Dunia dongeng menjanjikan mimpi bahwa menjadi rupawan bakal bergelimang kebahagiaan. Namun, di drama Shrek The Musical, menjadi makhluk berwarna hijau dan berbadan tambun juga tak mengapa.
Di bagian menjelang akhir babak pertama, penonton dikenalkan dengan sosok cantik Putri Fiona dalam balutan gaun hijau berkilau. Ia terjebak di menara sebuah kastil yang dijaga naga. Sejak umur 7 tahun, ia percaya ditakdirkan diselamatkan oleh pangeran rupawan.
”Dia (si pangeran) akan datang hari ini,” kata Fiona, bocah dalam bentuk nyanyian. Waktu berlalu, pangeran tak kunjung muncul. Fiona, bocah menjadi Fiona remaja, masih dengan keyakinan sama. Sampai hari ke-6.423, Fiona yang telah dewasa tetap menyanyikan, ”I know it’s today.”
Pada adegan berikut, muncullah makhluk ogre, raksasa gendut dengan baju lusuh di menara itu. Dia ditemani keledai cerewet. Sosok itulah Shrek, si tokoh utama berwarna hijau cerah. Shrek sadar ia jelek. Makanya, ia pakai helm prajurit.
Fiona tak bisa lihat muka Shrek. Fiona kembali bersikukuh bahwa takdirnya adalah diselamatkan pangeran, berciuman, lalu hidup bahagia bersama. Tapi, Shrek tak mau mencium Fiona karena minder. Karena sudah ingin bebas, Fiona mau juga ikut pergi bersama Shrek dan si keledai Donkey.
Demikianlah akhir babak pertama drama dengan durasi sekitar 140 menit ini. Drama itu dibagi menjadi dua babak. Setiap akhir adegan ditutup dengan lagu, seperti ”Big Bright Beautiful World”, ”Story of my Life”, dan ”I Know It’s Today”. Para aktor dan aktris drama itu yang menyanyi secara langsung. Mereka juga menari.
Lindsay Estelle Dunn, yang jadi Fiona, misalnya, harus berlari-lari saat dikejar naga, sambil menyanyi ”This is How A Dream Comes True”. Suaranya tetap bagus, tidak ngos-ngosan.
Jalan ceritanya tak rumit, cenderung mudah ditebak. Apalagi jika sudah pernah nonton film animasi Shrek (2001) bikinan DreamWorks Pictures. Drama ini mengalih bentuk dari film itu. Drama ini adalah adaptasi dari seri pertama, yang juga bersumber dari cerita karangan William Steig terbitan 1990.
Membangun nuansa
Pengalaman menonton di layar berbeda dengan menyaksikannya di panggung. Penonton bisa ikut bersahut-sahutan diajak dialog oleh salah satu karakter, Lord Farquaad, pangeran kerdil yang tengil.
”Keaslian” bentuk karakter dijaga melalui tata kostum dan wajah yang rumit, sama kompleksnya dengan proses membuat film animasi. Kesan itu yang dirasakan ketika menonton pertunjukan musikal ini di ruang teater gedung Qatar National Conventional Center di Doha, Qatar, Kamis (17/3).
Tata panggung didekorasi seperti gambar di film. Drama musikal yang diroduksi oleh Broadway Entertainment Group dan NETworks ini memakai properti layaknya pertunjukan teater. Mereka membuat pohon yang tingginya 6 meter. Masuk-keluar pohon itu didorong oleh tenaga manusia, bukan mesin.
Karakter Betsy, si ular naga, juga seperti hidup meliuk-liuk mengejar Shrek, Fiona, dan Donkey. Betsy digerakkan lewat koreografi empat manusia yang mengusungnya, seperti gaya tarian barongsai.
Ketika naga ini muncul, beberapa anak kecil terdengar merengek ketakutan, apalagi waktu Betsy menyemburkan api. Api itu bukan api betulan, melainkan muncul lewat gambar di latar belakang melalui layar LED berukuran 6 meter x 10 meter.
Panggung yang berkilauan dari kursi penonton kontras dengan suasana belakang panggung. Manajer Tur Justin Taylor Scholl menyebutkan, 10 menit pertama pertunjukan adalah momen paling riuh di belakang panggung. Pada adegan awal, 24 kru kostum bersiap di balik layar mendandani 12 aktor. Dua adegan awal melibatkan banyak aktor yang berganti pakaian, juga rambut palsu. Tidak kurang dari 20 lemari berisi kostum dan 5 lemari untuk rambut palsu ditata di balik layar.
Jangan lewatkan pula adegan perubahan Fiona dari manusia menjadi ogre di babak kedua. Ia didandani amat singkat, tak lebih dari 60 detik.
”Aku lari ke balik layar (dari adegan sebelumnya), dan diam pasrah didandani oleh tim kostum. Setiap malam aku masih deg-degan pada bagian itu,” kata Lindsay, pemeran Fiona. Sebagai perbandingan, karakter Shrek didandani selama sekitar 2 jam sebelum pentas.
Momen-momen penuh keajaiban itu hendak dibagikan kelompok ini ke sejumlah negara, seperti Qatar, Uni Emirat Arab, Malaysia, Singapura, termasuk Indonesia. Di Jakarta, mereka akan pentas pada 5-22 Mei di Ciputra Artpreneur.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2016, di halaman 21 dengan judul “Musikal: Shrek, Pertolongan Pertama pada Fiona”