Lagu-lagu baru terus lahir dengan musik dan lirik beragam. Salah satunya lagu berlirik campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diracik sedemikian rupa menjadi varian baru. Simak lagu milik trio Gamaliel, Audrey, dan Cantika (GAC) berjudul ”Never Leave Ya”. Singel ini ada di album kedua GAC, Stronger, yang dirilis Juni 2015 di bawah bendera Sony Music Entertainment Indonesia.
”Memang kau tak disisiku/Memang kau jauh dariku/Namun s’lama kau di hati/Kunantikan slalu kehadiranmu/ I believe that we can work it out (4x)/Berbaring di dalam kamar tidurku/Menantikan slalu kabar darimu/Melihat fotomu (yes it helps a little)/Tak berarti ku tak rindu kau keliru…/I believe that we can work it out (4x)…”
Musiknya bertempo cepat, bernuansa R&B, mengiringi lirik yang dibawakan ala penyanyi rap. Harmonisasi vokal ketiganya saling mengisi, melompat-lompat dari lirik bahasa Indonesia ke bahasa Inggris lalu kembali ke bahasa Indonesia.
Simak juga lagu berjudul ”Cinta”. ”Genggaman tanganmu membuatku tak bisa pungkiri/Walau kau slalu di hatiku ingin kau di sini/Tak mau bayangkan yang akan terjadi/Tanpamu o Tanpamu o/Kudambakan setiap detik/Setiap menit setiap jam/Tuk bahagiakan hatimu/Kurindukan matamu senyummu detak jantungmu/Don’t want to let you go…”
Lalu, lagu berjudul ”Bahagia” yang sedang wira-wiri di radio. Lirik lagu yang didominasi bahasa Indonesia itu juga dihiasi lirik berbahasa Inggris di bagian akhir dan dibawakan dalam tempo cepat. Masih ada beberapa lagu milik GAC yang notabene berlirik campuran, termasuk lagu ”Jangan Parkir” (The Op Op Song) di album pertama GAC, Gamaliel Audrey Cantika, rilis tahun 2012.
Selain GAC, ada duo Bubugiri yang melepas album pertama bertajuk Music Everyday tahun lalu. Di album itu, ada beberapa lagu yang liriknya campuran, salah satunya ”Music Everyday”.
Lagu itu dibuka dengan empat larik kalimat berbahasa Indonesia, dilanjutkan lirik berbahasa Inggris yang kemudian hingga lagu berakhir liriknya berbahasa Inggris. ”…Walau tak secantik bidadari tak seperti selebriti/Tapi lihat aku selalu happy dengan gayaku sendiri/I never worry I got music everyday…/Tak se-exist selebriti televisi/Lihat aku di sini selalu happy selalu sexy/Never worry I got music everyday/I never worry I got music everyday/I don’t have a lot of cash/ No I don’t look like a super model…”
Lirik serupa juga ada di lagu ”Get The Music Started”, ”We Give We Take We Go”, dan ”Traffic of Jakarta”. Begitu pula di singel perdana Bubugiri berjudul ”Copy Cat”. ”She’s one of the diva/have soulful inspiration for many singers like me/singing her music full of passion/I can feel her music full of emotion/she makes me think that I could really spread my wings/and I’ll go learn to fly…”
Tidak hanya GAC dan Bubugiri, beberapa penyanyi sudah lebih dulu membuat lagu dengan lirik campuran atau menyelipkan kalimat berbahasa Inggris di lirik lagu mereka. Slank di lagu ”I Miss You but I Hate You”, Project Pop dengan lagu ”Dangdut is The Music of My Country”, lalu Agnes Monica di lagu ”Paralyzed” dan ”Godai Aku Lagi”.
Begitu pula dengan penyanyi-penyanyi cemerlang, seperti Andien dengan lagunya ”Moving On” dan ”Let It Be My Way”, Petra Sihombing di lagu ”Mine” versi Indonesia yang masih juga menyelipkan lirik berbahasa Inggris, serta Raisa dengan lagunya ”Could It Be”.
Sebagian penikmat musik menganggap lagu berlirik campuran mengganggu kenikmatan mendengar lagu. Bagi mereka, lirik lagu sebaiknya fokus, bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja. Namun, sebagian lainnya menilai, lagu berlirik campuran tak masalah asalkan rasa lagunya tetap terjaga. Tak asal tempel agar lagunya tetap enak di telinga.
Referensi
Menurut Cantika dari GAC, pilihan menggunakan lirik campuran salah satunya disebabkan referensi mereka memang lagu berbahasa Inggris sebagaimana bahasa Inggris yang telah menjadi keseharian anak muda seperti mereka. Sebelum dipinang Sony, GAC biasa membawakan lagu berbahasa Inggris, seperti milik Lady Gaga yang lalu diunggah ke Youtube.
Referensi itu terus terbawa dalam proses bermusik mereka. ”Dalam penulisan lirik, kata dalam bahasa Inggris sering lebih enak dan lebih pas. Dengan arti yang sama, bahasa Indonesia sering lebih panjang sehingga saat dimasukkan kurang cocok,” ujar Cantika, Selasa (30/8).
Hal itu, antara lain, lanjut Gamaliel, disebabkan musik GAC yang didominasi tempo cepat seperti R&B sehingga membutuhkan lirik yang lebih pendek. ”Tapi, kita enggak paksain juga. Kalau memang lebih pas pakai bahasa Indonesia, ya, pakai bahasa Indonesia,” kata Gamaliel.
Sejauh ini, respons pendengar, menurut Audrey, cukup positif. Dia menduga, selain image GAC yang lekat dengan lagu-lagu cover version, lirik-lirik berbahasa Inggris yang digunakan mudah dimengerti. ”Kami berusaha agar pesan yang kami sampaikan tidak mengalami distorsi,” tandas Gamaliel.
Secara terpisah, Bubu dari Bubugiri menuturkan, pilihan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia merupakan cara agar terus terkoneksi dengan pendengar. Bahasa Inggris, menurut Bubu, saat ini sudah tak asing sehingga lirik berbahasa Inggris pun dimengerti.
Dalam proses kreatifnya, membuat lirik berbahasa Inggris juga memiliki kesulitan tinggi. Mereka, misalnya, harus bisa memilih kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. ”Bahkan, karena sistem bahasa Indonesia dan bahasa Inggris beda, membuat lirik campuran sangat menantang,” kata Bubu.
Di sisi lain, dengan lirik campuran seperti itu, sengaja atau tidak sengaja, membuat lagu mereka diterima di belahan dunia mana pun. ”Tapi, jujur saja, lirik campuran ini muncul begitu saja, kita menemukannya sambil jalan, oh, kalau begini ’lucu’. Enggak pernah sengaja mengotak-ngotakkan lirik, seperti musik kami yang juga beragam, ada etnik, blues, balads, sampai swing,” kata Bubu.
Senior Manager Marketing & Communications Sony Music Entertainment Indonesia Sundari Mardjuki mengatakan, dari tinjauan pasar, lirik sebenarnya bukan faktor dominan. Kekuatan sebuah lagu terletak pada materi musiknya, apakah enak atau tidak didengar.
Namun, penggunaan lirik bahasa Inggris tidak bisa dilakukan asal karena rasa di dalam lagu harus tetap terjaga. ”Enggak bisa dipaksain dan bukan cuma untuk keren-kerenan. Kalau artisnya memang cocok, musiknya urban, ya, dipakai. Tapi, kalau pasarnya untuk kelas C atau D, ya, enggak sesuai,” kata Sundari.
Bagaimanapun, lagu yang didalamnya terdapat musik dan lirik merefleksikan sebuah era dengan salah satu ciri khasnya yang menonjol. Lirik campuran merekam relasi kedua bahasa yang semakin cair dan tanpa sekat. Sebuah isyarat kekinian dari industri musik Tanah Air.
Dwi As Setianingsih
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 September 2016, di halaman 18 dengan judul “Isyarat Kekinian Lirik Campuran”.