Telepon Genggam, Tren Generasi ”Nunduk”

0
1776

Kebutuhan berkomunikasi di era digital sangat tinggi. Kita dapat dengan mudah menemukan orang sedang sibuk dengan perangkat elektroniknya. Suara satire menyindir mereka sebagai generasi ”nunduk” karena kebiasaan berlama-lama menggunakan telepon genggam. Rupanya kepemilikan telepon genggam berhubungan dengan usia dan pendidikan.

Kepemilikan telepon genggam di Indonesia tahun 2014 mencapai 281 juta unit. Jumlah ini fantastis karena kepemilikan telepon genggam melebihi jumlah penduduk di Indonesia. Saat itu, penduduk Indonesia berjumlah 251 juta orang. Dapat dipastikan lebih dari 10 persen orang Indonesia memiliki telepon genggam lebih dari satu.

Setidaknya ada dua alasan orang memiliki telepon genggam. Pertama, benar-benar kebutuhan untuk komunikasi. Kedua, gaya hidup. Alasan pertama terkait dengan kebutuhan rasional untuk berkomunikasi melalui pesan singkat atau telepon. Sementara alasan kedua sudah memasukkan unsur emosional. Alasan orang memiliki telepon genggam, bahkan lebih dari satu, bukan hanya untuk berkomunikasi, melainkan juga meningkatkan eksistensi diri lewat media sosial.

Hasil jajak pendapat Kompas memperlihatkan, jumlah telepon genggam yang dimiliki seseorang berhubungan dengan usia dan pendidikan. Pengguna dari kalangan muda (sampai usia 44 tahun) lebih banyak memiliki telepon genggam lebih dari satu. Adapun pengguna dari kalangan tua (45 tahun ke atas) mayoritas memiliki satu telepon genggam saja.

Kalangan ini memang beda generasi, generasi X dan Y. Pada generasi X atau pengguna berumur lebih dari 45 tahun, fungsi telepon genggam utamanya adalah untuk berkomunikasi saja. Aplikasi yang paling sering digunakan adalah pesan singkat dan telepon. Karena itu, satu telepon genggam saja cukup.

Sementara generasi Y atau pengguna yang lebih muda lebih sering menggunakan aplikasi ”bercakap-cakap” (chatting) melalui fitur Whatsapp atau Blackberry Messenger (BBM). Aplikasi ini biasanya sudah tersedia di telepon pintar yang banyak dijual.

4EE244E8-D083-DE3A-204B16827D83C314

Generasi Y juga mengunduh aplikasi media sosial dan aplikasi lain yang dibutuhkan di telepon pintarnya. Demam media sosial melanda Indonesia awal tahun 2008. Saat itu, jejaring Facebook mulai diminati. Puncaknya, tahun 2014, Semiocast, lembaga riset sosial media yang bermarkas di Paris, Perancis, melansir, Indonesia adalah pengguna media sosial, terutama Twitter, yang terbesar kelima di dunia.

Selain usia, faktor pendidikan agaknya juga memengaruhi seseorang memiliki telepon genggam. Semakin tinggi pendidikan, jumlah telepon genggam yang dimiliki lebih dari satu. Bahkan, ada yang memiliki tiga atau lebih telepon genggam. Yang memiliki telepon genggam lebih dari satu adalah kalangan berpendidikan menengah atau tinggi. Adapun mereka yang berpendidikan rendah mengatakan hanya memiliki satu telepon genggam.

Pendidikan kerap dikaitkan dengan hoki mendapat pekerjaan meskipun dalam kasus tertentu hukum itu tidak berlaku. Namun, mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya memiliki pekerjaan lebih mapan.

Pekerjaan mapan berkorelasi dengan pendapatan tinggi. Pendapatan tinggi akan memengaruhi pola konsumsi. Salah satunya adalah konsumsi barang-barang elektronik, seperti telepon genggam.

Jumlah kepemilikan telepon genggam tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Artinya, laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memiliki telepon genggam lebih dari satu.

Komunikasi intens

Terlepas dari jumlah telepon genggam yang dimiliki, kebiasaan menggunakan alat ini lebih kurang sama untuk semua kalangan. Responden menyatakan intens menengok telepon genggam dalam satu jam untuk berkomunikasi. Komunikasi itu, entah dengan keluarga, teman, atau rekan kerja, menunjukkan, mereka peduli dengan kebutuhan berkomunikasi. Mereka saling berkabar, menanyakan hal-hal kecil, atau memberikan pengingat harian.

Awal Februari 2014, Nielsen mencatat, waktu rata-rata yang dihabiskan pengguna telepon genggam di Indonesia dalam satu hari adalah 140 menit (Kompas, 24/6/2014). Para pengguna menggunakan waktu untuk chatting (37 menit), surfing atau browsing (27 menit), mengunduh aplikasi (23 menit), bermain games (17 menit), dan multimedia (15 menit).

Aktivitas selanjutnya adalah berkirim pesan (8 menit), menelepon (6 menit), dan menggunakan navigasi (3 menit). Adapun e-mail, tampilan telepon, penggunaan aplikasi office, dan keamanan masing-masing menghabiskan 1 menit per hari.

Perkembangan penggunaan telepon genggam dari generasi ke generasi sangat pesat, mulai dari menulis pesan singkat, menelepon, sampai menggunakan fasilitas kamera dan video.

Generasi saat ini dimudahkan dengan berbagai fasilitas dan fitur menarik untuk mempermudah komunikasi. Dulu, aplikasi pada telepon genggam masih terbatas. Sekarang, aplikasi gratis yang tidak terbatas memudahkan pengguna untuk aktif di media sosial.

Sebagai alat komunikasi, pemegang kendali tetaplah pemakainya. Alat elektronik bisa menjadi buah simalakama jika penggunanya tidak mawas diri.

Telepon genggam dapat mendekatkan yang jauh, tetapi juga bisa menjauhkan yang dekat. Arif dan bijak dalam penggunaan telepon genggam menjadi saran wajib untuk penggunanya.

(