Spatula di tangan Kanan, Gawai di Tangan Kiri

0
1660

Hayati Nawawi (31) mengingat. Jika dulu ke dapur membawa contekan resep dari tabloid, majalah, atau buku, kini ia membawa ponsel pintar. Aplikasi atau situs web kini menjadi sumber informasinya.

Hayati, yang dipanggil Aya, sangat menikmati menggunakan aplikasi Cookpad. Warga Jatirangon, Bekasi, ini bisa melihat resep-resep yang dipasang oleh sesama anggota sekaligus berbagi resep yang dimilikinya.

Sejauh ini ia sudah membagi 11 resep, antara lain pindang gurame, tahu campur sayuran, belgian waffle, cupcake pisang tanpa telur, dan sup daging tanpa MSG. Beberapa resepnya sudah disimpan atau mendapat tanda cook mark dari anggota lain.

Ia sendiri sudah mencoba atau recook beberapa resep yang ditulis anggota lain. Hanya saja, ia hanya sempat mengunggahnya dua kali ke akun anggota bersangkutan.

Meskipun belum di-recook (dicoba dimasak) oleh anggota lain, resep-resepnya telah dilihat sebanyak 13.000 kali. Angka yang bagi Aya adalah ”sesuatu” karena dianggapnya bukan jumlah yang sedikit, dan ini memberinya kepuasan tersendiri.

”Seru sih, ini semacam catatan digital resep-resep saya. Kalau catatan kertas, kan, bisa hilang. Kalau kita simpan di internet, HP rusak, resep masih bisa dicari dengan HP baru. Saat mencoba resep, juga bisa komunikasi dua arah dengan penulisnya,” kata Aya, yang juga rajin mencari resep dari situs web dan Facebook.

Aplikasi Cookpad berkonsep sama dengan versi webnya, yakni user generate content. Artinya, pengguna dapat menyimpan dan berbagi resep.

Tersedia fitur pencarian resep selain menyimpan dan tulis resep. Resep-resep dikategorikan di dalam beberapa kelompok, seperti Mudah & Cepat, Kue & Camilan, dan Resep Terbaru.

Menyambut Ramadhan, disediakan saluran untuk kategori baru, yakni Menu Sahur, Menu Buka Puasa, dan Kue Kering Lebaran. Resep-resep yang masuk dalam saluran baru ini dijaring dari ajang menulis resep #ManisnyaRamadhan.

Dengan menulis tanda pagar (tagar) tersebut pada cerita di balik resep, akan didapat kesempatan dipublikasikan di tiga saluran tersebut. ”Semua resep berasal dari pengguna. Setiap orang bisa mendaftar gratis lewat akun Facebook, Google+, atau e-mail,” kata CEO Cookpad Indonesia Soegianto Widjaya.

Sejak diluncurkan Februari lalu di Google Play Store, aplikasi ini sudah diunduh 10.000-50.000 kali. Sementara di AppStore yang diluncurkan sejak Mei lalu, aplikasi sudah diunduh 50.000 kali. Total sudah ada 1,5 juta pengguna Cookpad Indonesia dengan 16.000 resep yang dibagikan.

Sajian sedap

Selain Cookpad, ada pula aplikasi Sajian Sedap. Aplikasi ini memuat resep-resep yang sebagian besar diambil dari tabloid Saji dan majalah Sedap.

Resep-resep ini telah diuji coba oleh para ahli masak. Aplikasi yang merupakan pengembangan dari situs web sajiansedap.com ini bisa diunduh di gawai berbasis android, ios, dan Blackberry.

Pemimpin Redaksi Saji dan Sedap Semijati Purwadaria mengungkapkan, setiap resep yang dimuat terlebih dulu melewati dua kali uji coba oleh tim boga yang terdiri dari para sarjana boga dan perhotelan. Majalah Sedap telah berusia 16 tahun, sedangkan tabloid Saji berumur 12 tahun.

”Resep-resep berasal dari kreativitas tim kami dan teruji, artinya enak, tampilannya bagus, dan kreatif. Tekniknya juga mudah diikuti oleh awam dan akurat,” kata Semijati.

Dengan fitur pencarian Cari Resep dan Cari Bahan, resep-resep yang terbagi dalam enam kategori mudah dicari, seperti Masakan Sayur, Dessert dan Minuman, Lauk Berdaging, Kue, Pelengkap, dan Lain-lain. Ketika kita ketikkan satu kata kunci pencarian, dengan segera akan muncul resep yang diminta dengan tambahan pilihan beberapa resep terkait.

Penampilannya menarik dengan foto-foto yang indah dan fitur tambahan pada halaman resep, yakni favorit, berbagi lewat media sosial, dan komentar. Di situs webnya, bahkan tersedia kanal SedapTV serta info dan tips yang masih berkaitan dengan dunia kuliner.

Indah, salah seorang ibu rumah tangga di Jakarta Selatan, adalah pengguna setia aplikasi Sajian Sedap. Aplikasi tersebut digunakan terutama ketika Indah ingin berkreasi di dapur untuk menyajikan menu-menu yang baginya menantang.

”Soalnya saya enggak bisa memasak. Zaman gadis dulu, saya dan ibu biasa membawa-bawa majalah yang berisi resep ke dapur. Tapi sekarang, saya tinggal lihat di gawai saja,” kata Indah.

Dia senang karena dengan aplikasi tersebut, Indah kini bisa memasak berbagai sajian sedap untuk keluarganya. ”Tidak selalu berhasil, tapi lumayan membantu. Selain praktis, aplikasi ini juga sangat bermanfaat bagi ibu-ibu RT seperti saya yang enggak jago memasak,” tutur Indah seraya tersenyum.

Masih ada beberapa aplikasi masak-memasak yang bisa dicoba. Di jalur video online ada Masak.TV, video tutorial di Youtube yang menyebarluaskan pengetahuan dan tata cara membuat menu masakan, mulai dari cara memasak yang paling dasar hingga hidangan-hidangan utama baik dari dalam maupun luar negeri.

Untuk menggunakannya, kita hanya perlu membuka alamat Masak.TV kemudian mencari menu yang kita butuhkan dalam playlist. Ada berbagai kategori yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, mulai dari resep jajanan, minuman, sambal, hingga tips n trik. Ada pula kategori yang dibagi menggunakan tanda tagar, seperti #AmunisiTahunBaru.

Berbeda dari video tutorial lainnya, termasuk acara masak-memasak di televisi, Masak.TV menyajikan tutorial memasak dengan cara sederhana, bahkan lucu. Aksi para chef, antara lain Faisal Lanin, Alvin ”Kapau”, Tirta Pane, dan Saskya Pane yang kocak di sela kegiatan memasak, kerap mengundang tawa penonton.

Tampilan mereka segar, natural, dan tidak menggurui, serta terasa tidak berjarak dengan para penonton yang sesungguhnya juga bukan orang-orang yang jago memasak di dapur. Dengan pembawaan apa adanya, Masak.TV yang digagas Roby Bagindo pada tahun 2008 ini justru menarik hati untuk terus dinikmati.

Saat ini, Masak.TV menjadi saluran masak Indonesia pertama yang digaet Youtube sebagai partner karena memenuhi syarat dengan total penonton sebanyak 100.000. Masak.TV kini memiliki spot di www.tastemade.com, sebuah portal masak AS yang menyatukan podcast pilihan di dunia.


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juni 2015, di halaman 18 dengan judul “Spatula di tangan Kanan, Gawai di Tangan Kiri”.