“Ninetysphere”, Panggung Era ’90-an dari Angkatan 2020

0
3358

“Keren banget!” ujar Laila Mukaromah, salah seorang mahasiswi baru yang mengikuti acara Tribute To Esa 2020 pada hari Sabtu, 12 Desember 2020.

Tribute to Esa merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Departemen Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dan dikoordinir secara menyeluruh oleh mahasiswa baru sebagai persembahan untuk seluruh kelurga besar departemen bahasa Inggris. Acara itu diisi dengan berbagai penampilan yang menarik hati para peserta bertalenta hebat dan kreatif.

Tahun ini Tribute to Esa mengusung tema “Ninetysphere”; diambil dari kata ninety dan atmosphere yang bermakna suasana (atmosfir) era sembilan puluhan. Dari twibbon hingga ke penampilan para talent, semuanya dikemas secara rapi untuk menghadirkan suasana era baju kotak-kotak dan dendang lagu almarhum Nike Ardila.

“Kalau outfit yang di twibbon, harganya sih gratis. Soalnya aku pinjem punya orang tua. hehehe” ujar salah seorang peserta tentang foto yang dipasang di twibbon-nya.

Salah satu twibbon dengan caption terbaik oleh Rizky Alpasya

Meski diadakan secara daring, acara tersebut tetap berlangsung meriah dengan antusiasme yang tinggi. Peserta tidak henti-hentinya memuji penampilan yang menarik dan permainan seru yang diadakan dalam acaranya.

“Nama angkatan kami Camaraderie yang artinya persahabatan yang erat,” ujar Wahyu Muzakkir, ketua angkatan Departemen Bahasa Inggris UPI tahun 2020. Sebagai angkatan yang menjalani perkuliahan dan acara yang serba daring, angkatan tahun 2020 ini diharapkan bisa tetap menjadi kokoh dalam keadaan apapun. Angkatan ini pada akhirnya dapat melangsungkan acara Tribute To Esa dengan koordinasi yang diadakan dari jarak jauh.

Penampilan-penampilan yang diadakan dalam acara ini tidak kalah menariknya dengan acara offline. Diantaranya adalah story telling oleh Intan Annisya; salah seorang mahasiswa baru angkatan 2020. Story telling ini disampaikan dengan ilustrasi yang sangat rapi dan menarik. Cerita yang disampaikan merupakan kisah cinta yang dialami oleh dua orang yang berada di dunia yang berbeda.

Story telling; penampilan dari Intan Annisya

Dihantarkan dalam bahasa Inggris, Intan berhasil menarik perhatian dengan cara bicaranya yang fasih dan intonasinya yang pas dalam menyampaikan dialog tokoh-tokoh didalamnya. Tidak hanya itu, alur cerita yang dibawakan dalam cerita berdurasi sekitar lima menit ini sungguh unik dan bisa membawa haru orang-orang yang menontonnya.

Penampilan unik lainnya adalah akustik oleh Alif Braja yang sangat merdu. Video yang berdurasi sekitar enam menit itu diambil sendiri oleh Alif dengan lima tampilan yang berbeda. Lagu yang ia bawakan adalah “Kaulah hidup dan matiku” milik band Naff. Selain permainan gitar yang  apik dan lihai, suara merdu Alif juga menarik hati  orang yang melihat video itu dan mendengarnya.

“Video itu diambil sendiri, jadi agak ribet. Aku bikinnya bisa sampe enam sampai tujuh jam” ujar Alif ketika ditanyai tentang proses pembuatan video tersebut.

Para mahasiswa menonton acara dari perangkat mereka masing-masing.

Beberapa penampilan lain diisi oleh band kampus, nominasi, film pendek, dan acara gim atua permainan yang membuat para peserta bersemangat mengkutinya hingga memunculkan tawa riuh  yang tak ada hentinya. Tidak jarang chat box dipenuhi oleh komentar-komentar yang lucu dan penuh guyonan oleh para peserta yang hadir.

Syukur yang tak terkira atas lancarnya acara Tribute to Esa pada tahun ini. Dengan semangat persatuan dan ide-ide kreatif angkatan 2020, acara perdana angkatan 2020 akhirnya dapat dilangsungkan meski secara online. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sebelumnya harapan agar acara ini bisa diadakan offline sangat besar.

Setelah memperhatikan keadaan, panitia akhirnya memutuskan untuk tetap mempertahankan acara dengan online agar setiap dari peserta dapat menjaga jarak dan terhindar dari virus yang sedang menyerang dunia saat ini.

Intan Sofia Rahmah,  mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris