Desa Catur-Boyolali, Desa Organik dan Mandiri Energi

0
877

Bursa Pertukaran Inovasi Desa berlangsung akhir Juli 2019 lalu di Kantor Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk mengangkat potensi di setiap desa. Selain itu, kegiatan ini bertujuan pula untuk mempromosikan hasil produk unggulan yang ada di desa kepada masyarakat luas.

Kegiatan Bursa Inovasi Desa ini diikuti oleh beberapa desa di Kecamatan Sambi, seperti Desa Catur, Desa Jatisari, Desa Babadan, serta Desa Sambi. Masing-masing desa berlomba-lomba memamerkan produk yang menjadi unggulan daerahnya. Dalam hal ini Desa Catur, dibantu dengan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang bergabung di Tim KKN-PPM UGM memamerkan produk unggulan berupa beras organik, pupuk organik, arang sekam, serta tanaman-tanaman asman toga (tanaman obat keluarga).

Dukuh di Desa Catur memiliki potensi produk unggulannya masing-masing. Produk unggulan desa tersebut yang berupa beras berasal dari Dukuh Toprayan dan Dukuh Gumukrejo. Beras yang dihasilkan oleh warga Dukuh Toprayan diproduksi oleh Kelompok Tani Budi Rahayu yang diketuai Trubus Jatmiko.

Kelompok Tani Budi Rahayu berhasil memproduksi beras merah wangi dan beras sidenok. Beras merah wangi mempunyai keunggulan dapat megurangi kadar kolesterol dalam tubuh dan dapat membantu menurunkan berat badan. Sementara itu, beras sidenok mempunyai keunggulan dalam hal cita rasa yang pulen dan tahan lama, serta dalam memasaknya cukup dengan sedikit air.

Selain beras, adapula tanaman asman toga dan tanaman holtikultura yang dikembangkan oleh Supri, warga Dukuh Karang Jowo.
Hampir semua tanaman obat keluarga sudah dibudidayakan oleh Pak Supri, demikian kami memanggilnya. Tanaman itu antara lain jahe, kencur, kunyit, laos, temulawak, daun dewa, daun mint, daun adas, patah tulang, kumis kucing, daun sambung nyawa, benalu tikus, mengkudu, kecubung, kelor, dan lain sebagainya. Selain itu, adapula budidaya tanaman lain antara lain cabai, sawi, selada, seledri, terong, dan lain sebagainya.

Untuk mendukung pemanfaatan pekarangan dengan budidaya tanaman tersebut, dikembangkan pula pembuatan arang sekam sebagai media tanam. Kelebihan penggunaan arang sekam ini antara lain bisa menyimpan air lebih banyak serta mempunyai banyak pori-pori yang dapat menyimpan unsur hara bagi tanaman.

Dalam pembuatan arang sekam ini, Tim KKN-PPM UGM membantu dalam fasilitas reaktor biochar yang dapat meminimalisir kegagalan pembuatan arang sekam. Dibandingkan dengan metode lain, penggunaan reaktor biochar untuk membuat arang sekam lebih menguntungkan, karena sekam padi yang berubah menjadi abu lebih sedikit.

Produk unggulan beras dihasilkan pula oleh warga Dukuh Gumukrejo, yakni beras menthik wangi yang memiliki keunggulan berbau wangi, berwarna putih, dan bercita rasa pulen. Beras menthik wangi ini diproduksi oleh Mulyono dengan cara organik, yakni menggunakan pestisida serta pupuk organik yang dibuat sendiri.

Mulyono menjalankan pertanian dengan sistem ‘jajar legowo’ untuk intensifikasi penggunaan air. Sistem ‘jajar legowo’ ini merupakan kegiatan penanaman yang dilakukan dengan metode setiap lubang satu tanaman serta memperhatikan jarak tanam yang digunakan.

Potensi Desa Catur lainnya, banyak warga memiliki ternak. Dengan banyaknya ternak tersebut, menyebabkan pula berlimpahnya limbah kotoran ternak, terutama ternak sapi. Kotoran ternak sapi di Dukuh Toprayan, Desa Catur dimanfaatkan menjadi pupuk organik dan biogas oleh Kelompok Tani Budi Rahayu.

Pembuatan pupuk organik dilakukan melalui fermentasi kotoran sapi kurang lebih tiga bulan sampai gas dalam kotoran sapi tersebut hilang dan memiliki tekstur kembali seperti tanah. Pupuk organik ini mempunyai keunggulan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik lebih kompleks, yaitu jumlah Nitrogen (N) total 1,09%, Phospat (P) 1,10%, dan Kalium (K)  1,32%. Selain itu, kotoran sapi dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan biogas rumah tangga dengan pembuatan instalasi pendukung.

Kelompok Tani Budi Rahayu bersama dengan Tim KKN-PPM UGM, memulai pembuatan instalasi biogas yang menjadi cikal bakal pembuatan instalasi biogas di Desa Catur. Untuk memulai pembangunan tersebut, dilakukan terlebih dahulu dengan melihat percontohan pembangunan instalasi biogas yang ada di Desa Sruni, Musuk oleh Kelompok Tani Karya Muda.

Di desa tersebut, kurang lebih tiga Rukun Tetangga (RT) sudah mempunyai instalasi biogas hampir pada setiap rumah, sehingga gas hasil biogas bisa dimanfaatkan untuk menyalakan kompor, menyalakan lampu, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, Tim KKN-PPM UGM membantu dalam pembuatan proposal bantuan tenaga ahli dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Boyolali, pembuatan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Dari seluruh potensi yang ada tersebut, ada kendala berupa minimnya cakupan pemasaran serta kurang menariknya kemasan yang ditawarkan oleh para petani organik, sehingga hanya menarik sedikit konsumen.

Tim KKN UGM berusaha berkontribusi membuat kemasan beras yang lebih menarik dengan plastik zip lock serta logo kemasan sesuai produk yang akan dipasarkan. Dalam Bursa Pertukaran Inovasi Desa tersebut, kami juga membuat brosur dan kartu nama untuk memudahkan pemasaran produk unggulan desa.

Ghiffari Awliya M A, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik  Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, masuk dalam Tim KKN PPM UGM Unit JT-157 Tahun 2019 Kecamatan Sambi, Boyolali, Jawa Tengah