Perayaan tahun baru Imlek menandai percampuran budaya sepanjang perjalanan Indonesia sebagai bangsa. Batik lasem, motif sulaman kebaya encim, dan corak pada perangkat keramik kuno menyimpan cerita tentang tradisi ini. Ghea Panggabean dan Mel Ahyar meramu cerita itu dalam desain busana cantik.
Burung phoenix, kerap disebut juga burung hong, dalam mitologi Tiongkok menjadi lambang keanggunan dan keagungan. Berabad silam, pada masa kejayaan kekaisaran Tiongkok, burung hong bahkan hanya boleh digunakan sebagai ornamen untuk busana permaisuri. Sejalan dengan masa berganti, burung hong menjadi salah satu motif oriental yang paling dikenal.
Di Galeries Lafayette, Rabu (28/1) petang, burung hong menjelma kembali, memberikan sentuhan cantik pada kekinian rancangan busana Ghea Panggabean dan Mel Ahyar. Peragaan busana ini memang dikemas untuk menampilkan koleksi bernuansa perayaan tahun baru Imlek.
Ghea Panggabean mengangkat tema peranakan sebagai inspirasi koleksinya kali ini. Peranakan, ujar Ghea, merupakan warisan kekayaan budaya Indonesia yang merekam percampuran tradisi Tiongkok di Nusantara. Jejak peranakan bisa ditemukan dalam beragam bentuk, mulai dari batik pesisir di Pekalongan dan Lasem hingga perabotan di Palembang, Sumatera Selatan.
”Yang saya ambil kali ini inspirasinya dari batik lasem dan motif keramik peranakan,” ujar desainer yang telah berkarya selama 30 tahun ini.
Batik lasem antara lain diolah Ghea menjadi rok midi dipadukan dengan blus bersiluet kebaya dari bahan tenun. Namun, Ghea lebih banyak mengolah corak batik itu sebagai motif bordir. Burung hong pada batik lasem merupakan salah satu motif yang dituangkan dengan teknik bordir. Motif lainnya yang juga diangkat adalah bunga peoni dan kupu-kupu.
Tak sekadar memindahkan motif batik melalui bordiran, Ghea juga memasukkan unsur emas yang kerap ditemui pada pola bordir oriental. Kerumitan pekerjaan tangan ditunjukkan karena bordiran itu dilanjutkan dengan rajutan manik-manik berukuran ekstrakecil, dijahit satu per satu, berkesinambungan dalam susunan warna bervariasi.
”Manik-manik yang berukuran sangat kecil itu khas Tiongkok dulu. Ini juga sejalan dengan tren 2015 yang antara lain mengedepankan artisanal atau unsur craft,” ujar Ghea.
Sementara itu, motif-motif keramik peranakan dan bunga koral diolah Ghea menjadi corak print pada kain. Warna merah bata mendominasi rancangan Ghea meski beludru berwarna hijau tua juga mencuri perhatian pada koleksi ini. Senada dengan pilihan warna pada material kain, Ghea memilih paduan aksesori berbahan koral dan jade, dua jenis batu yang banyak digunakan dalam gaya oriental.
Memilih hitam
Pada pergelaran yang sama, Mel Ahyar menyuguhkan koleksi bertajuk ”Black Phoenix” yang bisa diartikan burung hong hitam. Hitam memang menjadi pilihan warna yang mendominasi koleksi ini.
”Warna hitam sering dianggap identik dengan kesedihan, bukan bersifat perayaan. Akan tetapi, hitam juga menonjolkan keanggunan dan elegan,” ujar Mel. Hitam pun menghadirkan keunikan dalam suasana Imlek yang biasanya didominasi warna merah. Meski begitu, Mel menuangkan corak oriental dalam warna-warna cerah pada ornamen bordir, sulaman, motif print, dan manik-manik yang mempercantik koleksi ini.
Hitam sebagai warna dasar semakin menonjolkan ornamen kaya warna di atasnya. Corak klasik burung hong dan bunga-bunga peoni kecil seperti menyala dalam paduan bordir dan manik-manik. Menarik perhatian, tetapi tak menjadi berlebihan karena latar yang gelap.
Selain sebagai ornamen aksen, unsur oriental juga muncul pada model kerah cheongsam yang banyak digunakan dalam koleksi ini. Namun, potongan leher ini menjadi unik karena Mel menyisipkan ruang transparan di garis bawah kerah.
Kenyamanan diutamakan dalam pilihan cutting pada koleksi ini. Berbeda dengan siluet cheongsam yang biasanya pas badan, kali ini Mel memberi opsi paduan celana, jumpsuit, blus, bahkan gaun terusan yang relatif longgar. ”Saya memang memilih cutting yang senyaman mungkin, bahkan ada pilihan all size,” ujar Mel.
Material kain sifon, georgette, sifon sutra, dan lycra yang digunakan pada koleksi ini juga menjanjikan kenyamanan, selain membuat siluet busana mewujud ringan mengikuti bentuk tubuh.
Menyambut tahun baru Imlek ini, Galeries Lafayette juga menampilkan koleksi Imlek dari label Indonesia lainnya, seperti Votum, Major Minor Signature, Studio 133 Biyan, Peggy Hartanto, Stella Rissa, Sapto Djojokartiko, Tex Saverio, Ina Thomas, JII, dan Sissae.
Kompas/Nur Hidayati
Comments are closed.