”Bayangkan sebuah negara di mana transportasi umumnya selalu tepat waktu”. Kalimat itu terpampang di tiket Swiss Travel Pass yang menyuguhkan perjalanan terintegrasi dengan kereta, bus, dan kapal.

Kereta Matterhorn Gotthard Bahn yang melaju dari Stasiun Visp menuju Zermatt perlahan merangkak dengan kecepatan 35 kilometer per jam mendaki kawasan Pegunungan Alpen. Bunyi kereta berderit ketika gigi-gigi kereta menapaki rel tua yang bergerigi atau dikenal dengan istilah cograilway sepanjang 31,9 kilometer. Cogwheel memungkinkan kereta mendaki ke gunung-gunung es, bahkan ketika jalanan menjadi licin oleh lelehan salju.

Indahnya pemandangan di kanan dan kiri rel mengubah rasa kantuk menjadi decak kagum. Mata menyaksikan pemandangan pucuk-pucuk gunung es yang menyeruak dari kaca jendela ataupun langit-langit kereta yang dibuat dari bahan kaca tembus pandang. Kereta Matterhorn Gotthard Bahn menyajikan panorama indah melewati 126 jembatan. Sungai-sungai pun mempertontonkan aliran air jernih dari lelehan gletser yang aman untuk langsung diminum.

Selain gletser dengan bongkahan es berwarna putih bersih, tampak perbukitan dengan batuan-batuan yang retak lalu pecah menjadi potongan kecil karena dinginnya suhu udara musim dingin. Pemandangan indah itu pula yang kemudian dijual oleh kereta Glacier Express yang khusus membawa wisatawan selama delapan jam perjalanan dari satu gletser ke gletser lain sepanjang jalur Zermatt menuju Davos atau St Moritz.

Glacier Express adalah kereta paling lamban sekaligus menjadi favorit wisatawan dunia. Dengan pemandangan pegunungan es, ngarai, lembah, 91 terowongan, dan 291 jembatan, puncak tertinggi yang dilewati kereta ini adalah Oberalp Pass pada ketinggian 2.033 meter di atas permukaan laut hingga Nikolai Valley, lembah terdalam di Swiss.

”Akibat pemanasan global, banyak gletser yang kemudian hilang. Ke depan mungkin kami akan terpaksa harus mengganti nama kereta Glacier Express kalau gletsernya benar-benar menghilang,” kata Christoph, pemandu yang mengantar rombongan wartawan dari beberapa negara di Asia Tenggara menuju desa wisata Zermatt pada libur musim dingin lalu.

Wisatawan Asia

Musim dingin yang berlangsung dari akhir Desember hingga awal April menjadi musim banjir turis dengan atraksi wisata berupa olahraga salju. Memasuki musim semi pada Mei, lanjut Cristoph, merupakan waktu yang tepat bagi wisatawan dari Asia untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang datang dari Thailand membuat banyak brosur wisata yang mencantumkan bahasa Thailand.

Di musim panas sekalipun, salju-salju abadi masih bisa disaksikan melalui kereta dengan sedikit mendaki ke ketinggian di atas 2.000 meter. Pada Juli dan Agustus seperti saat ini, wisatawan menikmati Pegunungan Alpen dengan berjalan kaki atau bersepeda. Selain menghirup udara segar, mereka juga bisa menyaksikan kebun anggur tertinggi di dunia yang menghasilkan anggur putih kualitas terbaik. Komoditas pertanian lain yang dipanen hingga September adalah apricot dan tomat.

Tiba-tiba Cristoph berdiri lalu menunjuk ke arah sebuah bukit terjal. Lokasi yang ditunjuknya ternyata merupakan stadion sepak bola tertinggi di dunia, yaitu Stadion Ottmar Hitzfeld. ”Itu adalah stadion sepak bola tertinggi di Eropa. Saking tingginya, atlet sepak bola harus naik kereta gantung untuk mencapainya,” ujar Cristoph.

Dari Juli hingga Agustus, stadion ini ramai dikunjungi atlet sepak bola. Terletak di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, seluruh rumput yang digunakan untuk lapangan sepak bola terbuat dari bahan artifisial. Lokasinya yang berada di bibir jurang membawa konsekuensi lain, bola-bola sering kali hilang di tengah pertandingan jika menerobos jaring-jaring yang dipasang.

Zermatt, desa kecil berpenduduk hanya 4.000 jiwa ini, dikenal sebagai wilayah bebas kendaraan bermotor. Hanya ada mobil listrik pengangkut barang yang beroperasi dengan kecepatan maksimal 50 kilometer per jam.

Wisatawan bisa berjalan kaki keliling desa dan memilih tempat penginapan yang dikelola turun-temurun sebagai usaha keluarga. Selama puncak musim liburan Natal, desa ini dikunjungi lebih dari 25.000 turis. Dari Zermatt, pemandangan favorit berupa puncak Matterhorn yang berbentuk seperti piramida bisa dijangkau dengan menaiki gondola atau kereta Gornergrat Bahn.

Dari Juli hingga Agustus tahun ini semakin istimewa karena menjadi peringatan 150 tahun pendakian di gunung es Matterhorn. Kisah pendakian oleh Edward Whymper dan timnya yang berlangsung pada 14 Juli 1865 ditampilkan dalam teater terbuka di Zermatt sepanjang Juli dan Agustus 2015.

Kereta klasik

Tak hanya pemandangan gletser, kereta wisata lain, seperti kereta cokelat dan kereta keju, juga memberi pengalaman berbeda bagi wisatawan. Swiss Chocolate Train atau kereta cokelat membawa penumpang mengunjungi sentra-sentra pembuatan cokelat di Swiss. Menggunakan kereta klasik dari masa sebelum perang dunia, Swiss Chocolate Train hanya beroperasi pada musim panas, dari Mei hingga Oktober.

Kereta cokelat ini beroperasi selama satu hari perjalanan dari Montreux di Danau Geneva hingga pabrik Cailler (Nestlé) di Broc yang berusia hampir 200 tahun dan merupakan produsen cokelat tertua di Swiss. Bahan baku cokelatnya memang tidak berasal dari Swiss, tapi susu sapi tradisionalnya merupakan produksi kebanggaan Swiss.

Tiket menjelajah seluruh pelosok Swiss dengan mudah bisa diperoleh dari Indonesia. Di Jakarta, Makassar, dan Surabaya, Swiss Travel Pass bisa dibeli lewat Pan Travel atau pesanonline di Rail Europe.

”Kami menyajikan pengalaman wisata tak terlupakan. Tak sekadar memindahkanmu dari satu tempat ke tempat lain,” kata Assistant International Media Development Swiss Travel System Esther Häni, yang turut menemani perjalanan kereta api dari Zurich menuju Yverdon-les-Bains.

Esther menerangkan tentang jaringan rute transportasi publik sepanjang 26.000 kilometer ke 75 kota yang bisa ditapaki dengan satu tiket Swiss Travel Pass. Swiss Travel Pass dikelola oleh organisasi pemasaran swasta, Swiss Travel System, untuk transportasi umum ke seluruh Swiss. Tiket ini juga bisa digunakan sebagai karcis gratis masuk ke 480 museum.

Wisatawan yang tak ingin bepergian dengan menyeret-nyeret koper cukup menghubungi layanan bagasi, seperti Fast Baggage, Fly-Rail Baggage, atau menyimpan koper di kotak penyimpanan di stasiun kereta api.

Pengunjung tak hanya jatuh cinta pada pemandangan alam Swiss, tapi juga pada kereta apinya, yang bisa membawa kita ke mana-mana, menyisir keindahan demi keindahan….

(Mawar Kusuma)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2015, di halaman 25 dengan judul “Gletser di Kaca Kereta”