Metabolisme Tubuh : Minum Tak Perlu Menunggu Haus

0
1956

JAKARTA, KOMPAS – Olahraga, seperti lari, menyehatkan. Namun, aktivitas fisik itu bisa mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu karena kekurangan cairan atau dehidrasi. Untuk mencegah hal itu, mereka yang berolahraga dianjurkan minum tanpa menunggu haus, apalagi hingga kekurangan cairan.

Menurut pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dante Santoso, Kamis (27/11), di Jakarta, pada orang yang berolahraga, kekurangan cairan bisa terjadi saat air masuk ke tubuh kurang, sementara banyak cairan keluar lewat keringat. Pada orang tak berolahraga, dehidrasi bisa terjadi akibat pendarahan atau diare.

Dehidrasi bisa mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu. Contohnya, pada jantung, dehidrasi menyebabkan aritmia atau ritme jantung tak beraturan dan sumbatan di pembuluh darah, baik di jantung maupun otak. Kekurangan cairan juga menyebabkan ginjal bekerja lebih keras. ”Ketika dehidrasi, prioritas asupan air ke dalam tubuh adalah untuk ginjal dan otak,” katanya.

Dante mengatakan, berolahraga yang bersifat aerobik, seperti lari dan bersepeda, butuh banyak cairan. Pada jenis olahraga itu, kerja jantung meningkat dan kita akan bernapas lebih cepat.

Mereka yang beraktivitas fisik, baik pada siang maupun malam hari, membutuhkan air sama banyak. Bedanya, pada siang hari, penguapan cairan dari tubuh lebih cepat terjadi.

Maka dari itu, dalam acara lomba lari, misalnya, penyelenggara dan peserta harus mengutamakan minum karena hal itu penting bagi kesehatan. Konsumsi air minum cukup akan mencegah dehidrasi.

”Seseorang yang akan ikut lomba lari, contohnya, harus memperhitungkan jadwal minum selama berlari. Di setiap pos panitia yang menyediakan air, sebaiknya minum air minimal satu cangkir. Jika sebelum memulai lari bisa buang air kecil, artinya kebutuhan air untuk tubuh terpenuhi,” ucap Dante.

Pos panitia yang menyediakan air minum pada lomba lari sebaiknya tersedia setiap 5 kilometer atau bahkan 2,5 kilometer agar pelari bisa minum. ”Tak boleh sombong dengan kebutuhan terhadap air. Harus dijadwalkan, kapan minum air selama lari. Jika perlu, bawa air minum sendiri,” ujarnya.

Mendinginkan tubuh

Dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto, menjelaskan, yang diperlukan selama berolahraga tak cukup hanya air, tetapi juga air yang mengandung elektrolit dan gula. Sebab, cairan isotonik mengandung elektrolit yang dibutuhkan bagi kerja sel tubuh.

Selain untuk minum, air bisa untuk mendinginkan badan. Itu untuk mencegah panas berlebih pada tubuh (heat stroke).

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dengan baik saat berlari ialah pemilihan pakaian. Baju terlalu tebal yang tak memungkinkan sirkulasi udara berjalan baik membuat suhu badan cepat panas sehingga mempercepat terjadi dehidrasi.

Mereka yang berisiko dehidrasi dan heat stroke saat berolahraga antara lain orang yang kegemukan dan orang dengan riwayat penyulit, seperti hipertensi dan diabetes. Kekurangan cairan saat olahraga juga rentan dialami orang yang pernah terkena heat stroke dan orang dengan toleransi rendah terhadap udara panas.

Dokter ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Fatmah Eliana, menyatakan, dehidrasi bisa menyebabkan hipernatremia (kadar natrium dalam darah tinggi), hipokalemi (kekurangan kalium), dan hipokalsemi (kadar kalsium rendah). Untuk menangani tiga hal itu, perlu pemberian cairan elektrolit yang mengandung mineral.

Pertolongan pertama bagi mereka yang hipokalemi biasanya pemberian susu atau gula. ”Penanganan terbaik adalah secepatnya membawa ke rumah sakit dan memberi infus,” ujarnya.