Populasi pelajar yang besar menjadikan Indonesia pasar potensial bagi perguruan tinggi di luar negeri. Kondisi itu ditunjang membaiknya perekonomian yang ditandai tumbuhnya masyarakat kelas menengah atas baru. Sejumlah perguruan tinggi di Malaysia dan Singapura pun berlomba membidik mereka menjadi mahasiswa.
Senior Manager Future Students Monash University Malaysia Jenny Lee mengatakan, mahasiswa Indonesia mendominasi mahasiswa internasional yang berasal dari 69 negara di dunia. Jumlah mahasiswa Indonesia mencapai 300 orang dari 1.500 mahasiswa internasional.
”Setiap tahun kami menggelar pameran di sejumlah kota di Indonesia untuk mempromosikan Monash University Malaysia. Selain itu, kami bekerja sama dengan lembaga konsultan pendidikan untuk membantu pelajar yang berminat mengambil studi di Monash,” ujar Lee, Juni lalu.
Di ajang pameran itu, sejumlah universitas seperti Inti International University Malaysia, UCSI University, PSB Academy Singapura, dan Raffles Institute Singapura akan menjual program studi unggulan. Program-program yang memiliki relevansi tinggi terhadap dunia industri di beragam sektor, mulai pengolahan, distribusi hingga pemasaran, biasanya paling diminati.
Untuk memaksimalkan kegiatan belajar, universitas menyediakan beragam fasilitas penunjang. Contohnya tempat praktik memasak atau dapur dengan peralatan standar hotel untuk jurusan perhotelan, laboratorium dengan standar industri modern seperti printer 3 dimensi skala perusahaan untuk jurusan teknik, serta perpustakaan dengan koleksi ribuan buku. Tidak lupa komputer gratis yang ditunjang akses internet 24 jam.
Metode perkuliahan yang diterapkan kebanyakan tidak lagi konvensional, artinya dosen menerangkan dan mahasiswa mencatat. Teknik mengajarnya berbasis teknologi, seperti penggunaan gawai (gadget), laptop, buku-buku elektronik, dan diskusi kelompok terfokus yang aktif. Sistem penilaian juga tidak mengandalkan sepenuhnya pada ujian akhir, tetapi tugas-tugas harian atau ujian tengah semester yang menuntut lahirnya ide-ide kreatif.
Untuk memudahkan aksesibilitas selama perkuliahan, banyak perguruan tinggi yang menyediakan asrama hingga hostel di dalam lingkungan kampus. Mahasiswa tinggal berjalan kaki menuju ruang kelas dengan keamanan dan kenyamanan yang terjamin.
Kiat lain
Kiat lain memikat mahasiswa adalah dengan membekali mereka keterampilan hidup, selain kemampuan akademik. Seperti yang dilakukan Taylor’s University Malaysia, ERC Institute Singapura, dan MDIS Singapura. Keterampilan hidup ini dibangun melalui kegiatan nonakademik.
Direktur Perekrutan Pelajar Internasional Taylor’s University Stanley Jebaretnam mengatakan, live skill atau keterampilan menyiasati kehidupan penting agar sarjana yang dihasilkan cepat tanggap, cepat beradaptasi, mampu mencari solusi pada situasi apa pun. Mereka juga mampu menciptakan ide kreatif untuk bangkit lagi. Keterampilan ini tidak diberikan secara teoretis, tetapi dibentuk melalui pendidikan karakter.
”Dunia kerja sangat dinamis dan persaingannya ketat. Kami harus membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pendidikan karakter supaya mereka fleksibel. Selain itu, kami senantiasa mendorong mereka mengembangkan bakat kepemimpinannya,” tutur Stanley.
Selain kemampuan akademik dan nonakademik, salah satu faktor pendongkrak daya saing di dunia kerja adalah sertifikat. Beberapa universitas di luar negeri menawarkan dua sertifikat, yakni dari kampus yang bersangkutan dan dari universitas mitra. Kebanyakan, universitas mitra ini adalah perguruan tinggi besar
dari Australia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman, atau Inggris
Raya.
Satu universitas di Malaysia atau di Singapura bisa bermitra dengan beberapa perguruan tinggi di Barat. Penyebabnya, beda program studi beda mitra universitasnya. Keuntungan bagi mahasiswa, mereka mendapatkan ijazah dari perguruan tinggi di Australia, tetapi kuliah dan hidup di Malaysia atau Singapura.
Adalah rahasia umum bahwa biaya pendidikan dan biaya hidup di Australia atau AS jauh lebih besar daripada Malaysia dan Singapura. Buat apa bayar mahal, apabila ada yang lebih murah dengan hasil sama. Atau istilah lain, kuliah di Australia, tetapi rasa Malaysia.
Tidak cukup berbekal kemampuan akademik dan keterampilan, manajemen perguruan tinggi juga membantu membuka akses atau jaringan terhadap dunia kerja. Mereka kebanyakan memiliki perusahaan mitra yang bekerja sama dalam penelitian atau proyek lain.
Membuka akses dunia kerja bagi lulusan perguruan tinggi juga ditempuh dengan membangun jaringan antaralumni. Cara lain, dengan mengikutsertakan karya kreatif mahasiswa pada ajang kompetisi bergengsi yang digelar perusahaan ternama.
”Raffles Institute selalu mengirimkan mahasiswa terbaiknya mengikuti kompetisi nasional ataupun internasional. Sejumlah mahasiswa berprestasi yang menang biasanya ditawari untuk bekerja di perusahaan ternama,” kata Kepala Pelatihan, Pemasaran, dan Penjualan Raffles Education Corp Andrew Suprajitno.
Masih dalam upaya membuka akses terhadap dunia kerja, Raffles memajang dan memamerkan karya akhir mahasiswanya. Pihak kampus kemudian mengundang perusahaan-perusahaan ternama nasional ataupun multinasional untuk melihat karya itu dan jika tertarik bisa langsung mengaplikasikannya.
(RUNIK SRI ASTUTI)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2015, di halaman 36 dengan judul “Kiat Negeri Jiran Membidik Pelajar Indonesia”