Kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan, termasuk di Provinsi Riau, telah berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat setempat.
Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, merupakan salah satu lokasi kebakaran lahan yang cukup parah. Bahkan, kebakaran lahan menghanguskan lahan perkebunan nanas warga. Maryam (58) hanya bisa pasrah ketika ditemui di kebun nanasnya yang habis terbakar. ”Hampir 1 hektar kebun nanas yang terbakar,” ujarnya lirih.
Kebun nanas tersebut sebelumnya menjadi pegangan hidupnya yang memberikan penghasilan setiap minggu.
Kebakaran lahan gambut tidak hanya menghanguskan perkebunan warga, tetapi juga membuat khawatir Mulyani (50) yang rumahnya terancam dilalap si jago merah. Mulyani menunjukkan lahan belakang, samping, dan depan rumahnya yang sempat terbakar. Meskipun sempat mengungsi, kini ia memilih bertahan mendiami rumahnya yang telah tidak dialiri listrik karena kebakaran lahan tersebut. Upaya memadamkan api sendiri pun tak dapat ia lakukan lagi karena sumber air sumur telah mengering.
Kabut asap pekat yang setiap hari menyelimuti telah mengganggu kegiatan perekonomian hingga pendidikan masyarakat.
Syaiful (48), warga setempat, yang setiap hari mengayuh sampan mengantarkan warga dan pelajar menyeberang Sungai Siak, Pekanbaru, harus mengenakan masker. Ia khawatir terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena setiap hari menghirup udara bercampur asap.
Kondisi kabut asap yang menginjak level berbahaya menyebabkan sekolah kembali diliburkan. Kaka (9), pelajar kelas IV SD Negeri 51 Pekanbaru, berharap kabut asap segera dapat diatasi sehingga ia bisa kembali bersekolah tanpa harus mengenakan masker.
Teks dan Foto-foto:
Priyombodo
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 September 2015, di halaman 31 dengan judul “Mereka Yang Terdampak”