Musik Hasrat Jiwa Isyana

0
2975

Lagu pop Isyana Sarasvati ”Tetap Dalam Jiwa” ditonton lebih dari 10 juta orang di Youtube. Tetapi, di Balai Resital Kartanegara, ia menunjukkan sisi keindahan lain sebagai soprano. Ia membawakan petilan-petilan opera karya komponis dunia, mulai Handel sampai Schubert. Hasrat jiwanya mengalun lewat suara indahnya.

Resital dibuka dengan ”Tu la mia stella sei” karya George Frederic Handel dari Opera Giulio Cesara. Ditulis pada tahun 1742, opera yang terdiri atas tiga bagian tersebut menceritakan plot ketika Cleopatra ingin membunuh kakaknya, Tolomeo. Tampil cantik bergaun batik, Isyana tampil dengan sentuhan teatrikal dengan membawa boneka hingga sapu.

Isyana juga menyuguhkan aria, nyanyian puitis dari opera. Meskipun lagu yang dibawakan adalah petilan-petilan dari beberapa opera berbeda, unsur teatrikal sengaja disuguhkan, seperti ketika lagu tersebut dinyanyikan dalam opera yang utuh. ”Sebagai penyanyi klasik, saya harus bisa menyanyi dan menginterpretasi lagu sesuai dengan background yang betul. Seperti menyanyikan aria dari sebuah opera harus sesuai karakter penyanyinya,” kata Isyana.

Saat membawakan ”Ganymed” dan ”Der Hirt auf dem Felsen” karya Franz Schubert, Isyana berusaha agar lagu yang dibawakan sesuai dengan plot cerita. Ia tampil dengan iringan piano Yosephine Angkawibowo Madju dan klarinet dari Ralph Emmanuel Lim.

Setiap karya diberi atmosfer. Isyana, misalnya, dari atas panggung, bertanya kepada penonton dalam bahasa Inggris, ”Apakah pernah merasa sangat malas? Enggak mau melakukan apa pun, selain duduk dan merokok?” Setelah itu ia menyanyikan ”Hotel” karya Francis Poulenc sembari berbaring di sofa empuk dan memperagakan gerakan merokok.

Ia selanjutnya membuat adegan perempuan yang membawa sekotak perhiasan dalam opera Faust ketika menyuguhkan ”Jewel Song” karya Charles Gounod. Dengan interpretasi cerita yang tepat, penonton bisa menebak alur cerita, tanpa sepenuhnya memahami makna lirik. Kompleksitas sebuah komposisi diurai lewat interpretasi melodik dan visualisasi. ”Seperti saya, berbicara dengan melodi dan ritme, bukan dengan kata-kata,” ujar Isyana dari atas panggung sesaat sebelum menyanyikan ”Jewel Song”.

Ungkapan syukur

Semua karya-karya yang dibawakan dalam resital ini sebenarnya sudah pernah dipakai untuk pelajaran kuliah, ujian, resital, dan master class dengan profesor-profesor serta dosen tamu dari luar negeri, seperti dari Amerika dan Inggris. ”Pasti lagu pilihan yang berstandar tinggi, berkualitas, sehingga teknik dan musikalitasnya pun menjadi berkelas,” katanya.

Resital pertama di Indonesia ini memiliki makna penting sebagai ungkapan rasa syukur dan berbagi kebahagiaan karena Isyana telah menyelesaikan studi di bidang seni pertunjukan (performing arts) di Royal College of Music (RCM) London dan NAFA Singapore. Ia mengambil jurusan vokal opera, sedangkan minor- nya ia memilih komposisi. Lewat resital, Isyana berharap bisa memperkenalkan musik klasik, khususnya opera, kepada kaum muda di Indonesia. Agar mereka mengenal opera sebagai kekayaan dan keindahan karya manusia yang abadi.

Isyana diberi kebebasan oleh pimpinan The Resonanz, Avip Priatna, untuk mengekspresikan diri, mulai dari konsep panggung, tata lampu, sampai pemilihan repertoar serta pemain pendukung. ”Sungguh suatu peluang yang tidak sering terjadi. Secara pribadi, konser perdana ini sudah memberikan kepuasan secara emosional, melihat antusiasme dan animo penonton,” katanya.

Isyana mempelajari musik klasik lewat kursus dengan sertifikasi ujian dari ABRSM sejak usia 7 tahun. Supaya bisa menyajikan resital vokal kualitas terbaik, menjaga kesehatan menjadi poin terpenting. Latihan pemanasan suara harus rutin dilakukan tiga jam setiap hari dengan jeda setelah 45 menit latihan.

”Enggak boleh forsir tiga jam sekaligus dalam sehari. Instrumennya adalah suara. Sekali sakit dan suara habis. Bagi saya berlatih itu sangat menyenangkan, tanpa beban, mau berapa lama juga, karena yang saya lakukan passion saya sehingga membuat hasilnya boleh dibilang menjadi maksimal,” kata Isyana.

Isyana sebagai penyanyi juga masuk ranah pop dengan membuat album musik bergenre pop. Namun, ia ingin terus berkembang menjadi soprano yang lebih baik dan lebih berwawasan. Ia pun ingin terus menyebarkan musik klasik dengan melakukan resital.

”Musik klasik bisa dicampur dengan apa pun. Kebebasan, musik berkembang pesat. Dengan lagu klasik, saya lebih memiliki kepuasan. Lihat betapa bahagianya saya pada waktu bernyanyi kemarin. Rasanya lepas tanpa beban,” kata Isyana.

Semua lagu serasa begitu mudah dinyanyikan dengan ekspresi dan teknik vokal yang mengalir. Relaks, nyaman, tanpa ada ketegangan.

”Itu bagian dari passion (hasrat jiwa) saya,” ujar Isyana.

[soundcloud]https://soundcloud.com/isyanasarasvati[/soundcloud]


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 04 Oktober 2015, di halaman 29 dengan judul “Musik Hasrat Jiwa Isyana”