Kami percaya anak muda Indonesia dapat menjadi problem solver bagi bangsa. Di balik potret buramnya situasi pendidikan di Indonesia, semakin diperlukan anak kreatif muda Indonesia berkontribusi melalui karya nyata yang berguna bagi masyarakat. Nah, untuk menginspirasi kamu, berikut merupakan daftar lima perusahaan paling inovatif di social media tahun 2014 menurut majalah Fast Company.
1. LINE
Atas usahanya melahirkan budaya hypercute dalam interaksi sosial secara mobile. Begitu hebatnya aplikasi messenger ini hingga anak muda di Jepang, negara asal aplikasi ini, lebih suka bertukar LINE ID dibandingkan nomor telepon. Di dunia, app ini telah memiliki 181 juta user aktif dalam sebulan. Walaupun jumlahnya lebih sedikit dari app messenger yang sudah lebih dulu populer seperti WhatsApp, WeChat dan Facebook Messenger, LINE memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pesaingnya: menjadi fenomena pop-culture dan pan-media. App ini menginisiasikan stiker daripada emoji. Fenomena stiker ini ditangkap jeli oleh LINE dengan membuka toko retail yang menjual segala pernak-pernik terkait stiker dari mulai boneka, kaos hingga karakter Cony (salah satu ikon stiker LINE) yang dibalut permata Swarovski seharga US$ 3200. Mereka juga menggandeng kerja sama dengan Toyota untuk mendistribusikan stiker mereka secara gratis agar lebih engaged dengan konsumen. Game, stiker berbayar dan penjualan merchandise serta promosi marketing lainnya memberi pemasukan bagi LINE sebanyak US$ 656 juta pada 2014.
2. VENMO
Atas usahanya menunjukkan transaksi uang bisa berdampak sosial. Merupakan ‘wallet app’ yang bisa digunakan antar teman yang langsung terkoneksi ke rekening tabungan masing-masing via ponsel pintar (smartphone). Gratis dan sederhana penggunaannya, serta mengeliminasi ribetnya bayar ‘patungan’ saat tagihan makanan datang misalnya. Bukan hanya itu, kerennya Venmo adalah elemen sosial yang ditanamkan dalam program ini. Melalui fitur ‘Venmo Nearby’, pengguna bisa bantu membayar orang-orang di sekitarnya tanpa perlu orang tersebut menjadi teman terlebih dahulu. Venmo akan semakin berguna ketika kamu semakin banyak temannya. Selama 2014, Venmo menangani transaksi pembayaran via mobile sebesar US$ 906 juta, naik 370% dari tahun sebelumnya.
3. WHISPER
Atas usaha pencegahan tendensi menyakiti diri (self-harm). Digunakan sebagai platform untuk mengekspresikan individu yang menderita depresi dan kecenderungan bunuh diri. Whisper, memungkinkan penggunanya untuk membagi pengalaman depresifnya secara anonim. Di bulan Agustus 2014, Whisper meluncurkan platform digital berbasis nirlaba bernama “YourVoice” yang memungkinkan user untuk mem-posting video, membicarakan kisah perjuangannya dan mendapat berbagai akses bala bantuan. Whisper sendiri mendistribusikan enam milyar pesan setiap bulan dan berhasil mengumpulkan US$ 36 juta pada Mei tahun lalu.
4. HBO
Atas pemikiran outside-the-idiot-box. HBO menyadari anak-anak millenial sekarang sulit (atau nggak mau) bayar paket layanan kabel yang mahal untuk nonton acara favorit mereka. Nah, HBO lantas sering menggunakan kanal social media untuk menghadirkan acara tersebut di hadapan mereka. Salah satu metodenya, HBO mengunggah dua episode pertama musim ke-3 film seri “Girls” di YouTube yang diamplifikasikan via kanal social media lain seperti Snapchat, Vine, Pinterest, Tumblr dan Instagram. Segmen acara yang lebih panjang seperti “Last Week Tonight with John Oliver” juga diunggah ke YouTube yang mana kemudian di-share ke Facebook dan platform lain ratusan ribu kali. Adapun film seri “Game of Thrones” sempat mendominasi jagad Twitter dengan #TakeTheThrone dan #RoastJoffrey. Dengan lebih dari 18 juta viewers, serial tersebut dinobatkan sebagai most-watched television serial sepanjang masa. Gokil!
5. VSCO
Atas penghargaan kepada artis. Buat kamu yang hobi banget motret pakai smartphone, pasti udah nggak asing lagi sama app ini. Dengan slogan “By creatives, for creatives”, sejauh ini VSCO sungguh memenuhi janjinya. Tahun lalu, VSCO meluncurkan in-app social network bernama Grid yang menyajikan fitur foto hasil kurasi berkualitas tinggi. Berbeda dengan Instagram, Grid tidak menyediakan fitur ‘likes’ ataupun ‘comments’. Cofounder Joel Flory mengatakan bahwa “Kami ingin menciptakan platform di mana individu dinilai bukan karena jumlah follower atau popularitas, tapi karena kualitas konten”. Inisiatif lain yang dibentuk adalah VSCO’s Artist Initiative, yang merupakan pendanaan beasiwa yang bertujuan membantu para kreator mewujudkan proyeknya. Diawali dengan dana US$ 100.000, namun setelah investasi sebesar US40 juta oleh Accel Partners, mereka memperluas cakupan beasiswa menjadi US 1 juta dan menerima sekitar 2000 pelamar dalam 48 jam pertama peluncurannya. “Kami menganggap kami sebagai bagian dari komunitas kreatif”, ujar Cofounder Greg Lutze. Ia pun menambahkan, “Kami tidak berada di lingkaran luar, kami tidak memandang komunitas kreatif sebagai komoditas. Kami adalah mereka. Dan itu merubah seluruh cara kerja kami”.
Sudah siap menjadi bagian dari problem solver? Keep creating. Do more. Do better. Do now!
Sumber : fastcompany.com