Setelah Slumdog Millionaire dan My Name is Khan, Bollywood terus memacu diri untuk menghasilkan film-film berkelas yang menembus pasar internasional. PK meneruskan tradisi itu. Meski dibalut dalam latar komedi, film ini menawarkan persoalan serius yang saat ini sedang kita hadapi bersama: kefanatikan yang membutakan, baik itu terhadap keyakinan, agama, maupun kebenaran.
Sutradara Rajkumar Hirani dan penulis skenario Abhijit Joshi berhasil menawarkan alur cerita yang tidak biasa dan merangkainya menjadi penggalan-penggalan yang penuh kejutan. Persoalan sensitif dan serius yang terjadi di negeri yang mudah bergolak seperti India oleh Rajkumar dikuliti dengan ringan dan mengalir.
Sejak awal, penonton telah diberi kerangka yang jelas. Dua mahasiswa, Jaggu (Anushka Sharma) dan Sarfraz Yousouf (Sushant Singh), bertemu di kota Brugge, Belgia. Jaggu yang asal India baru menyadari Sarfraz berasal dari Pakistan ketika keduanya telah saling jatuh cinta. ”Cinta terlarang” ini membuat Jaggu patah hati dan kembali ke New Delhi. Singkat kata, ia menjadi reporter televisi dan bertugas mencari liputan unik.
Di sinilah ia bertemu dengan pria yang berperilaku aneh, yang matanya selalu melotot, jarang berbicara, dan kerjanya membagi-bagikan pamflet bertuliskan: ”Tuhan telah Hilang”. Terpicu oleh keanehannya, Jaggu menguntit pria ini sampai ke penjara. Di sinilah pria yang menyebut dirinya PK (Aamir Khan) itu bercerita tentang masa lalunya dan mengapa ia berada di New Delhi.
PK ternyata alien yang berasal dari salah satu planet di luar Bumi. Proses bagaimana PK diterjunkan dari pesawat luar angkasa di sebuah wilayah tandus di India dan kemudian belajar tentang tata cara manusia, termasuk memanfaatkan uang, bahasa, juga ritual manusia, digambarkan dengan penuh kelucuan.
Melihat dunia manusia dari sudut pandang alien yang ”netral” dan mengandalkan logika adalah pilihan cerdas. Rajkumar tak khawatir mengungkap gesekan-gesekan dan aneka prasangka yang mungkin selama ini ada di dalam pikiran kita dan sulit diungkapkan. PK mendatangi kuil, masjid, dan gereja untuk mencari Tuhan manusia. Ia sampai pada kesimpulan: semakin manusia mencoba mengatasnamakan tindakannya demi Tuhan, semakin banyak kehancuran yang terjadi. Tuhan tidak membutuhkan perlindungan dari manusia.
Berkaca
Jangan bayangkan PK memperoleh kesimpulannya lewat perenungan mendalam, tetapi lewat dialog-dialog yang memancing tawa, ada banyolan slapstick, juga lewat beberapa tarian dan nyanyian (jangan lupa ini film India). Dengan modal pemahaman itu, PK berani memenuhi tantangan ”tokoh suci” yang memiliki banyak pengikut untuk beradu argumen di acara televisi. Di adegan pemuncak ini pun, Rajkumar menyimpan kejutan pamungkas.
Apa yang dikisahkan dalam film yang berdurasi tiga jam ini adalah kisah kita semua, bagian dari sebuah negeri yang kerap menyimpan bara karena identitas keragaman. Film ini mengantar kita untuk berkaca, sudah benarkah jalan pencarian kita?
Myrna Ratna