Setiap penjurian sebuah lomba foto usai, pertanyaan yang selalu muncul adalah apa alasan foto ini menang?
Kalau dianalogikan ke hal lain, begini kira-kira persamaannya; Anda diminta menilai lima piring nasi goreng untuk menentukan mana yang paling enak. Setelah Anda bisa memilih mana yang paling enak, Anda tentu tidak bisa mengatakan alasan pemilihannya bukan? Enak adalah kata kuncinya, tak ada pertimbangan lain yang bisa dijadikan alasan.
Akan tetapi, khalayak umum tentu tidak bisa menerima alasan yang mengatakan foto ini menang karena paling bagus. Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah bagus itu apa definisinya? Secara umum, manusia senang pada definisi walaupun kadang dia sendiri sering menilai tanpa tahu definisinya.
Sebagai contoh adalah definisi cantik dan definisi nyaman. Orang mudah mengatakan ”wah, orang itu cantik” dan ”wah, ruangan ini nyaman sekali”, padahal definsi apa itu cantik dan apa itu nyaman rasanya belum pernah ada yang baku.
Bagus, indah, menarik, dan berbicara
Sesungguhnya, untuk memberi definisi apakah sebuah foto itu bagus atau tidak, ada banyak pemikiran. Klik kali ini akan membahas empat definisi ”foto bagus”. Definisi pertama adalah kata ”bagus” itu sendiri.
Foto bagus adalah foto yang sesuai dengan tujuan untuk apa foto itu dibuat. Foto menu yang baik adalah foto makanan yang membuat orang yang melihatnya ingin memakan makanan itu. Foto interior yang bagus adalah foto ruangan yang membuat orang ingin berada di ruangan itu. Foto perjalanan yang bagus adalah foto yang membuat orang ingin datang ke tempat yang difoto itu.
Foto Candi Borobudur yang menyertai tulisan ini adalah foto yang indah, artinya foto yang menyenangkan untuk dilihat. Apakah foto Candi Borobudur ini bagus? Tergantung pemikirannya.
Foto Candi Borobudur itu tidak bagus kalau konteksnya adalah untuk lomba foto karena foto dengan sudut pemotretan seperti itu sudah sangat klise. Di Punthuk Setumbu, tempat pemotretannya, tiap pagi puluhan orang memotret dengan hasil yang kira-kira sama. Ini sudah berlangsung lebih dari 20 tahun di tempat itu. Foto Candi Borobudur yang dipotret dari Punthuk Setumbu saat matahari terbit adalah foto yang tidak bagus kalau konteksnya untuk lomba meskipun hasil fotonya indah.
Foto yang bagus saat pelantikan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2014 adalah foto yang bisa menggambarkan kemeriahan acaranya. Namun, foto itu akan menjadi tidak menarik kalau banyak orang memotret dengan hasil yang hampir sama.
Perhatikan aneka foto berita utama surat kabar di Indonesia pada 21 Oktober 2014. Foto-foto itu semua bagus, tetapi foto di harian Kompas adalah yang menarik. Foto menarik adalah foto yang lebih menonjol dibandingkan foto lain yang sejenis.
Adapun foto yang berbicara adalah foto yang mudah dimengerti. Akan tetapi, harus digaris bawahi bahwa mudah dimengerti ini bukanlah dalam kadar yang biasa-biasa saja. Foto yang berbicara adalah foto yang mudah dimengerti walau informasinya lebih dari biasa. Sebagai contoh adalah foto dari Pemilu 2009 yang menampilkan seorang pemilih tidak bertangan sedang memasukkan surat suaranya di Surabaya. Sekilas orang sudah tahu itu foto tentang apa dan apa keistimewaan adegan itu.
Pekan depan akan dibahas dua definisi lain, yaitu foto baik dan foto aman.
Arbain Rambey
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2016, di halaman 26 dengan judul “Memahami Definisi Foto Bagus”.