Satya Nadella – Demokratisasikan Penggunaan Teknologi

0
977

Musim panas dengan sinar matahari melimpah dan berada di dalam ruangan berpendingin untuk duduk mengikuti konferensi adalah paduan yang keliru. Namun, kekeliruan itu menjadi keliru ketika berada di Orange County Convention Center di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Senin (13/7). Hadirnya Chief Executive Officer Microsoft Satya Nadella (47) membawa kehangatan dan keceriaan musim panas di ruang Konferensi Mitra Microsoft Sedunia (Worldwide Partner Conference/WPC).

Muncul di panggung utama yang ditatap penuh perhatian sekitar 15.000 pasang mata peserta konferensi dari seluruh dunia, Satya melangkah ringan dengan tenang sambil tersenyum. Kata-kata yang pertama diucapkannya di panggung sambil terus berjalan menyapa semua sudut ruang konferensi adalah terima kasih.

Masih dalam gemuruh tepuk tangan, Satya, yang menjadi CEO ketiga dalam sejarah Microsoft setelah Steve Ballmer dan Bill Gates, lantas menyebutkan keunikan perusahaan yang dipimpinnya. ”Apa yang membuat Microsoft unik adalah orang-orang yang ada di ruangan ini, ekosistem mitra,” ujar Satya memancing gemuruh tepuk tangan lebih keras dan panjang.

Menaruh manusia dan kemitraan antarmanusia di tempat yang tinggi, Satya yang tampil rileks mengatakan, ”Banyak teknologi datang dan pergi, banyak model bisnis telah berubah, banyak harapan para pelanggan telah berganti. Namun, apa yang tetap konstan adalah komitmen kita untuk kemitraan ini.”

Mitra memang menjadi kata kunci bagi bisnis Microsoft di seluruh dunia. Berbasis di Redmond, Washington DC, Amerika Serikat, inovasi layanan teknologi digital Microsoft bisa dimanfaatkan dan memberdayakan banyak pihak, baik individu maupun organisasi, di pelosok-pelosok dunia karena peran para mitra ini.

Di Indonesia, misalnya, ada lebih dari 1.500 mitra yang menawarkan solusi teknologi Microsoft. Setiap mitra mempekerjakan puluhan hingga ratusan karyawan. Karena peran para mitra yang penting ini, setiap tahun dibuat perayaan. Selain menegaskan kembali komitmen, menjajaki kerja sama bisnis, dan bertukar inovasi, keynote vision para petinggi Microsoft, seperti disampaikan Satya, adalah acara yang paling ditunggu-tunggu.

Keynote vision adalah kesempatan bagi seluruh mitra mendengar langsung apa yang menjadi arah kebijakan dan tindakan Microsoft ke depan. Untuk kesempatan ini, Satya yang lahir dan tumbuh sebagai anak dan orang muda di Hyderabad, India, menyampaikan misi dan ambisi Microsoft di hadapan seluruh peserta konferensi dari seluruh dunia. Ekosistem yang tersebar di seluruh dunia dibangun salah satunya dengan cara ini.

Hormati inovasi

Mengutip yang telah dikatakan setahun sebelumnya, Satya hendak menancapkan ambisi Microsoft untuk memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi di planet ini untuk mencapai lebih di bidang yang digeluti. Solusi teknologi yang disebutnya sebagai mobile-first, cloud-first menjadi sarana untuk pemberdayaan itu. Mobile-first, cloud-first adalah istilah yang digunakan untuk solusi mobile dan komputasi awan guna kemajuan dan lebih baiknya dunia.

”Ini bukan perkara produk kami. Dapat dipastikan kami tidak berusaha mengonversi pelanggan menjadi produk. Kami fokus membantu pelanggan mencapai kejayaan melalui demokratisasi teknologi digital. Kami hendak memastikan bahwa kekuatan teknologi mampu menjangkau setiap negara, setiap puncak, dan setiap organisasi, terlepas seberapa besar ukurannya,” ujar Satya.

Misi dan ambisi Satya itu diterjemahkan dalam sejumlah inovasi teknologi oleh para pekerja di Microsoft. Melalui Skype Translate, misalnya, Microsoft mengubah bagaimana orang-orang berkomunikasi melampaui kendala dan batasan bahasa. Orang berbahasa Vietnam bisa berkomunikasi dengan orang berbahasa Indonesia melalui inovasi teknologi Skype Translate. Di WPC 2015, inovasi teknologi dipanggungkan dan membuka banyak kemungkinan kejayaan bagi setiap individu atau organisasi.

Dengan bantuan teknologi digital, misalnya, produksi susu dan hasil peternakan sapi bisa dioptimalkan karena efisiensi yang tinggi. Melalui proyek internet of cows menggunakan solusi teknologi Microsoft, didapati bahwa sapi-sapi di peternakan di Israel menjadi sapi-sapi paling produktif di seluruh dunia. Ajaib karena sapi di Israel, bukan di Australia atau di negara-negara lain yang lebih terkenal peternakannya. Teknologi telah membantu para peternak untuk lebih efisien dalam proses usahanya.

Soal inovasi, Satya, yang menjadi CEO Microsoft sejak 4 Februari 2014, sejak awal menegaskan, Microsoft tidak menaruh hormat pada tradisi, tetapi menaruh hormat hanya pada inovasi. Ini yang membuat ide-ide kreatif hasil inovasi muncul di antara 117.354 karyawan Microsoft yang tersebar di seluruh dunia (59.853 karyawan ada di AS).

Tempat yang lebih baik

Satya bergabung dengan Microsoft tahun 1992. Mantan staf teknologi di Sun Microsystems ini cepat dikenal lantaran menonjol sebagai pemimpin yang mampu meluaskan teknologi dan bisnis untuk mengubah beberapa layanan produk terbesar Microsoft.

Sebelum menjadi CEO, Satya menjadi Wakil Presiden Eksekutif kelompok Microsoft Cloud dan Enterprise. Di tangannya, bisnis ini menjadi yang paling cepat berkembang dan paling membawa keuntungan. Pendapatan kelompok usaha ini meningkat 22 persen dengan keuntungan naik 33 persen. Keajaiban dilakukannya.

Sebelumnya, Satya memimpin unit penelitian dan pengembangan untuk divisi layanan daring, mengarahkan pengembangan satu dari infrastruktur cloud (komputasi awan) terbesar di dunia untuk mendukung beragam produk Microsoft, seperti Bing, Xbox, dan Office.

Sebagai CEO, Satya tidak pernah lelah mendorong inovasi dan semangat berkolaborasi dengan peran masing-masing. Dia mengatakan, dirinya bergabung dengan Microsoft 23 tahun lalu karena dengan jelas melihat Microsoft memberdayakan masyarakat untuk melakukan hal-hal ajaib dan akhirnya membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

”Banyak perusahaan bercita-cita mengubah dunia, tetapi sangat sedikit memiliki semua elemen yang dibutuhkan, yaitu bakat, sumber daya, dan ketekunan. Microsoft telah membuktikan bahwa ia memiliki tiga hal itu dalam kelimpahan,” ujarnya.

Berasal dari keluarga pegawai pemerintah di Hyderabad, India, tempat dirinya dilahirkan pada 19 Agustus 1967, saat ini Satya tinggal di Bellevue, Washington DC. Gelar sarjana di bidang teknik diraih dari Manipal Institute of Technology (kemudian berafiliasi dengan Universitas Mangalore), Karnataka, India. Dua gelar master diraihnya, yaitu master dalam ilmu komputer dari University of Wisconsin (Milwaukee) dan master dalam administrasi bisnis dari University of Chicago.

Satya menikah dan memiliki tiga anak. Dalam waktu luangnya, pria kurus, jangkung, dan berambut tipis nyaris plontos ini suka membaca puisi dan mengikuti pertandingan kriket, olahraga yang dimainkannya saat masih anak-anak dan remaja di India. Berada di pusaran industri digital dunia yang cepat berubah karena pertarungan inovasi, Satya tidak kehilangan akar budayanya.

Seperti kerap dikatakannya, juga sebelum peluncuran Windows 10 pada 29 Juli lalu di Nairobi, Kenya, Satya hendak mendemokratisasikan penggunaan teknologi digital untuk mimpinya membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Windows 10 sebagai sistem operasi baru yang dirancang bisa digunakan lintas perangkat seperti komputer jinjing, komputer meja, dan gawai salah satu wujudnya.