Tangerang, Kompas Corner – Bangsa yang maju ialah bangsa yang terampil dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi (IPTEK) di dalam sendi-sendi kehidupan, serta memiliki kemampuan softskill yang memadai. Dalam konteks ini, bangsa yang maju ialah bangsa yang telah mengenyam pendidikan dengan baik sehingga mampu menyinergikan IPTEK dengan bidang pembangungan lainnya di dalam kehidupan manusia. Untuk memajukan bangsa dalam suatu negara tentunya dibutuhkan upaya dalam pengembangan IPTEK dan softskill lebih luas lagi, serta penanaman nilai-nilai etika dan moral yang kuat. Di Indonesia sendiri, upaya dalam pengembangan IPTEK dan softskill masih dirasa minim. Ketidakmerataan penyebaran pendidikan, rendahnya mutu pendidikan akademik dan non-akademik pelajar di Indonesia bisa menjadi beberapa hal yang menandakan rendahnya pengembangan IPTEK di Indonesia. Menyadari hal ini, salah satu tim yang sukses menyabet juara 1 dalam “Build Your Personal Branding Through Humanity Act” mengadakan kegiatan sosial edukatif, “Knowledge Sharing Event”, pada Sabtu (23/04) di Yayasan Rumah Pelangi, Cisadane.
Dalam pelaksanaannya, tim yang terdiri atas Maria Dwiharini, Katherine Vici, dan Mia, mendapatkan dukungan dari beragam pihak, yakni Harian Kompas, Kompas Corner, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN), dan sejumlah pihak terkait lainnya. Sekitar 20 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, yakni PAUD, TK dan SD dilibatkan dalam kegiatan “Knowledge Sharing Event”. Kegiatan “Knowledge Sharing Event” dibuka dengan sesi perkenalan antara mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dengan anak didik yang tergabung dalam kegiatan ini.
Adapun tujuan dari diselenggarakannya “Knowledge Sharing Event” ialah membekali anak-anak, selaku generasi muda penerus bangsa Indonesia, dengan keterampilan dan pengetahuan akademik dan pengetahuan non-akademik. Pembekalan materi tersebut dilakukan dengan beragam bentuk, yakni melalui games, lomba, dan aktivitas menarik lainnya yang edukatif. Melalui games, lomba dan aktivitas lainnya, anak-anak diharapkan mampu menggali lebih dalam potensi yang ada di dalam dirinya dan mampu mengasah softskill yang dimiliki.
Iip, salah satu relawan Komunitas Anak Langit, menyatakan bahwa dalam proses belajar-mengajar adakalanya sang pendidik harus menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang atraktif, agar anak-anak mampu mengikuti materi dengan baik. “Kalau ngajar anak-anak, kitanya sendiri harus happy. Nantinya, secara tak langsung anak-anak juga bakal happy. Mereka nggak bisa dipaksa untuk belajar,” sahut Iip.
Meskipun peserta acara masih belum memenuhi target, namun hal ini lantas tak menyurutkan antusiasme dan kemeriahan acara. Maria Dwiharini, selaku perwakilan dari tim personal branding menyatakan bahwa kehadiran panitia sendiri mendapatkan sambutan yang hangat dari anak didik.
“Pengen berbagi ilmu, terus juga pengen dong adik-adik bisa cerdas walaupun belajarnya tidak formal dan ekonominya terbatas, tapi hal itu bukan jadi penghalang buat mereka bisa mendapat pendidikan,” tutur Maria.
“Kenapa sih kita nggak nyalurin ilmu kita buat orang lain gitu. Toh, nggak apa-apa dong kita sebagai mahasiswa ngajar anak SD yang mereka juga butuh ilmu kita, kan? Jadi kita berusaha buat bantuin ngajar.” jelas Maria.
Maria dan anggota timnya berharap acara ini mampu menyalurkan pendidikan secara optimal dan mampu melatih softskill setiap anak didik dengan baik. Tidak mesti pendidikan akademik, Maria menjelaskan lagi bahwa pendidikan non-akademik juga mampu membawakan nilai-nilai yang positif.
Penulis : Nadya Zul El-Nuha
Editor : Editorial Kompas Corner