Galeri seni yang berkolaborasi dengan kafe atau restoran mungkin sudah biasa di Jakarta. Namun, ketika ragam makanan yang disajikan dipilih dengan khas seperti memilah karya seni, mungkin baru di Ruci’s Joint.
Kafe ini terletak di suatu pojokan di Jalan Suryo, Jakarta Selatan, bertetangga dengan kawasan kuliner Blok S yang telah lama populer. Sepanjang jalan sejak dari bilangan Senopati hingga Suryo, belakangan bertumbuhan kafe dan restoran. Ruci’s Joint hadir belakangan menyemarakkan lanskap kuliner di Senopati dan sekitarnya.
Ruci’s Joint menempati lantai dasar Ruci Art Space. Ruang dalam lapang dengan lantai semen ekspos dibingkai jendela-jendela kaca besar yang mengizinkan sinar matahari menerobos sebebasnya.
Senapas dengan galeri seninya, penataan kafe memang terasa artistik dengan perabot berdesain sederhana, meja-meja kayu panjang, dan hiasan meja berupa tanaman dalam medium kaca geometris. Dalam sekilas pandang pun kita bisa langsung terprovokasi untuk berfoto OOTD (outfit of the day) berlatar kafe ini untuk kemudian diunggah di media sosial. Simak saja di Instagram (IG) yang mencolek akun Ruci’s Joint, dihiasi foto-foto perempuan-perempuan ber-OOTD ria.
Siang itu, beberapa meja di pojokan sudah diokupasi pengunjung yang tenggelam dalam kesibukan di balik laptop. Sekalipun serba terang, teriknya matahari tidak terasa karena di sekitar bangunan ditumbuhi pepohonan yang menyejukkan.
Galeri seni yang buka sejak Oktober 2014 ini didirikan anak-anak muda dari beragam latar belakang. Direktur Ruci Art Space Melin Merrill bercerita, ketika membuka galeri ini, mereka telah berencana juga membuka kafe, tetapi harus dengan konsep yang istimewa. Baru belakangan kemudian Melin dan rekan-rekannya menggagas konsep collaborative cafe untuk diterapkan di lantai dasar. Ruci’s Joint pun kemudian mulai buka Desember 2015.
Kafe kolaboratif ini menghimpun beberapa pebisnis kuliner yang belum terlalu mapan, tetapi memiliki kekhasan atau keunikan sajian yang tak mudah dijumpai di pasaran umum. Kemudian, dalam praktiknya, mereka menyewa sebagian ruang di Ruci’s Joint secara temporer dalam hitungan bulan. Setelah tiga bulan, misalnya, ruang tersebut ditempati pebisnis kuliner lain yang telah menyepakati kontrak. Namun, tidak tertutup kemungkinan perpanjangan sewa bisa dilakukan.
Meril berujar, konsep nomaden yang diterapkan di Ruci’s Joint memberikan kenyamanan selera bagi pengunjung yang cenderung menjadikan kafe sebagai kantor untuk bekerja.
”Kalau kita sudah menemukan satu kafe yang nyaman untuk kerja tapi makanannya itu-itu terus, kan, bisa bosan,” ujar Michelle.
Pola tersebut mengingatkan pada konsep pop up store yang beberapa tahun terakhir banyak diadopsi di kota-kota kreatif di sejumlah negara. Jakarta juga termasuk yang belakangan mengikuti gaya pop up store ini. Konsep ini semacam toko nomaden yang buka di satu lokasi tertentu dalam periode tertentu saja.
”Orang-orang dengan bisnis kuliner yang belum mapan atau basisnya hanya online bisa menjajal merasakan memiliki gerai fisik di sini,” kata Melin.
Terpilih
Jenis sajian yang dipilih tim di Ruci pun tidak pasaran. Beberapa bahkan sudah populer di media sosial, seperti Instagram, yang menjadi basis pebisnis kuliner ruang maya masa kini. Sebut saja yang pernah ada, misalnya, Chizukek, Health&Co, dan GGlato.
Sementara ini, yang masih hadir di Ruci’s Joint adalah Nebula Seni, Lachlan Fusion Lasagna, Umabo, dan Shamlessalad. Karakter makanan sehat atau fusion tampaknya menjadi identitas tersendiri di Ruci’s Joint.
Nebula Seni, misalnya, yang basisnya di Bali, menghadirkan menu-menu sehat yang kaya varian buah dengan penyajian yang cantik. Salah satunya menu pitaya bowl. Sajian ini berbasis smoothie campuran buah naga berdaging merah, mangga, dan pisang, yang kemudian dicampur lagi dengan granola. Granola biasanya merupakan campuran serealia seperti haver dan buah-buahan kering. Saat disajikan, di bagian atas dilapisi irisan pisang, stroberi, granola, dan serutan kelapa kering yang renyang.
Menikmati semangkuk penuh pitaya bowl bisa kapan saja walau paling cocok sebagai sarapan. Namun, jika menjelang sore hari mulut mulai gemas ingin mengunyah sesuatu yang sekadar untuk memanjakan lidah, pitaya bowl bisa menjadi pilihan bergizi yang dijamin tak menyisakan rasa bersalah.
Nebula Seni sejauh ini tidak hadir di tempat lain di Jakarta selain di Ruci’s Joint.
Salad jumbo
Mau makan salad yang kaya rasa meski tanpa garam? Cobalah Shamlessalad. Kita bisa menikmati salad dalam porsi memuaskan tetapi tetap tasty di lidah. Di balik racikan salad ini menyimpan semangat bahwa makan salad bukan berarti hambar tanpa petualangan rasa yang mengesankan.
Michelle Lesmana, pendiri Shamlessalad, menggagas salad dengan ragam konten yang variatif dengan dressing atau saus yang serba dibuat sendiri, bukan pabrikan siap pakai. Mulai dari daun kale, romain, baby spinach, aragula, tomat bayi, buah zaitun, jamur, juga irisan bawang.
Kres, kres…. Setiap lumatan salad terasa penuh cita rasa. Menu signature salad, misalnya, bersaus campuran balsamic, minyak zaitun, dan saus mustard, tanpa tambahan garam.
”Makan salad tetap harus enak dan puas porsinya,” ujar Michelle yang meramu sendiri ragam salad dari Shamelessalad.
Michelle mengaku menggunakan sayur-mayur organik yang didapatnya dari pemasok tepercaya. Sayuran itu pun dicuci dengan air tersaring, bukan langsung dari leding.
Semua serba ”ïnstagramable” di sini atau manis untuk dipamerkan di IG. Makan sehat dengan tampilan cantik, latar kafe yang apik, dan jangan lupa berbusanalah yang modis.
[venue id=563cb6b7cd10e2a285a3f9e3]
Sarie Febriane
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Februari 2016, di halaman 31 dalam rubrik “Menikmati Ketidakmapanan”