyaman menikmati kopi dengan keindahan karya seni,” kata Nita. Saking nyamannya seperti di rumah, tak terasa lontong cap go meh sudah tandas, dan kopi tinggal seruputan terakhir.
FRANSISCA ROMANA NINIK
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2016, di halaman 31 dengan judul “Rul’s Coffee Gallery Kafe Rasa Rumahan”.