Sejak duduk di bangku kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Indria Miranda mempunyai gaya berhijab yang berbeda. Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Ria melanjutkan ke sekolah mode ESMOD Jakarta.
Sejak kecil, Ria berminat di bidang mode. ”Dibesarkan di tengah keluarga entrepreneur, passion yang besar di dunia fashion, hingga dukungan penuh dari keluarga menjadi alasan dan semangat saya untuk bisa mewujudkan keinginan menjadi desainer,” katanya.
Langkahnya pun tak salah. Pertama kali membuka clothing line dengan nama Shabby Chic tahun 2009, usahanya semakin berkembang. Kini, Ria memiliki 18 cabang butik House of Riamiranda di 14 kota besar. Selain itu, perancang yang mengandalkan warna pastel ini juga aktif beredar di dunia maya. Akun media sosialnya, seperti Instagram, diikuti lebih dari 246.000 akun lain.
Memperdalam kecintaannya pada dunia yang saat ini digelutinya, berikut sejumlah pertanyaan terpilih pembaca Kompas dan jawaban Ria:
Dalam meniti karier, apakah ada campur tangan orangtua? Apakah orangtua mendukung Ria menjadi desainer? (Siti Baroroh, Sleman, Yogyakarta)
Bagi saya, orangtua adalah guru utama yang punya andil besar dalam karier. Dari kecil, saya hidup dalam lingkungan pebisnis sehingga mendapat gambaran dan cara berpikir sebagai seorang entrepreneur. Semua dukungan itulah yang menjadikan kekuatan saya sampai saat ini.
Apakah ada tujuan Ria dalam mendesain busana hijab, selain untuk bergaya dan tidak monoton? (Dodik Amiruddin)
Pekerjaan saya sebagai fashion designer, tetapi karier saya ialah membuat busana muslim yang sopan, sederhana, tetapi menarik dan baik. Saya ingin semakin banyak orang yang terinspirasi untuk berhijab.
Saya selalu senang dan bangga melihat orang muda yang berwirausaha, apalagi yang telah membuktikan hasilnya. Apakah syarat-syarat baik fisik maupun psikis yang harus ada jika seseorang berwirausaha? Apa saja kendala yang pernah dihadapi? (Syafruddin, SH, MH, DFM, Medan)
Syarat yang terpenting dalam berwirausaha adalah mental yang kuat, positive thinking, leadership, networking, kreatif, dan dukungan dari orang terdekat. Setidaknya dari itu semua, beberapa karakter harus kita miliki. Dalam berwirausaha itu, tantangannya banyak sekali sehingga harus ada diri yang kokoh agar tetap bisa maju. Halangan yang pernah saya hadapi waktu masih merintis bisnis fashion adalah ketika ada yang meniru desain hoodie blouse. Serentak hoodie blouse tiruan mulai beredar di pasaran. Saya down sekali pada saat itu. Mereka sama sekali tidak tahu susahnya proses yang harus dilalui dalam membuat suatu produk yang orisinal. Namun, saya kembali dikuatkan dengan suami dan keluarga bahwa lebih baik fokus membuat desain baru. Sebagai orang seni, kreativitas tidak boleh berhenti hanya karena batu ganjalan kecil.
Bagaimana menurut Anda mengenai tren hijab di kalangan artis Indonesia? (Ardiansyah Bagus Suryanto, Lamongan, Jawa Timur)
Tren hijab di kalangan artis saat ini sudah mulai menyebar dengan tampilan karakternya masing-masing. Saya sangat senang ketika banyak artis sudah mulai menggunakan hijab. Tentu saja, saya berharap gaya hijab itu bisa menjadi panutan bagi seluruh masyarakat indonesia, bukan hanya sekadar ”tren”.
Saya sangat menyukai rancangan baju Ria yang bernuansa pastel, sesuai dengan selera saya. Bagaimana memulai usaha desain baju hijab khusus anak-anak? (Faula Devirina, Bekasi)
Untuk pemula yang baru mau merintis usaha di bidang fashion, alangkah baiknya bisa menjahit. Namun, rasanya tidak bisa menjahit pun enggak apa-apa he-he-he.
Kita bisa memulainya dengan mencari tahu tentang industri fashion, berbisnis, dan mencari mitra yang memiliki keahlian yang tidak kita miliki. Misalnya, mencari orang yang bisa menjahit. Intinya berani untuk memulai. Menjadi entrepreneur itu keren!
Saat ini, pakaian hijab menjadi tren berbusana/fashion dengan kemasan Islami sehingga banyak desainer hijab yang bermunculan. Apa yang menjadi keotentikan karya Ria Miranda? Dari mana saja mendapat inspirasi untuk desain pakaian hijab? (Lisvy Nael, Malang)
Ciri khas desain yang saya tampilkan adalah ready to wear. Saya konsisten menampilkan sosok wanita yang sederhana dan bersahaja melalui kelembutan pilihan warna pastel. Sebagai desainer, sudah menjadi keharusan untuk konsisten dengan ciri khas desain yang sudah dimiliki dan menjadi desainer yang menuaikan trend setter.
Apakah dalam mendesain busana, Ria mengambil inspirasi dari etnik suatu daerah? Apa pertimbangannya? (Hendri Andi Mesta, Universitas Negeri Padang)
Saya berasal dari Padang sehingga saya pernah mengangkat produk dengan tema Minang Heritage Songket yang cantik dengan karakter warna yang color block, didesain khusus dengan perpaduan warna pastel menjadi kekuatan tersendiri. Motif songket minang juga saya aplikasikan pada fabrics yang lebih ready to wear.
Apa alasan memilih tema pastel? Untuk mendesain baju secara terus-menerus tentu tidak mudah, bagaimana Ria mendapatkan inspirasi? (Amirah Aminanty, amixxx@gmail.com)
Melalui busana, saya ingin menciptakan sosok wanita yang terlihat anggun, feminin, tenang, dan lembut. Melalui warna pastel yang kalem ini mampu menggambarkan karakter yang ingin saya bangun melalui busana yang saya kreasikan. Saya menemukan inspirasi desain rancangan pakaian dari lingkungan sekitar. Saya harus mengetahui tren perkembangan fashion dan harus mengetahui keinginan pasar dengan tetap menampilkan ciri khas saya sendiri. Hobi saya yang sering bepergian juga turut andil untuk mencari banyak inspirasi.
Setiap bisnis pasti pernah mengalami banyak tantangan, tantangan terbesar apa yang pernah dialami selama menjalankan bisnis? Dan, bagaimana menaklukkan tantangan serta bagaimana tip membangun tim yang solid? (Krismawati Sumarni)
Tantangan terbesar adalah ketika desain atau hasil karya kita ditiru secara keseluruhan. Tugas kita adalah meyakinkan pelanggan. Untungnya, pelanggan pun sudah cukup cerdas memilih produk yang orisinal. Dalam berwirausaha, sebaiknya kita memiliki tim sendiri untuk pengembangan bisnis sehingga kita bisa konsentrasi pada proses pengembangan kreativitas dan ide baru. Untuk membangun tim yang solid, kita harus mengenali karakter tim dan memberikan pengarahan yang jelas tentang tanggung jawab masing-masing.
Bagaimana awal mula ketertarikan Anda di bidang fashion hingga akhirnya memutuskan untuk sekolah di ESMOD, padahal pendidikan Anda sebelumnya adalah ekonomi? (Novita Novaliana, Subang)
Sejak SMA, saya sudah tertarik pada fashion, hingga akhirnya ada keinginan untuk sekolah mode walaupun harus menempuh pendidikan S-1 di Padang. Dibesarkan di tengah keluarga entrepreneur, passion yang besar di dunia fashion, hingga dukungan penuh dari keluarga menjadi alasan dan semangat saya untuk bisa mewujudkan keinginan menjadi desainer
Ria telah mengeluarkan beberapa brand clothing line, seperti RM by riamiranda, riamiranda, RM Bride dan Luna for Kids. Nah, bagaimana Ria membagi inspirasi dan waktu untuk beberapa brand tersebut? Apa saja perbedaan sejumlah brand tersebut? (Santi Rahmawati, Bandung)
Setiap brand memiliki karakteristik yang berbeda. Dibuat seperti itu agar dapat menjangkau semua kalangan yang sesuai segmentasi yang dituju. Inspirasi disesuaikan dengan tren fashion yang disesuaikan dengan karakter desain riamiranda. Untuk RM by riamiranda lebih feminin look, RM prime merupakan casual moslem wear, serta RM Daily untuk gaya modern dan easy to wear.
Bagaimana Ria menghadapi persaingan bisnis di bidang industri baju muslim? Apalagi, sekarang ini banyak sekali bermunculan bisnis baju muslim. (Andi Raka, Surabaya)
Saya senang sekali melihat pesatnya perkembangan industri fashion muslim di Indonesia. Selain karena mayoritas penduduk muslim, masyarakat Indonesia juga kreatif. Kehadiran desainer-desainer baru bukan sebuah halangan dan dijadikan sebagai pesaing, justru sebagai pemersatu untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia.
Di era digital ini, mana yang lebih menguntungkan bagi pengusaha fashion, apakah menjual di toko atau lewat internet/media sosial? (Andika, Yogyakarta)
Kehebatan teknologi zaman sekarang memang bisa diacungi jempol. Rasanya teknologi/gadget pun sudah jadi sebuah gaya hidup yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Tentunya, media sosial jadi suatu faktor pendukung utama dalam menjalankan bisnis fashion ini. Bagi saya, menjual di butik dan media sosial sama-sama menguntungkan. Bedanya, media sosial lebih praktis, bisa dijadikan sebagai wadah promosi sekaligus berjualan.
Apa hobi Ria selain mendesain baju? Bagaimana membagi waktu untuk keluarga? (Sita Karina, Samarinda)
Traveling jadi hobi saya kalau ada waktu senggang dan kesibukan yang menyita waktu. Dari traveling itu, biasanya saya dapat suatu inspirasi baru yang bisa diaplikasikan juga dalam mendesain baju. Di beberapa kesempatan, saya mengajak keluarga berjalan-jalan. Alhamdulillah, keluarga juga suka jalan-jalan he-he-he.
(Susie Berindra)
Versi cetak artikel ini terbit di rubrik ‘Kompas Kita’ harian Kompas edisi 4 Agustus 2015 halaman 33