Kereta Komuter Jabodetabek Andalan Masyarakat

0
718

Keberadaan transportasi umum menjadi vital karena memudahkan manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, transportasi umum terbukti memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Di Indonesia, transportasi umum hadir dalam beberapa jenis, diantaranya ada bus, kapal, angkot, ojek daring, ada pula transportasi berbasis rel, seperti kereta api, MRT (mass rapid transit), LRT (Lintas Rel Terpadu), KAI Commuter Line atau kereta komuter, dan lain-lain.

Dari banyak jenis transportasi umum, kereta komuter menjadi andalan bagi banyak orang. Moda transportasi berbasis kereta rel listrik itu menjadi primadona bagi semua kalangan. Dari orang tua hingga muda-mudi.

Terus meningkat

Grafik volume pengguna Commuterline tahun 2022. Foto: dari Instagram KAI Commuterline

Dilansir dari media sosial Instagram milik KAI Commuterline, diketahui lembaga tersebut  telah melayani 215.049.396 pelanggan yang berasal dari Jabodetabek, Wilayah 1 Jakarta, Wilayah 2 Bandung, Wilayah 6 Yogyakarta dan Wilayah 8 Surabaya. Tentu saja KAI Commuter Jabodetabek menjadi lintas paling sibuk dibandingkan dengan lintas lainnya.

Masih mengutip isi instagram milik KAI Commuterline, pada Januari tahun 2022, tercatat sebanyak 482.838 orang menjadi pengguna jasa kereta komuter. Jumlah pengguna terus mengalami peningkatan sejak bulan Maret hingga bulan Desember 2022. Bahkan pada bulan-bulan terakhir ini, pengguna layanan transportasi tersebut menyentuh angka 800.000 orang.

Jelas, volume pengguna kereta komuter mencapai jumlah pengguna yang fantastis. Bisa dibayangkan kesibukan stasiun-stasiun di Jabodetabek dalam melayani masyarakat yang setia menggunakan layanan mereka.

Lalu, sebenarnya apa alasan orang-orang gemar naik kereta komuter ?

Banyak keuntungan

Bagi saya, hadirnya kereta komuter Jabodetabek adalah suatu hal yang menguntungkan. Hidup di kota yang bertetangga dengan Jakarta menjadi nilai plus dalam hidup saya. Namun, kota dengan padat penduduk memunculkan permasalahan baru seperti kemacetan yang tidak mengenal waktu sehingga transportasi umum diperlukan untuk memudahkan masyarakat bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Sebagai pengguna setia layanan kereta komuter, saya menemukan banyak keuntungan dari moda transportasi ini. Salah satunya, kereta komuter tidak pernah terjebak macet. Bukankah itu suatu keuntungan besar? Bagi mereka yang sangat menghargai waktu, macet merupakan hal yang menyebalkan.

Bagi saya pribadi, terjebak di kemacetan adalah suatu hal yang menyia-nyiakan waktu dan tentu akan membuat suasana hati menjadi buruk. Nah, suatu kebanggaan karena Commuterline memiliki jalurnya sendiri sehingga moda transportasi ini bebas dari kemacetan.

Bertarif “ramah” kantung

Para penumpang kereta komuter tampak berdesakan di Stasiun Manggarai. Foto: Koleksi Sekar Ayu Asmara

Berbagai alasan mengenai mengapa orang-orang memilih kereta komuter juga dikemukakan oleh pengguna lain. Salah satunya, Fadhillah Hangganararas (21), mahasiswa semester lima, Program Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Jakarta. Fadhillah sudah menggunakan jasa kereta komuter kurang lebih selama dua tahun. Bukan tanpa alasan ia memilih moda transportasi tersebut, “Commuterline jadi pilihan terbaik bagi saya yang berkuliah di Universitas Pancasila, meskipun kalau pulang sore pasti berdesakan dengan penumpang lain” ujar Fadhillah pada Sabtu (4/2/2023).

Memang insiden berdesakan tidak bisa terelakkan lagi bagi siapa saja yang menggunakan jas kereta api komuter di jam-jam sibuk, apalagi kereta itu merupakan moda transportasi antar kota. Namun, Fadhillah mengungkapkan kembali alasannya lebih memilih naik kereta dibanding moda transportasi umum lainnya.

“Meskipun berdesakan dengan penumpang lain, commuterline masih jadi pilihan saya hingga saat ini karena jika saya menggunakan transportasi umum lain seperti ojek online tarifnya luar biasa mahal. Tidak efektif juga karena pasti akan terjebak macet, apalagi kalau hujan, sudah pasti repot,” kata Fadhilah.

Ia memaparkan kalau naik kereta komuter, tarifnya murah. Dari Bogor ke Depok hanya Rp3.000, kemudian dari Stasiun Universitas Pancasila tidak perlu naik transportasi lain karena hanya tinggal menyebrang saja sudah sampai di kampus.

Tarif transportasi memang menjadi bahan pertimbangan mengapa orang sangat mencintai kereta komuter. Begitu juga dengan Sari Bunga Asmara (18), pelajar dari Kota Bogor yang selalu menggunakan jasa kereta komuter untuk pulang dari sekolahnya yang terletak di Jl. Binamarga, Bogor. Pelajar SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor itu sangat mengandalkan kereta jenis itu.

Menurut Sari, sebagai pelajar yang ongkosnya pas-pasan kereta komuter adalah penyelamat, meskipun ia harus naik angkot terlebih dahulu untuk menuju ke Stasiun Bogor namun ongkos yang diperlukan hanya Rp4.000. Setelahnya, dari Stasiun Bogor ke rumah, Sari hanya perlu merogoh kocek Rp3.000.

Masih menyinggung soal tarif commuterline, Sari mengungkapkan, “Jika dibandingkan dengan transportasi umum lainnya, commuterline adalah yang paling murah. Jarak dari sekolah ke rumah kira-kira 13km, tarif ojek online bisa sampai Rp40.000 bahkan Rp50.000” kata Sari.

“Bagi saya, naik commuterline itu banyak keuntungannya, selain tarif yang murah, keretanya sudah pasti berangkat on time, jadinya bisa hemat waktu, metode pembayarannya juga bervariasi, dari THB (Tiket Harian Berjamin), KMT (Kartu Multi Trip), E-Money, sampai QR Code” tambah Sari pada Jumat (3/2/2023).

Layanan apik

Tampilan fitur aplikasi KRL Access. Foto: Koleksi Sekar Ayu Asmara

Bukan hanya pelajar dan mahasiswa saja yang mengandalkan commuterline untuk berpergian. Dewi Andanari Rachmat (33) yang berprofesi sebagai guru di SDN Menteng Dalam 07, Jakarta pun ikut menikmati fasilitas kereta komuter setiap hari. Ia konsisten menggunakan jasa layanan anak PT KAI ini sejak tahun 2019. Setuju dengan pendapat dua narasumber di atas, “Faktor pertama yang pasti tarifnya, dari Stasiun Cilebut ke Stasiun Tebet tarifnya cuma Rp4.000” ujar Dewi pada Sabtu (4/2/2023).

Akan tetapi, Dewi paling bergantung pada waktu keberangkatan yang sudah terjadwal, “Jarak dari Cilebut ke Tebet kurang lebih satu jam, naik commuterline itu jadwalnya sudah pasti, jadi saya terbantu untuk menentukan jam berapa saya akan sampai di sekolah” lanjutnya.

Jadwal commuterline yang sudah teratur ditunjang lagi dengan adanya aplikasi KRL Access yang dikeluarkan langsung oleh PT KAI Commuter Jabodetabek. Aplikasi tersebut memang membantu penumpang, sebab dalam aplikasi tersebut sudah tersedia fitur posisi kereta, jadwal kereta, tarif, Kartu Multi Trip (KMT), info kepadatam stasiun, dan rute krl.

“Kebetulan saya juga meng-install aplikasi KRL Access dan sangat terbantu sekali, fitur posisi kereta paling sering saya gunakan, kalo fitur lain sesekali saja” tambahnya. Dewi juga menyinggung soal layanan dari commuterline. “Layanannya sudah cukup baik namun tetap perlu ditingkatkan lagi” ujar Dewi.

Sekar Ayu Asmara, mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogyakarta