Kongko Edukatif Seni dan Budaya

0
2236

Untuk mempelajari budaya Indonesia yang begitu kaya, kita yang tinggal di DKI Jakarta dan sekitarnya tak perlu pergi jauh-jauh dan meluangkan waktu begitu banyak ke berbagai daerah.

Kita dapat mendatangi dua tempat asyik, yakni Galeri Indonesia Kaya di West Mall Grand Indonesia serta Bentara Budaya Jakarta di Jalan
Palmerah Selatan. Kedua tempat ini rutin menggelar beragam pameran dan pementasan seni dan budaya Indonesia.

Tampak depan dari Galeri Indonesia Kaya. Arsip Kompas Magangers Fifagic

Bentara Budaya Jakarta (BBJ) adalah satu kompleks bangunan rumah Kudus milik Kompas Gramedia dan berada di kawasan perkantorannya. BBJ semula dibangun sebagai gedung penyimpan koleksi lukisan, keramik, patung, dan aneka benda seni lain. Kemudian BBJ yang didirikan tahun 1986 tersebut rutin menggelar aneka pameran seni dan budaya serta mengadakan pementasan dan pemutaran film sehingga menjadi tempat penyelenggaraan acara seni budaya lintas negara.

Di sini, pengunjung tak perlu mengeluarkan uang untuk melihat pameran atau menonton pertunjukan seperti pementasan sendratari dan konser musik. Semua digelar untuk umum dan gratis, seperti juga di Bentara Budaya Yogyakarta sebagai yang pertama didirikan pada tahun 1982.

Sementara itu, sejarah Galeri Indonesia Kaya (GIK) sedikit berbeda. Bermula dari Bakti Budaya Djarum Foundation yang sejak tahun 1992 mendukung lebih dari 1.500 kegiatan budaya serta menjalin kerja sama dengan budayawan, seniman, dan kelompok kesenian dalam mengaktualisasikan gagasan kreatif. Kemudian tahun 2011, Djarum Apresiasi Budaya menggiatkan dan fokus mendukung beragam program seni pertunjukan Indonesia. Banyak karya dihadirkan dan mendapat apresiasi besar masyarakat.

Melihat generasi muda kian peduli dengan seni dan budaya nasional, tetapi belum ada ruang edukasi tentang budaya yang memadai, tercetus gagasan membangun ruang GIK untuk menjadi ruang edutainment budaya berbasis teknologi digital yang dapat mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekspresi generasi muda dalam lingkup tradisi budaya Nusantara.

Terdapat teater kecil di dalam yang sering digunakan untuk menampilkan pertunjukan-pertunjukan seni Arsip Kompas Magangers-Fifagic
Terdapat teater kecil di dalam yang sering digunakan untuk menampilkan pertunjukan-pertunjukan seni, Arsip Kompas Magangers-Fifagic

Karya anak bangsa

GIK lahir pada Oktober 2013 di West Mall Grand Indonesia. GIK mengemas budaya dalam unsur kekinian dan menyajikan informasi tradisi budaya dengan teknologi digital yang lebih inter-
aktif dan menarik. Semua yang ada di dalam GIK merupakan hasil karya anak bangsa.

”Semuanya buatan orang Indonesia, mulai dari interior desain sampai aplikasi dan alat. Kami juga mau menunjukkan, Indonesia dapat membuat suatu teknologi yang membanggakan dan bermanfaat untuk masyarakat,” kata Billy Gamaliel, karyawan di GIK.

GIK dilengkapi dengan 13 fasilitas multimedia digital yang dapat terhubung langsung dengan media sosial, seperti Twitter dan Facebook.

Di pintu masuk, para pengunjung GIK mendapat sambutan sapa Indonesia berupa layar multimedia sensorik menampilkan pemuda-pemudi Indonesia berbaju adat dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka menyapa pengunjung dengan bahasa daerah Nusantara yang beraneka ragam.

Fasilitas Selaras Pakaian Adat yang menjadi favorit pengunjung Arsip Kompas Magangers-Fifagic
Fasilitas Selaras Pakaian Adat yang menjadi favorit pengunjung. Arsip Kompas Magangers-Fifagic

Di dalamnya, pengunjung dapat menyaksikan penggalan cerita Mahabharata berbentuk wayang kulit yang ditayangkan di Video Mapping. Ada pula Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia, Layar Telaah Budaya, Arungi Indonesia, area peraga, dan area cendera mata.

Ketika kami ke sana, ada beberapa fasilitas terbaru, yaitu aplikasi untuk membuat kartu pos dengan batik yang kita buat sendiri dan bisa langsung dicetak gratis.

Karena GIK berada di Grand Indonesia, waktu buka disesuaikan dengan jam buka-tutup mal, yakni pukul 10.00 sampai 22.00. Setiap bulan, GIK memiliki tema berbeda, tema ini diambil dari pulau-pulau di Nusantara. Pada Juni, GIK mengambil tema anak-anak dan Ulang Tahun Kota Jakarta.

Pertunjukan dapat disaksikan dengan cara memesan tiket di www.indonesiakaya.com, tetapi tiket gratis yang tersedia hanya untuk 150 orang. Jadi, penonton harus memesan dua minggu sebelum acara berlangsung.

Setiap tahun, GIK mengadakan kegiatan Indonesia Menari. Tahun lalu GIK mendapat penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai parade tari Nusantara di dalam mal dengan penari terbanyak. Kegiatan ini berlangsung dalam bentuk tarian massal dengan koreografi yang menggabungkan beberapa gerakan tarian Nusantara dan modern.

Fakta unik

  1. Fasilitas di GIK dapat dinikmati gratis, mulai dari tiket masuk, membuat kartu pos bercorak batik, hingga tiket pementasan di auditorium.
  2. Tahun 2014, GIK mengadakan kegiatan Indonesia Menari dan diikuti ribuan penari yang menari dari lantai atas hingga lantai bawah mal. Kegiatan itu mendapat penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).

[venue id=”52941487498ee94402a66ccd”]

Magangers Muda Batch 7
Kelompok Fifagic Tim
Calvina Wiratama, SMAK 1 Penabur, Jakarta Barat – Desain
Zulian Fatha N, SMA Budi Mulia Utama, Jakarta Timur – Reporter|
Syarifah Utami, Madrasah Aliyah Negeri 19, Jakarta Selatan – Reporter
Dety Rahcmadanty, SMK Negeri 2, Depok – Reporter
Fiandra Azzahra, SMA Mentari Bintaro, Tangerang Selatan – Fotografer


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Agustus 2015, di halaman 33 dengan judul “Saatnya Menikmati Pesona Pantai Koka”