Ruang tamu merupakan tempat untuk menerima tamu, bersantai, dan mengobrol. Ciri khas tata ruang tamu dengan sofa, meja tamu, jendela, dan buku-buku yang memunculkan rasa nyaman kini bisa tercipta di luar rumah. Bagaimana dan di mana hal itu bisa dijumpai?

Aktivitas dan gaya hidup masyarakat perkotaan yang identik dengan kesibukan mengubah lokasi dan penciptaan ruang tamu. Remaja, mahasiswa, dan orang dewasa harus pergi keluar rumah sejak subuh dan pulang petang atau bahkan malam. Ruang tamu di rumah untuk menerima teman lama bertamu makin kehilangan fungsi. Padahal, kebutuhan untuk bersosialisasi tidak bisa dielakkan.

Kondisi seperti itu membuat masyarakat urban di perkotaan berusaha mencari alternatif tempat sebagai solusi yang memunculkan kreativitas. Salah satu alternatif adalah membuat kafe sebagai pengganti fungsi ruang tamu. Saat ini, sejumlah kafe mudah dijumpai di Jakarta. Orang-orang sering mencari kafe dengan konsep homey untuk mengistirahatkan sejenak pikiran dan tubuhnya dari kepenatan kerja ataupun kegiatan lain.

Kita dapat melakukan beragam aktivitas di kafe, mulai dari bertemu teman lama yang biasanya dilakukan di ruang tamu hingga mengerjakan tugas kelompok. Melihat kebutuhan ini, setiap kafe berlomba-lomba untuk menawarkan konsep yang unik.

Hal ini, misalnya, bisa dijumpai di sebuah kafe di Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (11/6). Kafe yang terkenal dengan kopinya ini terdiri atas dua lantai untuk memberi ruang yang lebih banyak bagi pengunjung. Di dalam ruangan ada sofa, meja kayu, jendela besar dengan aneka artwork bergaya vintage menghiasi dindingnya. Musik yang tenang, lampu tidak terlalu terang, dan harum kopi menambah suasana nyaman di tempat tersebut. Pada hari itu terlihat sekelompok pekerja kantoran berkumpul di salah satu ruangan untuk mengobrol. Sementara seorang ibu warga asing dan anaknya duduk menikmati makanan. Keduanya juga mengobrol asyik seperti di rumah.

Di tempat lain, tepatnya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, didirikan kafe yang menawarkan konsep perpustakaan. Selain bersuasana nyaman, kita juga dapat membaca buku dari ribuan koleksi yang dimiliki. Banyak anak muda duduk berlama-lama di sana untuk menyelesaikan tugas atau sekadar hening sendiri menenangkan pikiran.

”Tujuan saya membuat kafe ini agar orang-orang dapat mengakses banyak buku dan membuat mereka terinspirasi dari buku-buku yang ada,” ujar Richard Oh, pemilik kafe. ”Bahkan, ada pengunjung sengaja ke sini untuk membaca buku lalu menandai buku tersebut dan menyimpannya di tempat tertentu agar ketika ia kembali ke sini dapat membaca buku itu lagi dengan mudah,” tuturnya.

Lebih praktis

Banyak faktor menyebabkan orang lebih memilih kafe dibandingkan dengan ruang tamu rumah, selain masalah makin berkurangnya waktu di rumah. Psikolog Dwi Septinawati menyatakan, bertemu di kafe dengan rekan dan melakukan rapat evaluasi di tempat itu terasa lebih nyaman karena lokasi kafe merupakan titik tengah dari posisi rumah masing-masing.

Arsip Kompas Magangers-Casvarof Kompas Muda
Arsip Kompas Magangers-Casvarof Kompas Muda

”Ketika klien saya sedang sibuk, tetapi butuh konsultasi, biasanya kami janjian bertemu di sebuah kafe. Jika klien harus ke kantor saya, akan memakan waktu dan tenaga, padahal waktunya sempit,” katanya.

Pendapat lain datang dari Julius Susanto. ”Yang bikin kafe lebih dipilih dibandingkan dengan ruang tamu rumah untuk perjumpaan bisa dilihat dari interior desainnya yang ada pengalaman visualnya,” ujar Julius, sarjana desain lulusan Institut Teknologi Bandung.

”Ketemu di kafe itu lebih enak soalnya enggak perlu ngerasa nyusahin keluarga yang ditumpangin rumahnya kalau kita main ke rumah teman. Lebih adil juga buat semuanya karena harus ke tempat yang sama dari jauh,” ujar Brigitta Fidelita, siswa SMAN 81 Jakarta.

Rizqa Zhafira, siswi SMAN 68 Jakarta, berpendapat, variasi makanan dan minuman di kafe membuatnya menjadi tempat menarik. Desain interior kafe yang lucu dan unik juga menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung untuk berfoto.

Meski berkumpul di rumah lebih aman dan hemat, kadang-kadang muncul situasi canggung saat kita berinteraksi dengan tamu. Sementara jika kita bertemu di kafe, suasananya lebih nyaman sehingga tidak cepat bosan. Hanya di sisi lain kita cenderung lebih boros. Nah, MuDAers, tinggal kita pintar-pintar memilih, kapan perlu bertemu di kafe atau di rumah.

Fun Facts


  • Dalam bahasa Perancis, café dapat berarti kopi dan juga tempat minum kopi.
  • Kafe pertama dibuka di Konstantinopel yang merupakan ibu kota Kerajaan Ottoman, Turki, pada 1555.
  • Pada zaman dahulu, di Eropa wanita dianggap tabu masuk ke dalam kafe.

 

Pojok Santai


[venue id=”4b7a785bf964a520bb2d2fe3″]

Kafe yang tidak hanya menawarkan kopi ini memiliki menu lain, seperti ayam betutu, sandwich, dan BBQ chicken wings. Anomali Coffee di Jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, punya program khusus untuk yang ingin ikut coffee class dan coffee corner. Coffee class adalah kelas latihan bagi yang ingin belajar aneka teknik pembuatan kopi, seperti basic espresso, latte art, manual brewing, dan coffee cupping. Ada juga coffee corner yang merupakan free coffee education setiap Sabtu dan Minggu. Harga makanan dan minumannya mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 99.000 per porsi.


[venue id=”4f75c115e4b0f62bd397e0db”]

Kafe di daerah Kemang, Jakarta Selatan, yang seolah memiliki perpustakaan sendiri ini punya keunikan, yaitu punya ruang pemutaran film. Hal itu karena sang pemilik pernah menggarap sebuah film sehingga ia membuat ruang khusus untuk memutar film-film indie.

Dalam pengolahan menu makanan dan minumannya pun, kafe ini menggunakan sistem evaluasi dan memperbarui makanan atau minuman yang dijual. Makanan atau minuman yang akan dijual sebelumnya dijadikan tester untuk para pengunjung.

Untuk buku-buku, pihak kafe tidak memperjualbelikan. Buku yang ada hanya dapat dibaca di tempat. Harga makanan dan minuman di The Reading Room mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 70.000 per porsi.


Arsip Kompas Magangers-Casvarof Kompas Muda
Arsip Kompas Magangers-Casvarof Kompas Muda

Magangers Muda Batch 7
Kelompok Casvarof Tim
Annisa Maulidina, SMAN 81 Jakarta
Ihsan Imaduddin Azhar, SMAN 1 Kota Tangsel
Nadia Farah Lutfiputri, SMAN 68 Jakarta
Michelle Gouw, SMA Santa Ursula BSD
Sabrina Permata Alam, SMAN 48 Jakarta


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2015, di halaman 33 dengan judul “Ruang Tamu di Luar Rumah”