Tim Mahasiswa ITS Ciptakan Deterjen Ramah Lingkungan

0
214

Berangkat dari keresahan akan pencemaran laut di Indonesia yang semakin meningkat, sekelompok mahasiswa Institut Negeri Surabaya (ITS) menciptakan inovasi berupa deterjen ramah lingkungan. Mereka adalah Bihar Hikam, Ayu Anggraeni, Aisyah Putri Dini, Ehda Ayati, dan Tety Nur Bayti. Para pencipta “Detergen D’jam” ini merupakan salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ITS yang lolos pendanaan dan berkesempatan mengembangkan usahanya.

Bisa dibilang program tersebut menyatukan mereka yang berbeda jurusan dan fakultas untuk berkolaborasi bersama. Bihar (jurusan Biologi), Ayu (jurusan Statistika), dan Aisyah (jurusan Kimia) berasal dari Fakultas Sains dan Analitika Data. Sedangkan Ehda (jurusan Statistika Bisnis) dan Tety (jurusan Teknik Kimia Industri) berasal dari fakultas vokasi.

Perjalanan mereka dimulai dari gagasan Bihar dan Ayu sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO). “Limbah rumah tangga di Surabaya semakin banyak dan rata-rata mencemari sungai. Itu sebabnya kami memilih untuk membuat produk deterjen biodegradable,” ujar Bihar saat diwawancarai secara daring bersama anggota tim lainnya pada Jumat (05/07/2024) lalu.

Deterjen varian lemon merupakan produk deterjen ramah lingkungan produksi tim mahasiswa Insitut Teknologi Surabaya yang paling laris. Foto: dokumentasi tim

Bahan alami

Penciptaan deterjen tersebut berdasarkan riset yang mereka mulai pada bulan April 2024 lalu. Mereka memilih daun jamblang sebagai bahan utama pembuatan deterjen. Itu sebabnya, produk deterjen ini dinamai “D’jam”. Jamblang atau yang lebih dikenal dengan anggur jawa memiliki banyak khasiat, salah satunya mengandung banyak antioksidan yang dapat berfungsi sebagai antivirus.

Aisyah menjelaskan, daun itu juga mengandung zat saponin yang tinggi sehingga memiliki daya pembersihan yang kuat. “Meskipun katanya daun jamblang sudah hampir punah, tetapi kami masih menemukannya di sekitar kampus,” ujar Aisyah.

Ia menduga mungkin banyak orang belum terlalu hafal dengan bentuk daun yang sebenarnya banyak manfaatnya itu. Beberapa kali, mereka juga mencari daun jamblang ke wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur  untuk mendapat jumlah daun jamblang yang lebih banyak.

Selain ramah lingkungan, kelebihan lain deterjen D’jam adalah tidak menimbulkan iritasi pada kulit serta memiliki harga yang terjangkau. Per liternya, deterjen dijual seharga Rp30.000 saja. “Penentuan harga sudah kami pertimbangkan dengan baik, dan sejauh ini harga D’jam lebih terjangkau dibanding deterjen biodegradable lainnya,” jelas Tety.

Berproses bersama

Datang dari jurusan keilmuan yang berbeda ternyata malah menjadi kunci sukses tim dalam membuat  deterjen D’Jam, sebab mereka bisa langsung bekerja sesuai keahlian masing-masing. Perbedaan jadual pengerjaan yang berbeda juga tidak menghalangi mereka dalam menentukan jadual produksi maupun promosi.

“Kami selalu menetapkan jadwal pertemuan dari jauh-jauh hari, sehingga dapat lebih efektif membagi waktu antara kuliah, organisasi, dan wirausaha,” ucap Ayu.

Menentukan skala prioritas sudah menjadi hal biasa bagi mereka dalam menuntaskan berbagai tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa yang aktif.

Salah satu anggota tim pencipta deterjen ramah lingkungan dari daun jamblang sedang menguji sample deterjen pada Senin (08/07/2023). Foto: dokumentasi tim

Meski begitu, beberapa kesulitan masih sering mereka temui. Salah satunya saat proses riset pembuatan deterjen. Mengubah bahan-bahan yang biasa digunakan pada deterjen konvensional menjadi bahan alami yang tidak berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan membutuhkan waktu cukup lama. Dibutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan hingga Deterjen D’jam siap dipasarkan.

Berbagai uji coba dilakukan untuk menemukan bahan terbaik, hingga pada akhirnya usaha  membuahkan hasil membanggakan pada bulan Juni. “Alhamdulillah, setelah melewati proses yang panjang, deterjen D’jam sekarang sudah terjual lebih dari 50 botol,” jelas Aisyah penuh rasa syukur.

Pemasaran produk lebih banyak dilakukan secara daring dengan sistem pre-order, baik melaui akun Instagram @djam.detergen maupun e-commers Shopee (Djam Deterjen). Tak hanya dari pulau Jawa, konsumen deterjen D’jam juga ada yang berasal dari Sumatera dan Bali. Total hingga saat ini penjualan deterjen D’jam telah menjangkau 13 kota dan kabupaten di Indonesia.

Pemasaran deterjen D’jam secara luring di Taman Bungkul Surabaya pada Minggu (30/06/2024). Foto: dokumentasi tim.

Untuk pemasaran luring, mereka bekerja sama dengan beberapa usaha londri dan kelompok PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di Surabaya. Sempat juga, Bihar dan kawan-kawan menawarkan produk secara langsung pada kegiatan Car Free Day (CFD) di Taman Bungkul Surabaya.

Harapan dan rencana

Banyaknya komentar positif dari para konsumen tidak membuat Bihar dan kawan-kawan cepat puas. Justru hal tersebut dijadikan pacuan untuk mereka dapat terus melaju dan mengembangkan usaha tersebut. “Kami berharap usaha ini dapat terus berlanjut, bahkan hingga jadi startup kalau bisa. Karena ini produk rumah tangga yang dapat ‘menyelamatkan’ lingkungan,” harap sang ketua tim.

Kedepan, mereka sudah memiliki rencana pengembangan produk dari segi bentuk. “Pengembangannya lebih ke ukuran dan bentuk yang variatif, seperti detergen berbentuk bola atau kertas (seperti deterjen konvensional) agar praktis  kalau mau dibawa bepergian,” imbuh Bihar.

Anastasia Trifena, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif Universitas Kristen Petra Surabaya dan Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XII