Unik dan menarik menjadi pembeda sebuah karya. Seni budaya yang khas, apalagi yang tidak dimiliki di tempat lain, bisa menjadi sumber keunikan yang tidak habis memberi inspirasi.
Jika biasanya cairan perak dituang ke dalam cetakan untuk menghasilkan bentuk tertentu, kali ini ia mencoba teknik berbeda yang cukup sulit dilakukan, yakni mengukir perak menjadi bentuk yang ia inginkan. ”Jadi saya bikin model origaminya, perajin membuatnya dari bahan perak. Perak juga bisa diganti dengan kuningan yang disepuh emas,” kata Sabbatha.
Tentu saja tidak semudah itu. Origami harus ia konstruksi sedemikian rupa sehingga bisa diterapkan untuk kerajinan perak. Sabbatha juga harus bekerja sama dengan perajin perak di Desa Batubulan dan Desa Singapadu di Bali. Selain tertarik dengan keunikan origami, kerumitan teknik juga menjadi pertimbangan Sabbatha. Bentuk yang dihasilkan juga lebih menarik karena dalam wujud tiga dimensi. ”Supaya lebih sulit ditiru,” kata Sabbatha, yang kerap menjumpai pembajakan karyanya.
Ragam material
Selama ini, selain batuan semimulia, Sabbatha juga menggunakan material lainnya sebagai aplikasi pada tasnya, seperti resin, keramik, manik-manik, tanduk kerbau, dan tanduk rusa. Ciri khas Sabbatha yang berani memadupadankan material dan warna menjadi daya tarik tersendiri.
Berbagai material ini dijalin satu per satu dengan tangan yang menghasilkan jalinan yangnjelimet. Struktur embellishment yang rapi dan konstruksi tas yang kokoh merupakan jejak pendidikan arsitektur Sabbatha. Ia belajar ekonomi, arsitektur, dan desain interior di Universitas Sorbonne, Perancis.
Enam desain tas terbarunya yang diluncurkan beberapa waktu lalu mengawali kelahiran kembali Sabbatha. Sabbatha Rahzuardi, yang merintis label Sabbatha sejak tahun 2004, memutuskan bergabung dengan PT Mahakarya Warisan Nusantara sejak 9 April 2015. Sebelumnya, Sabbatha yang ingin lebih berkonsentrasi dalam urusan desain menutup outletsatu-satunya di Seminyak, Bali, sejak November 2014.
”Brand-nya sudah menjadi milik Mahakarya. Kini, saya tergabung dengan Mahakarya sebagai desainer. Dalam kaitan label Sabbatha, saya lebih bersifat sebagai ko-pilot, sedangkan Mahakarya sebagai pilotnya,” ujar Sabbatha saat pembukaan toko pertama Sabbatha di Plaza Indonesia beberapa waktu lalu.
Enam desain tas terbarunya ini masing-masing terbagi dalam tiga macam warna. Warna-warna, seperti hitam, army green, biru, merah, kuning, coklat, dan nude, menjadi pilihannya. Menurut Sabbatha, model tas lebih bertahan lama dan tidak terlalu bergantung pada putaran tren. Kali ini, ia lebih memilih tas dalam bentuk clutch (tas genggam), pouch, envelope bag mini, extra large, serta box bag.
Jalinan manik-manik, bebatuan, dan kerajinan perak diaplikasikan pada panel atas bukaan tas. Jahitannya terlihat sangat rapi dan kuat dengan kesan ada kisah cerita yang ditampilkan. Misalnya, pada sebuah envelope bag berwarna biru dengan burung merak berhadapan dengan seekor burung lain dan kupu-kupu di bagian bawah. ”Dialog” ketiga hewan ini berlangsung dengan latar belakang taburan batu-batuan berwarna hijau giok, toska, dan bening, serta manik-manik yang dijalin dan dibentuk seperti bola-bola.
Sebuah tas kotak (box bag) berhias merak yang tengah megar bulu-bulunya dan terlihat berkilauan ketika tertimpa cahaya. Untaian manik-manik dan bebatuan berbagai ukuran, bentuk, dan warna di sekelilingnya membuat panel aplikasi ini seperti relief.
Pada tas lain yang serupa, aplikasi ditempatkan di bagian atas berupa hamparan manik-manik dan batu-batuan yang dihiasi bunga teratai dan kupu-kupu. Batu-batuan bulat berwarna ungu, yang menggerombol seperti buah anggur serta rangkaian manik-manik membentuk seperti buah berry, berada di antara kupu-kupu dan bunga teratai.
Sabbatha memilih material utama tasnya kali ini dari kulit ular piton. Biasanya, Sabbatha juga bermain dengan kulit sapi. Eksotisme sisik dan tekstur kulit ular piton diolah sedemikian rupa oleh Sabbatha sehingga memberikan kesan gagah, kuat, sekaligus unik. Kesan gahar ini diimbangi dengan pewarna kulit dengan aneka warna, seperti kuning, biru, coklat, abu-abu, merah, hijau, abu-abu, dan hitam. Untuk memberikan kesan feminin, diaplikasikanlah hiasan dari bahan batu-batuan semi mulia, manik-manik, dan perak tersebut.
Sebagai pegangan tas, dipakai logam atau material kulit ular yang dikepang atau dihiasi dengan jahitan tangan. Tas-tas kreasi Sabbatha, selain dinikmati konsumen di dalam negeri, juga sudah merambah ke luar negeri. Ketika masih membuka butik di Seminyak, beberapa pembeli rutin datang untuk menjual kembali produk Sabbatha di negara asal masing-masing, seperti Afrika Selatan, Korea Selatan, India, Rusia, dan Perancis. Menurut Sabbatha, tasnya juga pernah dipakai Paris Hilton dan Julia Roberts selain artis dalam negeri Christine Hakim.
Sri Rejeki
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Juli 2016, di halaman 18 dengan judul “Origami Perak pada Panel Tas”.