Guyub para ”Sista…” dalam Sisterhoodgigs

0
1847

Jumlah perempuan musisi terus tumbuh, dan mereka butuh wadah. Maka, para perempuan musisi ini membentuk wadah Sisterhoodgigs, tempat berbagi dan ”nge-jam” bersama sesama perempuan musisi.

Oleh Mohammad Hilmi Faiq

Malam itu, Jumat (19/12), puluhan perempuan memadati kursi-kursi The Factory Studio & Cafe di bilangan Tanah Kusir, Jakarta. Mereka bercengkerama akrab satu sama lain. Sesekali terdengar tawa berderai atau tegur sapa. Sebagian besar adalah para perempuan musisi, seperti Theresia Pardede atau Tere, Melanie Subono, Astrid, mantan gitaris She Riry Silalahi, dan Fitria Anggreini atau Fia, personel Pop The Disco. Juga hadir anggota band Poprock, She, Jazzy Juice, dan Beilys.

Tere lalu menyambar mikrofon yang tersedia di panggung. Dia meminta para hadirin untuk bersiap karena Sisterhoodgigs segera dimulai. Ini merupakan Sisterhoodgigs sesi ketiga setelah sebelumnya tampil pada bulan Oktober dan November di tempat yang sama.

Poprock didaulat tampil lebih dulu. Band cewek yang baru genap setahun itu antara lain membawakan lagu mereka, ”Selalu Bersamanya”, secara akustik. Kemudian dilanjut dengan lagu ”Imagine” karya John Lennon. Tere ikut nimbrung ke panggung bernyanyi bersama. Penampil selanjutnya Band Beilys.

Para penampil tidak selalu sesuai dengan formasi. Spontanitas kerap muncul di tengah jalannya acara seperti layaknya kumpul-kumpul. Seperti malam itu, tiba-tiba Achi, mantan pemain biola she, didaulat tampil bersama she dan Poprock. Pada sesi lain, Melanie Subono turut tampil bersama Tere. ”Gue gak mau kalau gak ditemani Tere,” kata Melanie sebelum melantunkan lagu-lagu bernada sikap asertifnya, seperti ”Hei, Wanita”. Melanie berpesan agar perempuan berani melawan pelecehan, penindasan, dan kungkungan budaya patriarkis. Lagu itu sengaja dipilih antara lain karena bulan Desember berbarengan dengan Hari Ibu dan Natal, Sisterhoodgigs mengangkat tema spirit of giving. Selain saling menguatkan kepada sesama perempuan, mereka menggalang dana untuk para ibu yang anaknya menderita cerebral palsy, gangguan motorik, postur, dan otot akibat cidera otak atau perkembangan otak yang terganggu.

”Pada Sisterhoodgigs sesi-sesi sebelumnya, kami tampil begitu saja berisi jamming. Kali ini, kami ini memberi manfaat lebih jauh dengan menggelar amal,” kata Riry, salah satu penggagas Sisterhoodgigs. Malam itu, Tere dibantu Fia mengedarkan dua celengan untuk menampung sumbangan, dan terkumpul dana sekitar Rp 4 juta. Dana itu selanjutnya mereka serahkan kepada Rumah Cerebral Palsy. Astrid yang membawakan lagu Bjork, ”Finona Apple”, sempat berkelakar, ”Yang request lagu Bjork, berani nyumbang berapa?” Penonton Sisterhoodgigs terbuka umum dan penyelenggara tidak mematok harga tiket. Penonton bebas menentukan sendiri harga tiketnya alias seikhlasnya. Sisterhoodgigs biasanya dimulai pukul 19.00 dan berakhir pada pukul 23.00. Sepekan menjelang acara, para penggagas Sisterhoodgigs rajin menyebar informasi via berbagai media sosial.

Perempuan bersatu

Sisterhoodgigs lahir dari kerinduan para perempuan musisi untuk dapat bermusik demi musik itu sendiri. Kegelisahan ini diungkapkan oleh Riry kepada rekan-rekannya yang ternyata juga dirasakan Fia, Tere, dan Sara Ditaputri (pemain bas Pop the Disco). Mereka lantas sepakat membentuk Immogend (Immortal Legend), sejenis music organizer yang menginisiasi Sisterhoodgigs.

Sisterhoodgigs menjadi wadah para perempuan musisi untuk berbagi dan nge-jam bersama. Di wadah ini, mereka dapat saling berbagi ide dan gagasan tentang musik. Para musisi berpengalaman, seperti Tere dan Melanie, dapat berinteraksi secara guyub dengan para perempuan musisi seperti para personel band Poprock atau Beilys. Para personel Poprock sangat berterima kasih karena mendapat kesempatan tampil sekaligus mempromosikan lagu mereka.

”Ide Sisterhoodgigs sangat bagus. Selama ini, forum sejenis didominasi laki-laki. Di Sisterhoodgigs, kami dapat bertemu perempuan musisi dalam suasana kekeluargaan dan saling mendorong untuk maju,” kata Princes Amanda alias Icez, pemain bas Poprock.

Vokalis she, Daeztyne Syaheeda atau Destin, menjelaskan, dia merasa menemukan wadah yang pas saat bergabung dalam Sisterhoodgigs. Dia dapat banyak belajar dari musisi senior. Apalagi ditambah dengan aktivitas sosial, seperti penggalangan dana. ”Jaringan dan pertemanan jadi semakin lebar dan kuat. Acaranya juga asyik dan santai, jadi enjoy,” ujar Destin yang belum genap enam bulan bergabung dengan She.

Riry menambahkan, Sisterhoodgigs memang mengedepankan perempuan musisi, tetapi tidak menutup pintu bagi musisi lelaki untuk nge-jam bareng. Prinsipnya, penonton ataupun musisi dapat menikmati musik bersama. Bulan depan, Sisterhoodgigs tetap akan tampil di kafe The Factory. ”Kami masih menyusun siapa saja yang harus tampil. Datang, ya,” kata Fia.

 

Artikel ini di muat di Harian Kompas