Aura Asia Ayu Gani

0
2787

Di wajahnya ada pesona Tionghoa, Jepang, dan Jawa. Sangat Asia. Mungkin dari sebab itu, Ayu Lestari Putri Gani (23) terpilih sebagai Asia’s Next Top Model musim ke-3 acara pencarian bakat model yang ditayangkan di saluran Star World pada episode final 17 Juni lalu.

Ditemui di kantor FOX International Channels di Jakarta pada akhir Juni, Ayu masih tak percaya dengan kemenangan yang ia genggam. Jantungnya tetap berdegup kencang mengingat momentum grandfinal ketika finalis hanya tersisa dirinya dan Monika dari Filipina. ”Aku bingung, salah dengar atau gimana?” kata Ayu Gani yang kala itu sudah bersiap untuk kalah.

Asia’s Next Top Model terinspirasi dari reality show America’s Next Top Model yang dicetuskan supermodel Tyra Banks. Gani menjadi model pertama asal Indonesia yang bisa melaju ke ajang final, bahkan keluar sebagai pemenang. Dari kemenangan itu, pada pertengahan Juli, Ayu Gani dikontrak setahun menjajal dunia model internasional di agensi model Tyra Banks, Storm Model Management, London, Inggris. Ia juga menjadi duta TRESemme 2015 di Asia Tenggara.

”Enggak disangka bisa menang. London adalah kota fashion yang pengaruhnya banyak banget ke industri fashion. Saya bersyukur,” kata perempuan kelahiran Nganjuk, yang tumbuh di Kota Solo ini.

Kompetisi musim ke-3 yang ditayangkan dalam 13 episode tersebut diikuti oleh 14 model berbakat dari seluruh Asia. Awalnya, Gani menduga langkahnya akan terhenti maksimal di ajang lima besar. Tak disangka, para juri jatuh hati pada keindahan cara jalannya di catwalk dan keunikan bentuk wajahnya.

Lahir dari keluarga keturunan Tionghoa, Jepang, dan Jawa, wajahnya terkesan unik. Tulang pipi tirus mengingatkan pada sosok wajah supermodel dunia favoritnya, Karlie Kloss. Matanya juga terkesan sangat oriental.

”Dari cetakannya sudah gini. Dulu waktu kecil, wajahku lebih lonjong lalu tiba-tiba berubah seperti memiliki rahang tegas. Mungkin berevolusi ya. Ha-ha…,” ujar Gani.

Ayu Gani

Budaya Indonesia

Langkah Gani menapaki dunia mode dimulai ketika meraih juara favorit pembaca untuk Wajah Femina 2011. Beragam tawaran pemotretan kemudian berdatangan. Gani juga sempat menjadi ikon Jakarta Fashion Week 2012. Dua tahun terakhir, ia memutuskan tinggal di sebuah apartemen di Kuningan, Jakarta, sekaligus mengambil kuliah Fashion Business di LaSalle College Jakarta.

Berawal dari ibundanya yang hobi nonton Asia’s Next Top Model, Gani kemudian didorong untuk mendaftarkan diri. Menurut sang ibu, wajah Gani tergolong favorit para juri sehingga berpotensi menang. ”Tak sekadar dorongan orangtua. Aku pun ingin menjajal dunia modeling internasional. Paling gampang ya ikut kompetisi ini,” katanya.

Proses seleksi di ajang pencarian bakat Asia’s Next Top Model sekaligus menjadi wahana pembelajaran untuk mematangkan langkah di dunia mode. Dari proses pengambilan gambar
yang berlangsung dari minggu pertama hingga minggu ke-13, setiap model belajar membedakan gaya pemotretan untuk beragam keperluan berbeda, seperti advertorial atau editorial.

”Selama ini kerja di industri fashion, kita dibayar dan enggak pernah dikomentari. Aku menerima kritik dengan baik. Sebenarnya kritik adalah hal yang membangun,” kata Gani.

Gani paham betul tentang pentingnya peran seorang model sebagai jembatan perantara antara produsen dan konsumen. Menurut dia, seorang model harus paham tentang konsep baju yang dipakai dan berusaha semaksimal mungkin menjualnya kepada konsumen.

Alih-alih menonjolkan wajah cantik, konsep rancangan bajulah yang harus dikedepankan di lantai catwalk. Pernah satu kali, Gani didandani dengan lipstik coreng-moreng di wajah, ternyata sang desainer ingin mengatakan bahwa baju yang didesainnya bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, tak peduli seburuk apa pun wajahnya.

Sebelum meyakinkan konsumen, model harus lebih dulu bisa membangun kepercayaan diri. Upaya membangun kepercayaan diri ini sempat menjadi pekerjaan rumah terberat bagi Gani. Tingginya yang 173 sentimeter sempat menjadi olok-olokan juri Asia’s Next Top Model. Standar model internasional memang mensyaratkan minimal tinggi 176 sentimeter, bahkan 180 sentimeter untuk seorang supermodel.

”Aku merasa aku punya nilai lebih di fitur tubuh aku. Harus percaya diri. Kalau terlalu banyak mengeluh dengan diri sendiri akan kelihatan di catwalk. Lalu, bagaimana bisa meyakinkan konsumen?” kata Gani.

”Harus menerima diri apa adanya dan percaya terhadap diri sendiri. Menggunakan kelebihan tutupi kekurangan. Jangan pernah mau jadi orang lain, ” ujar Gani.

Kebanggaan sebagai orang Indonesia juga menjadi pegangan utama Gani sebelum menapaki panggung internasional. Pegangan budaya itu pula yang membuatnya menolak terlibat pemotretan pakaian dalam di ajang Asia’s Next Top Model.

”Aku bangga banget dengan Indonesia. Aku tumbuh di sini, darahku Indonesia, enggak akan jadi bule. Aku justrupengin bawa budaya kita,” kata Ayu Gani.

(Mawar Kusuma)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2015, di halaman 17 – SOCA dengan judul “Aura Asia Ayu Gani”.