Semarak di Tengah Pelukan Kabut dalam Jazz Gunung Bromo 2022

0
390

Jazz Gunung Bromo 2022 sukses terselenggara dua hari pada Jumat (22/07/2022) dan Sabtu (23/07/2022) di Amfiteater Terbuka Bromo, Jiwa Jawa Resort Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pagelaran ini setiap tahunnya selalu berhasil menghipnotis dan menarik antusiasme penikmat musik jaz nasional maupun internasional sejak tahun 2009 lalu.

Menikmati alunan musik jaz yang indah dipadukan dengan suasana alam terbuka pada ketinggian 2.000 meter dipermukaan laut memberikan kesan mendalam bagi musisi maupun pengunjung yang datang. Tahun ini Jazz Gunung Bromo 2022 mengusung tema ”Indahnya Jazz, Merdunya Gunung” sebagai bentuk perpaduan harmonis antara musik, alam pegunungan dan manusia.

Jazz Gunung Bromo tahun ini menghadirkan berbagai musisi skala nasional dan internasional seperti Andine, Pusakata, Blue Fire Project ft. Ahmad Albar & Ian Antono, Komodo Project, Ring of Fire Project dan lainnya hingga musisi muda jazz asal Prancis yakni Duo Weeger. Alunan musik merdu dikolaborasikan dengan penampilan yang energik oleh para musisi mampu memberikan kehangatan di antara pengunjung.

Mengenai pergelaran jaz tersebut, Butet Kartaredjasa dan Sigit Pramono yang menjadi  founder dari Jazz Gunung menyatakan, festival musik itu diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar Kawasan Gunung Bromo. Pengharapan keduanya tampaknya terwujud, banyak pihak termasuk warga kawasan Gunung Bromo menyambut baik adanya festival musik tersebut.

Butet dan Sigit juga mengharapkan kegiatan pariwisata dan perekonomian di sekitar Kawasan Gunung Bromo yang tersohor terus berangsur membaik paska pandemi Korona.

Interaksi Tim Harian Kompas dengan Pengunjung Jazz Gunung Bromo 2022. Foto: Aunal Adha Sulistiari

Sesi berbagi

Memanfaatkan kesempatan pada pagelaran Jazz Gunung Bromo 2022, Harian Kompas turut aktif menghadirkan berbagai kegiatan menarik untuk pengunjung yang datang. Mulai dari adanya stan foto dan berbagi merchandise unik hingga sesi berbagi dengan tema Literasi dan Videografi.

Hilmi Faiq Berbagi Pengetahuan Literasi kepada Pengunjung Jazz Gunung Bromo 2022. Foto: Aunal Adha Sulistiari

Pada hari pertama Jazz Gunung 2022 pada Jumat (22/07/2022) Harian Kompas menghadirkan sesi berbagi yang bertajuk Literasi “Nimba Rasa” dengan pembicara M. Hilmi Faiq yang menjadi Wakil Kepala Desk Budaya Harian Kompas. Menurut Faiq, seni literasi khususnya puisi mampu menjadi terapi bagi penulisnya karena menggambarkan suasana hati melalui kalimat-kalimat yang indah.

“Banyak orang berpuisi hanya terpaku pada rima, padahal yang terpenting adalah makna” Kata Wakil Kepala Desk Budaya Harian Kompas Hilmi Faiq

“Banyak orang yang menulis puisi hanya terpaku pada rima, padahal salah satu aspek terpenting dalam puisi adalah maknanya,” ujar Hilmi Faiq. Berpuisi tak hanya sekadar rangkaian kata-kata indah saja, melainkan puisi yang baik yaitu berasal dari hasil refleksi diri sehingga dapat menggambarkan suasana hati.

Ia membagikan berbagai teknik untuk membuat puisi terlihat indah, salah satunya dengan menggunakan metafora dan simile. “Namun, sebaiknya penulis puisi memperkaya pengetahuannya dengan membaca, mengamati dan memahami cara kerja alam untuk menciptakan metafora atau simile yang orisinal,” kata Hilmi Faiq.

Agnes, salah satu peserta sesi berbagi Literasi “Nimba Rasa” mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan “Saya sangat senang dengan adanya kegiatan ini, terlebih tema yang dibawakan sesuai dengan hobi saya yaitu literasi dan sastra. Saya juga memeroleh pengetahuan baru tentang sastra langsung dari ahlinya,” ujar Agnes dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Lucky Pransiska Berbagi Ilmu Videografi kepada Pengunjung Jazz Gunung Bromo 2022. Foto: Aunal Adha Sulistiari

Videografi

Pada hari kedua Jazz Gunung 2022, Sabtu (23/07/2022) Harian Kompas kembali menghadirkan sesi berbagi. Kali ini tentang videografi bertajuk “Bertutur dengan Gambar” dengan pembicara Lucky Pransiska, Kepala Desk Video Harian Kompas.

Lucky menjelaskan, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam videografi yakni visual, cerita dan audio. Ketiga aspek tersebut saling mendukung karena jika salah satu aspek saja tidak tercapai, maka pesan dari video tersebut tidak akan tersampaikan dengan baik.

Dalam upaya mencapai ketiga aspek tersebut, seorang videografer sebaiknya menyesuaikan alat yang digunakan dengan kebutuhan saat pengambilan video. Selain itu, videografer juga harus memperkaya pengetahuannya dengan memperbanyak referensi dan berdiskusi sehingga memperoleh ide cerita dan visualisasi yang terbaik.

Aunal Adha Sulistiari, Mahasiswa Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya dan Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch IX