Metabolisme Tubuh: Gizi Tak Imbang Picu Penyakit Degeneratif

0
1081

JAKARTA, KOMPAS Asupan gula, garam, dan lemak berlebih membuat kemunduran fungsi organ tubuh berlangsung lebih cepat. Hal itu mengakibatkan risiko terkena penyakit degeneratif meningkat.

”Gizi tak seimbang mengganggu metabolisme tubuh,” kata Kepala Subdirektorat Bina Konsumsi Makanan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Pudjo Hartono, Kamis (5/2), di Jakarta. Contohnya, penumpukan kolesterol dalam darah menyebabkan pembuluh darah terganggu dan memicu penyakit jantung.

Sejumlah penyakit degeneratif seperti jantung, stroke, dan diabetes melitus dipicu asupan gula, garam, dan lemak berlebihan. Apalagi jika seseorang kurang beraktivitas fisik. ”Kalau ada aktivitas olahraga, kelebihan kalori akan dibakar,” katanya.

Menurut Kepala Subdit Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Lily Banonah Rivai, gaya hidup modern mendorong orang gemar mengonsumsi makanan cepat saji. Padahal, makanan itu kebanyakan mengandung kadar gula, garam, dan lemak tinggi.

Selain itu, kemajuan teknologi membuat aktivitas fisik lebih sedikit sehingga penyakit degeneratif seperti stroke tak hanya dialami orang berusia lanjut. Menurut Riset Kesehatan Dasar, Januari-Juni 2014, ada 183.583 kasus stroke yang menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. ”Banyak anak muda kena stroke dan jantung karena perilaku hidup tak sehat,” ucap Lily.

Kadar kolesterol bisa meningkatkan jumlah lemak dalam tubuh. Proses penyerapan lemak berisiko terkena obesitas, sedangkan tak terserapnya lemak menimbulkan penyempitan pembuluh darah. Kondisi itu bisa menyebabkan serangan jantung.

Untuk itu, konsumsi gula, garam, dan lemak perlu dibatasi untuk menekan jumlah penderita penyakit jantung. Dalam sehari, setiap orang dianjurkan hanya mengonsumsi 67 gram lemak atau setara lima sendok makan.

Selain itu, jumlah konsumsi gula yang dianjurkan hanya 50 gram gula atau setara empat sendok makan. Adapun konsumsi garam dibatasi 5 gram.

Perhatikan label

Kepala Subdit Standardisasi Pangan Khusus Badan Pengawas Obat dan Makanan Yusra Egayanti menjelaskan, masyarakat mesti cermat membaca label makanan kemasan guna mengetahui jumlah gizi dalam produk. ”Perhatikan jumlah lemak dalam label. Lebih baik memilih makanan berlabel rendah lemak,” ujarnya.

Masyarakat cenderung hanya memperhatikan tanggal kedaluwarsa makanan kemasan. Itu tak bisa menjaga kecukupan gizi seimbang. Konsumsi makanan kemasan dengan kadar gula, garam, dan lemak berlebihan tak kalah berbahaya dengan makanan cepat saji. ”Apalagi setelah makan nasi, daging, dan minum ringan, lalu ngemil setiap hari,” katanya.

Rohana Octavia, dokter Puskesmas Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengatakan, masyarakat di daerahnya belum memperhatikan gizi seimbang. Selama ini hanya pasien diabetes melitus atau hipertensi yang bertanya makanan yang boleh dimakan.

(B08)