“Cashless”, Jadi Bikin Hemat- kah?

0
478

Milenial memang tidak bisa lepas dari teknologi. Mereka terlahir untuk hidup bersama dengan teknologi yang berkembang pesat. Kebutuhan-kebutuhan yang secara mudah terpenuhi sudah menjadi kebiasaan.

Salah satunya dengan gaya hidup cashless, alias bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai lagi. Mereka cukup menggunakan telepon pintar yang didukung oleh aplikasi uang elektronik atau kartu pembayaran elektronik.

Kapanpun dan dimanapun mereka dapat membayar apapun yang mereka mau tanpa perlu harus mengambil uang tunai terlebih dahulu ke mesin anjungan tunai mandiri (atm) atau antri ke bank. Milenial yang sebagian besar tidak suka membawa banyak uang tunai di dalam dompet, membuat pilihan untuk memiliki aplikasi-aplikasi uang elektronik menjadi yang paling tepat.

Selain itu, keuntungan lain, kita tidak perlu lagi antri apabila ingin melakukan pembayaran tagihan listrik, air, telepon, dan lain-lain. Sebagai ganti, hanya dengan hitungan menit dan beberapa klik lewat ponsel pintar semua hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah.

Saat ini banyak pula merchant yang menawarkan potongan harga dan cashback apabila pembeli produk membayarnya menggunakan aplikasi uang elektronik. Bahkan, tidak jarang dari aplikasi uang elektronik sendiri juga menyediakan voucer-voucer belanja. Melakukan pembayaran dengan aplikasi uang elektronik selain cepat dan efektif, pengguna juga dapat memantau pengeluaran atau transaksi yang pernah dilakukan sebelumnya.

Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya dengan aplikasi uang elektronik, membuat mereka semakin boros

Kemudahan-kemudahan tersebut sangat susah untuk dilepaskan dari kehidupan sehari-hari milenial. Namun kemudahan tersebut sebenarnya malah membawa dampak buruk bagi milenial yang tidak bisa mengontrol diri.

Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya dengan aplikasi uang elektronik, membuat mereka semakin boros karena uang yang dikeluarkan hanya berbentuk nominal bukan uang tunai yang lebih terasa ketika kita menggunakannya untuk membayar sesuatu.

Contoh ketika kita membeli pakaian seharga Rp 400.000 dengan menggunakan uang elektronik yang dilakukan dengan mentop-up salah satu aplikasi yang kita gunakan pasti tidak akan terasa bahwa kita telah mengeluarkan uang sebanyak itu dibanding dengan kita membayarkan uang tunai secara langsung. Rasanya pasti kita telah mengeluarkan uang yang banyak.

Itulah yang membuat millenial tidak sadar bahwa mereka telah mengeluarkan uang yang banyak. Apabila saldo di dalam aplikasi sudah habis, maka dengan mudah mereka melakukan top-up. Meskipun kita melakukan top-up dengan nominal yang kecil namun intensitasnya cukup sering maka sebenarnya kita telah mengeluarkan uang yang cukup banyak.

Teknologi dan kemudahannya tidak semua membawa dampak positif, masih ada hal yang berdampak negatif tanpa kita sadari, oleh karena itu perlunya kesadaran untuk mengontrol diri agar tidak terlalu terbawa oleh arus perkembangan teknologi yang sangat pesat ini.

Sylvia Maya Indraswari, Mahasiswi DIII Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN Jakarta