Menilik “Pemulihan” Melalui Foto Jurnalistik

0
549

Jika menengok kembali ke belakang, pandemi membawa banyak perubahan bagi kehidupan manusia. Suka maupun duka, semua pada akhirnya beriringan terlewati. Meski terkadang masih ada rasa sakit yang tertinggal, setiap hal yang terjadi pasti membawa arti.

Tiga belas fotografer Pers Mahasiswa GENTA Petra Christian University (PCU) Surabaya mengemas pesan tersebut dalam sebuah pameran cerita foto (photo story) yang bertajuk “Pulih”. Pameran itu merupakan volume ke-9, edisi perdana pameran hybrid setelah dua tahun pameran diadakan secara daring. Foto yang dipamerkan sudah dikurasi oleh Anton Kusnanto, seorang foto jurnalis profesional. 

Digelar di ruang Q.3.03 gedung Q PCU, pameran dibuka untuk seluruh civitas akademika dan juga umum. Pameran itu diadakan selama lima hari, mulai Senin (10/04/2023) hingga Sabtu (15/04/2023) lalu.

Selain itu, pameran ini juga dapat diakses tanpa batas waktu melalui genta.petra.ac.id/photostory/photostory-vol-9. Beragam kisah perjuangan melewati pandemi dapat dinikmati melalui foto-foto di sini.

Empat sub tema

“Pemulihan” menjadi subtema yang paling banyak dilirik oleh para pengunjung. Foto: Anastasia Trifena

Saat memasuki ruang pameran, “Kala” siap menjadi pembuka perjalanan menikmati rangkaian foto yang ada. Mulai dari kisah kembalinya keramaian Car Free Day (CFD) di Surabaya, hingga bangkitnya Kampoeng Ilmu, kisah-kisah tersebut terpajang dengan rapi. Tawa anak-anak di Kampoeng Dolanan dalam jepretan mampu meninggalkan kehangatan di hati sebelum beranjak ke subtema lainnya.

Setelah itu “Pancarona” sudah bersiap menghadirkan warna di setiap lembar fotonya. Subtema tersebut mengusung cerita pemanfaatan barang-barang yang semula tidak berharga menjadi berguna. Salah satunya adalah kisah ibu Eka, pemilik usaha daur ulang kain yang bernama Decak Handmade. Pancarona menyiratkan pesan bahwa bumi juga berhak untuk pulih dari sampah-sampah yang menyesakkannya.

“Nawasena” dan “Pemulihan” menjadi dua subtema penutup. Foto perjuangan Jerry Piko hampir tidak pernah dilewatkan oleh para pengunjung. Kariernya sebagai pesulap sempat terhenti akibat pandemi.

Namun, langkahnya untuk beralih menjadi seorang pembuat konten atau content creator berhasil menyembuhkan “luka” yang sempat ia rasa. Kini, semakin banyak orang yang mengenal dan terhibur oleh atraksi sulap secara daring yang dilakukan oleh Jerry Piko melalui akun Instagramnya.

Berisi pesan

Tampilan keseluruhan subtema “Pancarona” dan “Nawasena”. Foto: Anastasia Trifena

Foto-foto yang terpilih untuk dipamerkan, rata-rata diambil dengan teknik memotret yang baik dengan lebih mengedepankan isi atau pesan yang hendak disampaikan. Berbeda dengan pameran foto pada umumnya yang mengunggulkan keindahan saja. “Kami baru merasa pameran ini sukses bukan karena fotonya dipuji, tetapi pengunjung merasakan perubahan di hati,” ujar Sherlynn Yuwono, koordinator Photo Story Volume 9.

Selain dari segi foto, dekorasi pameran photo story juga cukup unik dan menarik para pengunjung. Sampah plastik hingga kardus bekas berubah menjadi hiasan yang berwarna melengkapi foto-foto yang penuh makna. Dari sampah jadi barang yang bernilai, seakan memberi pesan bahwa kegagalan tidak dapat menghentikan langkah untuk bangkit dan meraih keberhasilan.

Membuat terkenang

Berbagai kesan dan pesan pengunjung tertuang dalam lipatan kertas yang disusun dengan indah. Foto: Anastasia Trifena

Tak hanya foto, kata-kata indah pelengkap foto ternyata menjadi nilai tambah bagi para pengunjung. Hal itu disampaikan oleh Jeevany Audrey, mahasiswi Desain Komunikasi Visual PCU angkatan 2022. “Suka banget sama kata-katanya, seakan bikin “masuk” ke dalam foto-foto itu. Jadi ikut ngerasain susahnya berjuang, kasihan, dan menyentuh hati,” katanya memberi kesan. 

Sebagai salah satu fotografer, Devon Ewaldo, mahasiswa International Program in Digital Media PCU angkatan 2022 mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman baru melalui pameran tersebut. Beberapa revisi membuat keterampilan memotretnya menjadi semakin baik.

Selain itu, ia juga belajar untuk keluar dari zona nyaman. “Biasanya kalau foto buat majalah, narasumbernya udah kenal. Di photo story kali ini bener-bener kenalan dari awal, cari info seputar UMKMnya. Keluar dari zona nyaman intinya,” urai Devon.

Pada akhirnya, pulih merupakan sebuah keputusan. Tak bisa bergantung pada waktu ‘tuk sembuhkan. Sebab, pulih memerlukan usaha untuk bangkit. Memperbaiki keadaan dan kembali menata hati.

Anastasia Trifena, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif Universitas Kristen Petra Surabaya dan Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XII