GAYA : Tas Perjalanan Bermotif Ikat

0
1196

 

Tumi, produsen sekaligus merek tas perjalanan asal Amerika Serikat, menggandeng desainer Indonesia, Didiet Maulana, untuk merancang salah satu varian produk tas jinjing yang kemudian dijual di beberapa negara. Tas ini menampilkan desain bergambar motif tenun ikat hasil stilasi dari beberapa motif ikat asal Bali, Palembang Sumatera Selatan, dan Makassar Sulawesi Selatan.

Tas jinjing dengan warna dasar hitam ini di kedua sisinya memperlihatkan motif ikat yang apik dalam empat warna: merah, putih, biru, dan coklat. Didiet mengungkapkan, keempat warna tersebut merepresentasikan keindonesiaan yang dipahaminya. Warna merah-putih merujuk pada warna bendera Indonesia, sementara warna biru bercerita tentang laut Indonesia dengan segala keindahannya dan coklat mewakili tanah Indonesia yang senantiasa subur.

Salah satu aspek yang dipertimbangkan Didiet dalam mendesain motif tersebut adalah bagaimana menampilkan desain visual yang tidak hanya bisa diterima secara baik oleh orang-orang yang akrab dengan pola ikat, tetapi juga bisa dicerna oleh kalangan yang baru melihat pola tersebut.

”Sebuah proses perkenalan, yang aku pikir harus dibuat sepraktis mungkin untuk menerimanya. Dan harus catchy ketika dilihat sekilas,” kata Didiet.

Pada awalnya, menurut Didiet, desain yang dibuat menampilkan banyak bagian grafis halus yang dibuat menyerupai tenun ikat. Namun, karena kendala teknis, hasilnya kurang baik sehingga bentuknya disederhanakan lagi, tetapi tidak menghilangkan esensi dari ide awal.

Didiet melakukan stilasi, modifikasi, atau gubahan atas suatu bentuk lama menjadi bentuk ornamen baru tanpa meninggalkan karakter bentuk aslinya. Cara ini selaras dengan salah satu prinsip dalam ethical fashion atau mode yang beretika, ketika harus mengambil kekayaan warisan budaya menjadi produk mode industrial. Motif ikat asli yang pembuatannya mengikuti kaidah budaya tertentu tidak lantas ditiru mentah-mentah untuk diproduksi massal dalam skala industri.

Jika dilihat sekilas, bentukan motif rancangannya itu tampak seperti kepakan burung Garuda. Sekalipun sebenarnya Didiet tak bermaksud menyerupai Garuda, dia memakluminya tampilan utuh secara sekilas menyerupai Garuda. ”Bentuk Garuda, floral, dan lain-lain sudah otomatis karena mungkin hampir tiap hari yang dilihat itu. Menyerap bentuk estetis tanah air. Jadi kalau memunculkan bentuk itu kayaknya kok ’tenang’ ya…,” ujarnya.

Identitas Indonesia

Tas jinjing dengan motif ikat rancangan Didiet bisa ditemui di gerai-gerai Tumi di beberapa negara, yakni Indonesia, Hongkong, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Di setiap negara itu hanya tersedia 24 tas.

Kerja sama Didiet dengan Tumi berawal ketika tahun 2014 pihak Tumi menunjuk Didiet sebagai endorser, semacam pendukung iklan dari suatu produk. Kemudian, pada tahun 2015, pihak Tumi bekerja sama dengan tujuh desainer mode di Asia untuk mendukung kampanye iklan #tumiglobal dan #tumiglobalcitizen. Tiap-tiap desain tas karya rancangan ketujuh desainer Asia hasil kerja sama tersebut pun hanya diproduksi 24 buah untuk dijual di sejumlah negara tadi.

Didiet, yang sebelumnya juga pernah bekerja sama dengan Barbie Indonesia, tentu saja senang. Baginya, kerja sama desainer lokal Indonesia dengan produsen global menunjukkan kualitas karya orang Indonesia selaras dengan standar produk internasional.

Meski demikian, Didiet berharap, siapa pun desainer yang menjalin kerja sama internasional semacam ini tidak lelah menunjukkan identitas keindonesiaan, serta memberi cerita dan konsep yang kuat di balik suatu karya.

(SARIE FEBRIANE)

Foto:

ARSIP DIDIET MAULANA

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 1 November 2015, di halaman 25 dengan judul “GAYA : Tas Perjalanan Bermotif Ikat”