”Star Wars” Episode VII The Force Awakens adalah film pertama pada sekuel ini tanpa keterlibatan George Lucas, kreator saga legendaris itu, dalam proses penggarapan. Namun, JJ Abrams, sutradara film ini, tumbuh sebagai penggemar kisah itu sejak ia masih bocah. Ia memahami hasrat penggemar yang telah menanti 32 tahun untuk menonton kelanjutan saga di galaksi nan jauh itu.
Salah satu film yang paling ditunggu tahun 2015 itu dirilis, pekan ini, serentak di sejumlah negara, termasuk Indonesia. The Force Awakens juga film pertama yang diproduksi Lucasfilm setelah perusahaan itu diakuisisi The Walt Disney Company pada 2012. Selain menyutradarai, JJ juga menulis skenario film ini bersama Michael Arndt dan Lawrence Kasdan, salah satu penulis trilogi orisinal Star Wars.
Pada wawancara di Anaheim, Amerika Serikat, April 2015, JJ mengatakan, dalam pengerjaan The Force Awakens, ia merasakan hasrat kuat untuk menghormati ”warisan” Star Wars, tetapi juga desakan eksplorasi untuk memberikan kesegaran baru. Para penggemar Star Wars tidak bisa sekadar dipuaskan dengan teknologi komputer grafik (CGI) yang kini banyak dipakai di Hollywood. Kekuatan Star Wars terdapat pada penuturan cerita serta karakter yang dibangun dalam suasana senyata mungkin. Unsur realisme itu memberikan ruang lebih besar kepada penonton untuk merasakan emosi manusiawi.
Demi membangun suasana nyata itu, pengambilan gambar The Force Awakens antara lain dilakukan di gurun pasir Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dalam temperatur udara panas mencapai 53 derajat celsius. Gurun pasir itu menjadi lanskap nyata Planet Jakku, bukan sebatas gambar rekayasa komputer. Shooting film ini juga dilakukan di Irlandia, Inggris, dan Eslandia.
Guna memperkuat akting para pemeran, robot droid BB-8 yang jadi lawan main karakter-karakter utama di film ini pun dibuat asli, lengkap dengan kemampuan geraknya. BB-8 yang punya gerakan unik itu tentu akan lebih mudah dibuat dengan rekaan teknologi visual. ”Membuat BB-8 nyata itu lebih baik untuk para aktor dan film ini,” ujar JJ.
Nostalgia
Cerita episode VII Star Wars dimulai sekitar 30 tahun pasca latar waktu Return of the Jedi. Di sini, First Order menjadi kelompok jahat berkekuatan militer besar yang bangkit dari reruntuhan Empire. Peran dan energi jahat Darth Vader diwarisi Kylo Ren (Adam Driver) dan Supreme Leader Snoke.
Bencana yang ditebarkan First Order dihadang golongan Resistance yang dipimpin Leia Organa (Carrie Fisher). Putri yang kini disebut jenderal Leia itu juga bertekad menemukan kembali Luke Skywalker, sang Ksatria Jedi terakhir, yang telah lama menghilang.
Kehadiran Leia dan Han Solo yang tetap penuh energi—dan kilatan mata nakal—diperankan Harrison Ford, memuaskan dahaga penggemar sekuel ini akan segala nostalgia di galaksi imajiner tersebut. Penonton sekuel ini pun bakal menikmati reuni dengan Chewbacca dan beragam ikon legendaris seperti droid R2-D2 dan C-3PO.
Pertempuran dengan pesawat-pesawat, seperti X-wing, TIE Fighter, dan terutama Millennium Falcon pun kembali mendongkrak adrenalin. Komposisi musik yang digarap lagi oleh John Williams seolah mengembalikan penonton pada nuansa galaksi yang sudah sangat familiar dalam ingatan.
Apakah Luke Skywalker yang dulu diperankan Mark Hamill juga akan muncul lagi di episode VII untuk memuaskan kerinduan penggemarnya? Film berdurasi 136 menit ini akan menjawab pertanyaan itu.
Seperti dijanjikan JJ Abrams, The Force Awakens tak hanya menyuguhkan nostalgia, tetapi juga membawa kesegaran baru. Karakter perempuan yang kuat kini ditempatkan di garis depan pertempuran melalui sosok Rey (Daisy Ridley). Untuk pertama kali, karakter utama juga diberikan kepada aktor kulit hitam, John Boyega, sebagai Finn. Dua pemeran ini sama-sama berusia 23 tahun dan sama-sama berasal dari Inggris. Mereka juga tergolong pendatang baru di layar lebar. Sebelumnya, mereka lebih banyak berperan dalam beberapa serial televisi.
Oscar Isaac juga mencuri perhatian melalui peran sebagai Poe Dameron, penerbang tangguh Resistance. Kemunculan aktor asal Indonesia, Yayan Ruhian, Iko Uwais, dan Cecep Arif Rahman, ikut menunjukkan bahwa Star Wars memang dikemas untuk menjangkau generasi penonton baru dari kalangan yang lebih luas.
Melalui The Force Awakens, JJ Abrams membuktikan, ia mengolah memori massa tentang galaksi Star Wars dengan optimal, tanpa perlu tenggelam terlalu dalam.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Desember 2015, di halaman 29 dengan judul “Kembali ke Galaksi nan Dirindukan”