Suara gemercik air mengusir kesunyian tatkala langkah kaki Salahudin (44) membelah hutan menuju jantung wisata Pulau Moyo. Setelah berjalan kaki sejauh lebih kurang 200 meter dari tempat sepeda motornya diparkir, warga penjual jasa ojek wisata itu pun menggenapkan janjinya kepada tamu yang diantarnya akan pemandangan spektakuler dari Air Terjun Mata Jitu yang ia ceritakan sepanjang perjalanan.
Air jernih yang berwarna hijau kebiruan mengalir deras menuruni teras demi teras tanah bercampur endapan kapur berwarna putih kecoklatan. Keunikan warna air itu seakan mengundang semua pengunjung untuk mencicipi kesegarannya. Pengunjung juga dapat merasakan kesejukan tetesan air dari ujung stalaktit di langit-langit mulut gua yang berada di sisi kiri air terjun.
Selain karena keindahannya, Mata Jitu juga semakin terkenal di dunia pariwisata setelah Putri Diana (almarhum) dari keluarga Kerajaan Inggris berkunjung ke tempat itu secara diam-diam pada 1993. Sejumlah tokoh kelas dunia lainnya, seperti petenis Maria Sharapova dan penjaga gawang Edwin van der Sar, juga pernah merasakan keindahan Mata Jitu.
Salahudin pada waktu kunjungan itu bekerja sebagai juru masak di sebuah resor mewah di Pulau Moyo tempat istri Pangeran Charles itu menginap. Ia berkisah, tidak ada satu pun warga desa tahu bahwa perempuan cantik yang mengunjungi Mata Jitu tersebut adalah pesohor dunia.
”Waktu itu karyawan yang mengetahui siapa tamu mereka dilarang membocorkan informasinya kepada orang lain. Setelah Diana pulang, warga baru tahu bahwa perempuan yang dikawal tiga bodyguard berbadan besar-besar itu adalah orang penting dari Kerajaan Inggris,” tutur Salahudin, Sabtu (9/4).
Mata Jitu merupakan primadona wisata di pulau seluas 350 kilometer persegi yang terletak di utara Pulau Sumbawa, tepat di mulut Teluk Saleh tersebut. Satu-satunya cara untuk menuju obyek wisata yang terletak di Desa Labuan Aji, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ini adalah melalui jalur laut. Pengunjung harus menyeberang dari Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, di Pulau Sumbawa.
Cara tercepat mencapai Sumbawa Besar dari Pulau Lombok tentunya melalui jalur udara. Saat ini, dalam sehari hanya terdapat dua jadwal penerbangan dari Bandar Udara Internasional Lombok di Pulau Lombok menuju Bandara Muhammad Kaharuddin II di Sumbawa Besar. Waktu penerbangan 30 menit.
Dari bandara di jantung Pulau Sumbawa tersebut, pengunjung dapat naik taksi ke Pantai Saliper Ate atau menghubungi penyedia jasa pariwisata yang dapat mengantar ke Pulau Moyo. Mengatur rencana perjalanan bersama penyedia jasa pariwisata setempat disarankan untuk mengefisienkan waktu kunjungan.
Untuk menyeberang ke Pulau Moyo, wisatawan dapat menyewa kapal cepat berbahan fiber dari Sumbawa Besar dengan biaya sekitar Rp 3,5 juta per hari. Perjalanan sejauh 37 kilometer tersebut dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam.
Alternatif lain, wisatawan dapat menyewa kapal berbadan kayu dan bermesin motor tempel dengan tarif sekitar Rp 1,2 juta per perjalanan pergi-pulang dengan jumlah maksimal penumpang 10 orang. Waktu tempuh dengan kapal ini sekitar dua jam.
Cara paling ekonomis menyeberang ke Pulau Moyo adalah dengan menumpang perahu penyeberangan tradisional bersama warga. Biaya naik perahu kayu bermesin motor tempel berkapasitas 15-20 orang plus barang sekitar Rp 25.000 per perjalanan dengan waktu tempuh 2,5 jam. Namun, jadwal keberangkatan perahu-perahu kayu itu tidak bisa dipastikan. Hal itu tergantung dari tercapai atau tidaknya jumlah minimum penumpang yang akan menyeberang.
Keterbatasan ketersediaan kapal penyeberangan menjadi salah satu kendala utama pengembangan wisata Pulau Moyo. ”Kami sudah mengajukan permohonan pengadaan tiga kapal penyeberangan kepada pemerintah daerah agar setiap hari ada jadwal pasti kapal (perahu kayu) menuju dan dari Pulau Moyo,” ujar Suhardi, Kepala Desa Labuan Aji.
Saat ini setiap bulan tercatat paling tidak 200 wisatawan mancanegara dan sekitar 300 wisatawan domestik mengunjungi pulau yang menjadi ikon wisata Pulau Sumbawa ini. Sebagian besar wisatawan saat ini masih mengandalkan angkutan perahu yang disediakan sejumlah resor di Sumbawa Besar dan Pulau Moyo.
Sesampainya di dermaga Labuan Aji, pengunjung dapat menyewa jasa ojek sepeda motor merangkap pemandu wisata dengan tarif Rp 100.000 per orang untuk menuju Mata Jitu. Pengunjung harus menyiapkan fisik karena sebagian besar jalan sejauh sekitar 6 kilometer yang ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit tersebut dalam kondisi rusak.
Jika menjelajahi Pulau Moyo lebih lama, pengunjung dapat memanfaatkan penginapan yang disediakan warga dengan tarif sekitar Rp 300.000 per malam per orang. Selama menginap, pengunjung berkesempatan memperoleh hidangan makan malam dan sarapan pagi.
Pengunjung yang hendak merasakan sensasi menginap bak seorang putri dari Kerajaan Inggris tentu harus merogoh kocek jauh lebih dalam. Sebuah resor mewah yang biasanya digunakan para pesohor dunia tersedia di pulau itu.
Sebelum menginjakkan kaki di Pulau Moyo, pengunjung sebaiknya mengisi penuh baterai pada gawai karena listrik dari pembangkit listrik bertenaga diesel di pulau itu hanya mengalir pada pukul 18.00-06.00 Wita. Pengunjung juga sebaiknya membawa bekal makanan cukup karena warung makanan jarang ditemui di Pulau Moyo.
Pesona bawah laut
Pesona Pulau Moyo tidak hanya di daratan, tetapi juga di laut yang mengelilingi pulau tersebut. Terdapat belasan lokasi menyelam dengan kekayaan ikan serta keindahan koralnya yang wajib disambangi para penggemar dunia bawah air.
Di lokasi Angel Reef, misalnya, penyelam dapat menyaksikan keragaman ikan di antara karang koral di kedalaman sekitar 20 meter. Wisatawan yang belum mahir menyelam tidak perlu khawatir. Keindahan ikan dan tumbuhan laut tetap dapat dinikmati dengan berenang di permukaan atau snorkeling di sejumlah lokasi dengan arus tenang, seperti di Rajasua.
Daya tarik keindahan bawah laut Pulau Moyo mendorong tumbuhnya sejumlah tempat usaha jasa pemandu selam sekaligus persewaan alat-alat selam. Menurut Herwin Husein, pemilik usaha jasa pemandu selam Moyo Dive, dari tahun ke tahun jumlah penyelam dari rombongan instansi ataupun wisatawan perorangan terus meningkat.
Waktu yang tepat untuk menyelam di Pulau Moyo adalah Mei hingga Agustus, saat air tempat penyelaman relatif jernih dan tidak keruh. Kondisi ombak untuk menyeberang ke Pulau Moyo juga cukup tenang sehingga perjalanan pun nyaman.
Wisatawan juga dapat menikmati keindahan panorama Pulau Moyo beserta Teluk Saleh dari perbukitan di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa. Wisatawan yang berniat ke sana tentu harus mengajak pemandu karena jalan menuju tempat itu harus melewati tepian perkebunan jagung dengan kondisi jalan didominasi batuan kapur dan lumpur.
Ferganata Indra
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 April 2016, di halaman 29 dengan judul “Sepotong Surga di Pulau Moyo”