Lintasan Sejarah Otomotif Pemuncak Pergelaran IIMS 2015

0
1467

Setidaknya, 20 menit sudah tubuh Ahmad (53) mematung di hadapan replika mobil Benz-Patent Motorwagen itu, Sabtu (29/8) sore. Matanya menatap lekat benda mirip becak yang dibuat tahun 1886 itu.

Tampak jelas kekagumannya pada benda karya industrialis Karl Benz dari Jerman, yang secara luas dianggap sebagai mobil pertama di dunia, itu.

Ahmad tak menyangka, ”mobil” kayu beroda tiga itu telah berkembang menjadi berbagai mobil penuh teknologi modern saat ini, hanya dalam waktu kurang dari 1,5 abad. ”Waktu memang cepat berlalu,” ucapnya.

Ahmad tak sendiri. Sore itu, ratusan orang menghampiri benda itu. Ada yang hanya diam sembari membaca keterangan mobil itu. Banyak juga yang mengandalkan gawai dan berfoto diri (selfie) seakan sedang berada di tempat wisata.

Sekitar 100 mobil klasik dengan cerita sejarahnya sendiri-sendiri terpajang rapi di Hall B3 dan C3 Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat, sejak Jumat (28/8).

Mereka adalah peserta The 8th Otoblitz Indonesia Classic Car Show (OICCS) 2015, yang kali ini menjadi penutup rangkaian Indonesia International Motor Show (IIMS) 2015.

Pameran hasil kolaborasi IIMS dan Otoblitz ini dibuka oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf bersama Konseptor OICCS Azman Osman, Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Nanan Sukarna, dan Direktur PT Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh. Pameran mobil klasik ini berlangsung hingga hari terakhir IIMS 2015, Minggu (30/8) ini.

Aspek sejarah otomotif

Pameran ini melengkapi IIMS 2015 yang mencoba mengusung aspek sejarah, seni, dan budaya selain aspek otomotif. Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) mendukung penuh pergelaran ini.

Terbukti, pameran mobil klasik ini menjadi daya tarik baru bagi IIMS. Hal B3 dan C3, yang sehari sebelumnya digunakan untuk konser penyanyi Ariana Grande, kini dipadati para pencinta mobil klasik.

”Rasanya menyenangkan, adem, seperti kembali ke masa kecil,” ucap Ahmad, warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang tak pernah melewatkan hadir di pameran mobil klasik itu.

Tak sedikit pula orangtua yang membawa anak-anaknya. Pasangan muda-mudi pun turut hadir.

Hendrawan, pengunjung dari Bandung, Jawa Barat, datang mengajak keluarganya. Kepada dua anaknya yang berusia 9 dan 10 tahun, Hendrawan asyik menjelaskan perkembangan otomotif. ”Asyik juga mengajak anak-anak. Kami bisa menikmati pameran lebih lama dan intens,” ujar Hendrawan.

Handini, pengunjung lain, sengaja membawa dua anaknya ke pameran tersebut. ”Mereka sampai tak mau pulang,” ujar Handini sambil menarik tangan Dede, salah satu anaknya.

Bintang pameran

Sejumlah mobil legendaris dari berbagai masa menjadi bintang pameran kali ini, seperti Cadillac Eldorado Biarritz 1959, Ford Thunderbird Convertible 1964, Mercedes Benz 190SL W121 1959, Opel GT 1970, Dodge Charger R/T 1969, dan Mercedes Benz 170V Roadster 1938.

Seperti pameran-pameran sebelumnya, pergelaran kedelapan OICCS ini juga menghadirkan mobil-mobil kenegaraan yang pernah dipakai Presiden RI, seperti Cadillac Fleetwood Series 75 Limousine 1962, yang ”diwariskan” Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto, dan Mercedes Benz 500SEL Limousine W126 1989.

Ada pula mobil Volvo 240 yang pernah menjadi kendaraan patroli Polri era 1980-an.

Tema peringatan tonggak sejarah sejumlah merek/tipe mobil juga mewarnai pameran ini, seperti 100 Tahun Dodge, 100 Tahun Maserati, 55 Tahun Mini, 50 Tahun Mustang, 40 Tahun VW Golf, 40 Tahun Volvo 240, dan 30 Tahun BMW M5.

Berbagai mobil yang terpajang di situ adalah milik para kolektor dan atau klub pencinta mobil klasik di Tanah Air, seperti Mercedes Benz Classic Club Indonesia dan Jakarta Morris Club (JMC).

Mobil-mobil yang dipamerkan memang tidak untuk dijual. Namun, jika ada pengunjung yang tertarik mengoleksi mobil klasik, ada sejumlah mobil yang ditawarkan di luar ruang pamer.

Azman Osman, konseptor OICCS, mengatakan, mobil klasik kini tak lagi identik dengan orang kaya atau para pensiunan kaya. ”Mobil klasik kini juga disukai anak muda. Bahkan, pameran ini menjadi seperti acara keluarga,” katanya.

Sejak 10-20 tahun lalu, lanjutnya, keinginan masyarakat Indonesia untuk mengoleksi mobil klasik mulai tumbuh. Bahkan, sebagian kolektor sampai mengimpor dari luar negeri, seperti Inggris. Ada pula yang rela merogoh kantong hingga ratusan juta rupiah untuk merestorasi mobil klasiknya.

”Ini bisa jadi investasi baru karena, semakin lama dan langka sebuah mobil, harganya pun kian mahal. Bisa sampai Rp 3,5 miliar. Dan, yang terpenting, ada kisah di balik setiap mobil klasik,” tutur Azman yang memantau sendiri persiapan pameran hingga Jumat dini hari lalu.

Sore berakhir, malam pun menjelang. Namun, Ahmad belum juga beranjak dari pameran tersebut. Ia seolah enggan berpisah dengan mobil-mobil klasik yang hanya dipamerkan sampai hari ini….

(INU/B05)


Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Agustus 2015, di halaman 03 dengan judul “Lintasan Sejarah Otomotif Pemuncak Pergelaran IIMS 2015″