Unsur religi dan kondisi alam yang memesona adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari Pantai Balekambang di Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pura di pulau yang terhubung ke daratan melalui jembatan kecil dari semen itu melengkapi gulungan ombak yang pecah di kejauhan.

Awal Juli, wisatawan memadati pantai yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Malang. Pengunjung bukan saja berasal dari daerah sekitar Malang, melainkan juga kota lain di Jawa Timur, termasuk dari Jakarta dan Bali. Mereka menyempatkan diri berwisata di sela-sela kegiatan mudik dan silaturahim.

”Suasana dan pemandangannya benar-benar menyenangkan dan membuat betah. Keluar dari sini pikiran juga benar-benar segar karena pengunjung umumnya datang untuk mencari ketenangan,” kata Maria Rezitadina (20), mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, yang mengunjungi Balekambang sehari sebelum Idul Fitri 1437 Hijriah.

Berbeda dengan pantai lain di sisi selatan Jawa yang terkesan curam, kondisi Balekambang cukup landai. Wisatawan tidak hanya bebas bermain di atas pasir yang berwarna kuning keputihan, tetapi juga bisa bermain sedikit ke tengah yakni di atas hamparan karang saat air surut.

Bagi mereka yang enggan bermain terlalu ke tengah, bisa merasakan air laut yang mengalir mengitari pulau karang di tempat itu. ”Pantainya bagus, masih alami. Selain itu, ada pura di pulau yang membedakan dengan pantai lain, seperti Tanah Lot di Bali,” ujar Sunu Adi (33), wisatawan asal Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Sunu datang ke Balekambang berombongan bersama 12 saudaranya. Awalnya, mereka berkunjung ke rumah kerabat di Surabaya lalu diajak berwisata ke Malang. ”Ini kali pertama saya ke sini dan baru tahu kalau di Malang ada pantai dan sangat bagus seperti ini,” tuturnya.

Bagi mereka yang berkunjung ke Balekambang kurang lengkap rasanya jika hanya bermain air. Menyeberang ke pulau karang, tempat Pura Ismoyo yang dibangun pada 1985, merupakan salah satu keharusan. Dari pulau itu, wisatawan dapat melihat Samudra Indonesia lebih jelas, Pantai Balekambang di sisi timur, serta Pantai Jembatan Panjang dan Pantai Dali Putih di sisi barat.

Di jembatan semen sepanjang 70 meter itu pula biasanya wisatawan ramai-ramai mendokumentasikan diri. Siang itu, misalnya, banyak wisatawan yang didominasi anak muda berswafoto dengan latar belakang pura. Memang tidak semua wisatawan bisa menginjak area sekitar pura. Mereka yang tengah datang bulan (cuntaka) dilarang masuk. Wisatawan juga harus menjaga kebersihan dan kesucian pura.

Pada waktu-waktu tertentu, seperti Nyepi, wilayah
Balekambang ramai oleh ribuan umat Hindu dari beberapa
daerah, seperti Kediri, Blitar, dan Pasuruan, guna menjalani upacara Jalanididhipuja, yakni prosesi penyucian diri dalam rangka menyambut datangnya Nyepi. Di kawasan ini pula
terdapat Sumur Pitu yang
airnya biasa dipakai untuk upacara.

”Balekambang cukup bagus. Pantainya masih alami. Dua pulau karang yang terikat jadi satu dengan jembatan itu menarik. Ombaknya juga tidak berbahaya seperti di Pantai Ngliyep atau Jolosurto yang curam dan sering membawa korban,” kata Sadirin (74), wisatawan asal Surabaya.

Sadirin datang ke Balekambang mengantarkan anak-anaknya dari Semarang dan Solo yang ingin berlibur menikmati suasana pantai. Selain Balembang, mereka juga mengunjungi pantai lain di Kabupaten Malang, seperti Gua China dan Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

23 pantai

Pemerintah Kabupaten Malang tengah berusaha menata obyek wisata pantai yang ada di wilayahnya. Sejauh ini ada 23 obyek wisata menarik yang telah terdata di sepanjang 105 kilometer garis pantai. Dari jumlah itu, baru dua obyek wisata yang telah ditata oleh badan usaha milik daerah, yakni Pantai Balekambang dan Ngliyep di Kecamatan Donomulyo.

Keindahan panorama pantai di Malang tidak kalah dari daerah lain di Indonesia dan punya keunikan tersendiri. Pantai Kondangmerak di Bantur, misalnya, memiliki kontur tanah yang landai, berpasir putih, dan ombak yang tidak terlalu besar. Begitu pula Pantai Tambakasri di Kecamatan Sumbermajing Wetan yang masih alami dan berpasir coklat.

Pantai-pantai di Malang selatan mampu menyedot hampir tiga juta wisatawan dalam setahun, terutama wisatawan domestik. ”Pantai kami tidak kalah menarik dibandingkan dengan daerah lain. Memang masih ada beberapa kendala, misalnya infrastruktur. Akan tetapi, menurut kami, itu sudah layak, arah menuju pantai yang natural yang seperti itu jalannya,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang Made Arya Wedanthara.

Menurut Made, pihaknya tengah melakukan studi kelayakan bersama pihak ketiga untuk menata pantai-pantai yang ada di daerahnya. Dari kegiatan itu nantinya akan diketahui pantai-pantai yang dikembangkan sesuai peruntukan atau tidak. Seluruh pantai memiliki karakter masing-masing. Ada pantai dibiarkan alami, tetapi ada juga yang dilengkapi berbagai fasilitas sebagai magnet bagi pengunjung.

Saat menjelajahi seluruh pantai di Kabupaten Malang, pengunjung harus menyiapkan stamina karena infrastruktur ke kawasan pantai umumnya masih seadanya. Namun, lelah akan terbayar pesona pantai dengan ciri khas deburan ombak mendadak dan menjulang tinggi khas pantai laut selatan.

Defri Werdiono dan Agnes Swetta Pandia


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2016, di halaman 23 dengan judul ” Pesona Nusantara: Religi dan Keelokan Pantai Balekambang”.