Latar Menggali Kepercayaan Diri Lewat Teater

0
3167

Teater bisa menjadi sarana bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang baik. Selain disiplin dan bertanggung jawab, mereka pun menjadi mandiri, tangguh, serta percaya diri. Kepiawaian dalam seni peran juga menjadi bekal menuju panggung pertunjukan dalam negeri ataupun internasional.

Shaquilla Rahmadina (11) dan Ai Kumar (14) adalah dua anak Indonesia yang terpilih karena bakat akting dan menyanyi untuk turut pentas dalam drama musikal The Sound of Music pada 6-18 Oktober di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Pementasan The Sound of Music di Indonesia tersebut merupakan satu-satunya di Asia Tenggara dari rangkaian pementasan keliling dunia.

Bersama pemain teater profesional West End Musical Theater dari London Palladium, Inggris, Shaquilla dan Ai akan membawakan lagu-lagu ”Sound of Music” gubahan Andrew Lloyd Webber dan David Ian.

Shaquilla dan Ai harus membuktikan kepiawaian bermain teater sebelum akhirnya terpilih lewat audisi yang diikuti 100 peserta berusia 12-15 tahun pada 22-24 Juni 2015 di Skenoo Hall-Gandaria City. Juri yang antara lain didatangkan dari London itu menilai kemampuan mereka antara lain berdasarkan penguasaan teknik suara, tarian, dan akting.

Mulai jatuh cinta pada seni teater sejak kecil, Shaquilla hampir selalu mendapatkan peran utama pada drama musikal yang digelar di sekolahnya, Mentari International School. Dua tahun lalu, misalnya, ia mendapat peran utama sebagai Annie dalam drama musikal Annie Junior di sekolah. ”Suka nonton DVD Sound of Music sejak kecil. Gara gara Sound of Music aku jadi suka dan kenal genre musikal,” kata Shaquilla.

Tidak puas hanya bermain teater di sekolah, Shaquilla kursus vokal di Purwacaraka dan les privat dengan Aning Katamsi. Sempat beberapa kali tampil di televisi, ia turut mengisi acara dengan bernyanyi di panggung konser Kris Dayanti. Kini, Shaquilla pun bergabung dalam program ”Di Atas Rata-rata” yang merupakan proyek dari Erwin Gutawa dan Gita Gutawa.

Energi panggung

Panggung teater terbukti mampu mengubah karakter Shaquilla dari pemalu menjadi lebih percaya diri. Penampilannya yang terkesan pendiam langsung berubah begitu menguasai panggung dan berjingkrak ceria ketika mulai menyanyikan beberapa lagu dari Sound of Music, seperti ”Doremi”. ”Aku suka semua lagu, tapi biasanya suka klasik,” tambahnya.

Tampil di panggung teater berskala intersional, persiapan matang diperlukan. Disiplin tinggi dibutuhkan terutama dalam latihan vokal hingga menghindari beragam makanan, seperti gorengan. ”Kalau ada acara kayak gini harus disiplin, lebih tahan banting, dan bertanggung jawab,” tambah Shaquilla.

Latihan keras penuh disiplin juga dijalani Ai Kumar, siswa British International School Jakarta. Lama tinggal di Singapura dan baru setahun menetap di Pondok Indah, Jakarta, Ai juga mulai mengenal teater sejak kecil. Dengan penuh kepercayaan diri, ia lantas memperdengarkan suaranya yang merdu ketika menyanyikan ”My Favorite Things”.

Selain menyanyi, Ai piawai menari balet dan bermain piano. ”Saya sangat suka film Sound of Music. Ini sesuatu yang besar bagiku. Enam hari setelah audisi, saya baru tahu kalau terpilih. Saya sangat senang dan gugup karena pertama kalinya saya tampil di hadapan banyak orang,” kata Ai.

Pementasan The Sound of Music juga menjadi momentum paling dinanti Olga Lydia yang kebagian bermain peran sebagai salah satu biarawati. ”Panggung punya energi sendiri. Ada energi penonton. Beda dengan akting di depan kamera,” kata Olga, yang pertama kali jatuh cinta pada teater sejak mengambil kelas akting.

Tak sekadar turut tampil dalam satu panggung, Olga juga berharap bisa belajar banyak tentang dapur produksi teater tingkat dunia, seperti West End Musical Theater. ”Kita pengin ada satu pementasan teater Indonesia yang bisa keliling dunia. Berharap bisa belajar banyak tentang sistem manajemen panggung. Penasaran dengan backstage-nya,” tambah Olga.

Pentas dunia

Kegembiraan berlatih teater juga dirasakan anak-anak yang bergabung dalam Teater Tanah Air yang sudah tampil keliling dunia. Berlatih di selasar Taman Ismail Marzuki, keceriaan anak-anak ini meluap-luap begitu musik dihidupkan. Tanpa komando, mereka segera bergerak riang mengikuti irama alam.

Sesi latihan bagi puluhan anak anggota Teater Tanah Air di bawah pimpinan Jose Rizal Manua ini menjadi semakin menyenangkan karena mereka akan segera tampil dalam pentas Lautan Merah Putih. Lagu-lagu yang diperdengarkan pun sarat dengan nilai cinta Tanah Air, seperti ”Indonesia Pusaka”.

Setia menunggui anak-anaknya berlatih, para orangtua, seperti Desi (60), Lisa (42), dan Eni (43), turut bangga melihat kemajuan akting anak-anaknya. Eni yang tinggal di Cengkareng rela mengantar anaknya, Kevin (11), untuk latihan hingga empat kali dalam seminggu jika jelang pementasan. Latihan pun sering kali berlangsung hingga malam hari.

Begitu pula dengan Lisa yang tinggal di Pasar Minggu. Rasa lelah berkendara dari Pasar Minggu menuju Taman Ismail Marzuki di Jalan Raya Cikini terobati ketika menyaksikan putrinya, Jasmine (11), semangat berlatih untuk peran kancil. Baru sepuluh bulan bergabung dengan Teater Tanah Air, imajinasi Yasmin semakin berkembang natural sesuai porsi umurnya.

Dari teater pula, anak Desi, Noni (9), yang biasanya tak mau diam alias hiperaktif, menjadi lebih fokus. Inisiatif memperkenalkan teater kepada anak-anak biasanya datang dari orangtua yang kebanyakan pernah mencicipi dunia seni pada masa muda. ”Karena belajar di selasar, orang jadi melihat. Kepercayaan diri jadi terbentuk. Enggak canggung lagi,” ujar Desi.

Teater Tanah Air, menurut Jose Rizal, mengajak anak-anak untuk lebih banyak masuk ke dalam alam. Mereka tidak diajari untuk imitasi atau meniru gerakan dari orang dewasa, melainkan memungut gerakan spontanitas dari alam. Dengan cara ini, anak-anak tampil polos di panggung teater.