Ini adalah pengalaman pertamaku di desa Tambakrejo, Malang Wetan. Tak heran Tuhan selalu melimpahkan banyak rejeki pada Bu Henik dan Pak Tono di desa Tambakrejo. Setiap hari bangun pukul 04:30 menyiapkan makanan yang didapat kemarin malam. Saat saya disuruh menemani cucu Bu Henik di rumah, beliau langsung pergi ke pantai Tamban untuk mencari ikan. Paginya saya ikut ke dapur dan melihat ikan yang didapat Bu Henik sangat besar dan banyak. Pantas saja Bu Henik mendapatkan hasil yang memuaskan, keniatannya saja sudah luarbiasa. Bu Henik tak pernah bosan dengan kehidupannya yang seperti itu.
Saya diajak ke sawah pada hari kedua. Jujur saya takut dibonceng Ibu Dewi ke sawah bersama ibu, Pak Tono, dan suaminya di jalur jalan yang penuh bebatuan. Sepeda motor yang saya naiki seakan-akan ingin terjatuh saja karena jalan yang begitu berliku. Walau takut, bagi saya ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Sampai di sawah saya pun membawakan roti yang disiapkan di rumah tadi. Saya tidak bisa memacul sehingga saya hanya bisa melihat ibu dan Pak Tono mencangkul dan menanam benih jagung yang sangat banyak. Melihat pak Tono dan suami Bu Dewi mencangkul membuat saya terkagum-kagum. Sangat luwes dan lincah Pak Tono dan suami Ibu Dewi mencangkul tanah yang begitu keras dan berbatu. Saya benar-benar terkagum-kagum. Pak Tono dan Bu Henik tidak pernah mengeluh panas, capek, banyak nyamuk tetapi hanya tersenyum senang dengan pekerjaan ini. Ingin menangis rasanya melihat kerja keras ibu yang luarbiasa.
Bu Henik tidak pernah membeli beras, membeli buah dan ikan. Ibu memiliki lumbung di rumah yang isinya sekitar sepuluh karung beras besar tertumpuk disana. Keluarga ibu benar-benar mandiri. Mungkin ibu ke pasar hanya membeli sayur-sayuran, minyak dan rempah-rempah. Listrik yang digunakan juga hanya untuk televisi dan lampu saja. Untung saja sumur ibu tidak kering sehingga untuk air ibu tidak ada masalah. Walaupun musim kemarau, sumur ibu tidak pernah kering. Hebatnya!
Anak-anak di desa Tamakrejo sudah diajarkan menyapu dan memasak saat kelas dua SD. Saat kelas enam SD anak-anak diwajibkan harus bisa mencuci pakaian mereka sendiri. Hebat ya. Setiap pagi pukul enam adikku bernama Lilin selalu menyapu ruang tamu dan keluarga. Karena kasihan saya akhirnya membantu menyapu rumah itu. Saya tidak bisa habis pikir. Lilin yang masih kelas lima SD saja sudah menyapu seisi rumah setiap pagi sendiri tanpa disuruh orang tua.
Tak jarang dijumpai sawah dan ladang saat berjalan-jalan menyusuri desa. Disana juga antara satu orang dengan yang lain saling mengenal. Anjing-anjing disana juga sangat ramah dengan orang. Tidak sekalipun mereka menggonggong melihat kehadiranku di desa itu. Tetapi malah diendus-endus dan diikuti sampai aku tiba di rumah Bu Henik. Pak Tono bilang tujuan orang di desa Tambakrejo adalah mencari saudara bukan mencari uang.